|
Dalam kaitan mengikuti konvensi calon
presiden Partai Demokrat, Menteri BUMN Dahlan Iskan memaparkan empat programnya
apabila terpilih menjadi presiden 2014.
Dalam lima
tahun kepemimpinannya, Indonesia akan menjadi negara besar yang bisa
mengalahkan Meksiko dan Spanyol dari sisi ekonomi dengan produk domestik bruto
(PDB) paling tidak 2.000 miliar dollar AS.
Menurut menteri
BUMN itu, program selanjutnya adalah meningkatkan Tujuan Pembangunan Milenium
(MDG) untuk menaikkan urutan Indonesia di atas Vietnam. Kita sekarang di bawah
Vietnam. Dulu kita pernah di atasnya. Sekarang kita di urutan ke-122 dan
Vietnam sudah di urutan ke-75. Dahlan Iskan sudah kontak beberapa pihak di
bidang MDG bahwa kita harus meningkatkan kualitas manusia kita sehingga kita
sudah bisa kembali di urutan ke-70, ke-75, sampai ke-80 pada 2019.
Menumbuhkan optimisme
Apa yang
disampaikan menteri BUMN itu sejalan dengan pernyataan sejumlah menteri yang
mengutip hasil kajian McKinsey bahwa pada 2030 Indonesia akan menjadi kekuatan
ekonomi dunia terbesar (keenam atau ketujuh) dan pendapatan per kapita per
tahun mencapai 18.000 dollar AS. Saya menduga bahwa pernyataan itu dikeluarkan
untuk menumbuhkan optimisme kita dan semangat untuk meraih kemajuan. Itu baik.
Apakah benar perkiraan menteri BUMN itu?
Menurut
perkiraan IMF di Google, pada 2010 PDB (nominal) Meksiko 1.034 M (miliar)
dollar AS, pada 2012 sebesar 1.177 M dollar AS, dan pada 2018 mencapai 1.656 M
dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB Meksiko pada 2010: 1.662 M
dollar AS, pada 2012: 1.759 M dollar AS, dan pada 2018: 2.412 M dollar AS.
Untuk Spanyol,
PDB (nominal) pada 2010: 1.392 M dollar AS, pada 2012: 1.352 M dollar AS, dan
pada 2018: 1.524 M dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB Spanyol
pada 2010: 1.406 M dollar AS, pada 2012: 1.416 M dollar AS, dan pada 2018:
1.670 M dollar AS.
Untuk
Indonesia, PDB nominal pada 2010: 710 M dollar AS, pada 2012: 878 M dollar AS,
dan pada 2018: 1.482 M dollar AS. Dihitung dengan metodologi PPP, maka PDB
Indonesia pada 2010: 1.125 M dollar AS, pada 2012: 1.217 M dollar AS, dan pada
2018: 1.993 M dollar AS.
Jadi,
berdasarkan perkiraan IMF di atas, PDB Indonesia (nominal) belum mencapai 2.000
miliar dollar AS pada 2019 dan belum bisa mengalahkan Spanyol dan Meksiko.
Namun, peningkatan PDB kita paling tinggi (di atas 100 persen), sedangkan
Meksiko sekitar 60 persen dan Spanyol hanya sekitar 10 persen.
Kalau PDB
dihitung memakai metodologi PPP, maka PDB kita pada 2019 sudah melampaui 2.000
miliar dollar AS dan sudah di atas Spanyol, tetapi belum bisa mengalahkan
Meksiko. Mungkin menteri BUMN menggunakan proyeksi yang disusun lembaga lain
sebagai dasar paparannya.
Peran pemerintah minim
Menurut banyak
pengamat, peran pemerintah dalam pertumbuhan atau peningkatan PDB tak terlampau
besar. Tanpa peran pemerintah, ekonomi akan tumbuh terutama karena konsumsi
masyarakat.
Peran
pemerintah terutama dilakukan melalui APBN. Karena APBN terbatas, kemampuan
membangun infrastruktur pun terbatas. Kita tak mampu memenuhi perintah UU
Kesehatan untuk memenuhi anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari APBN.
Anggaran pendidikan
minimal 20 persen dari APBN pun belum membuat pemerintah mampu melayani
kebutuhan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan perintah UUD. Peran
swasta dalam pendidikan dasar, menengah, dan tinggi masih cukup besar. Besarnya
anggaran itu akan memengaruhi keberhasilan program MDG kita.
Kalau dalam
masalah PDB (nominal) Indonesia menempati posisi ke-16 atau ke-17, tidak
demikian halnya dalam masalah anggaran (pendapatan) negara. Kita berada pada
urutan ke-26. Kalau pada 2011 PDB kita (847 M dollar AS) sudah bisa mengalahkan
Belanda (837 M dollar AS), dalam masalah penerimaan pemerintah, kita jauh
tertinggal dari Belanda.
Pada 2011
penerimaan Pemerintah RI 134 M dollar AS, sedangkan penerimaan Pemerintah
Belanda 381 M dollar AS. Pengeluaran RI pada 2011 adalah 144 M dollar AS
(defisit 10 M dollar AS), dan pengeluaran Belanda 420 M dollar AS (defisit 39 M
dollar AS).
Bayangkan,
betapa timpangnya. Pendapatan Belanda yang luasnya sekitar 42.000 kilometer
persegi dan penduduk hampir 17 juta orang bisa 285 persen lebih besar daripada
pendapatan RI. Padahal, RI punya luas daratan hampir 50 kali luas daratan
Belanda, ditambah laut yang luasnya sekitar 4 juta kilometer persegi, dan punya
penduduk 14 kali lebih banyak.
Perbaikan pemerataan
Kita tentu
bergembira bahwa PDB kita telah meningkat secara berarti dan diperkirakan akan
terus meningkat, tetapi peningkatan PDB itu harus diikuti dengan perbaikan
dalam pemerataannya.
Kita juga
menghargai bahwa penerimaan pemerintah terus meningkat, tetapi kita perlu
memahami bahwa potensi peningkatan penerimaan pemerintah masih amat terbuka.
Reformasi
birokrasi Direktorat Jenderal Pajak masih perlu ditingkatkan dan harus diikuti
dengan reformasi birokrasi di lembaga pemerintah lain. Juga harus diikuti
dengan penegakan hukum dan keadilan serta pemberantasan korupsi yang lebih
intensif dan tidak pandang bulu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar