Jumat, 04 Januari 2013

Tabungan Rasa Sukses


Tabungan Rasa Sukses
Komaruddin Hidayat; Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
SINDO,  04 Januari 2013

  

Sekali-sekali coba mengamati suasana pendidikan taman kanak-kanak. Salah satu permainan yang ada adalah berjalan di atas papan layaknya sebuah jembatan. 

Dari segi ukuran tinggi dan panjangnya, bagi orang tua sungguh hal yang sepele. Namun bagi anak usia dini, mampu berjalan melewati sebuah jembatan itu akan mendatangkan rasa lega, terlebih teman-teman memberi tepuk tangan. Muncul rasa sukses. “Aku bisa”. “Aku hebat”. Perasaan dan penghargaan positif terhadap diri sendiri ini sangat penting dirasakan dan ditanamkan sejak kecil sehingga secara berangsur akan menjadi semacam tabungan rasa sukses. Bahwa hidup adakalanya pahit dan gagal itu sudah biasa. 

Namun justru pengalaman belajar bangkit dari kegagalan itu sangat berharga bagi perkembangan pribadi seseorang sehingga selalu bersikap optimistis dan positif menghadapi hidup dengan segala guncangannya. Jika seseorang memiliki kesadaran dan tabungan rasa sukses, entah besar atau kecil, pada urutannya akan lebih bisa menghargai makna hidup. Lebih mudah memberikan empati dan apresiasi pada prestasi orang lain sebagaimana dia memberi apresiasi kepada dirinya sendiri. 

Orang yang sadar terhadap sukses diri bukanlah sombong, melainkan bagian dari rasa syukur dan menjaga harga diri. Istilah harga diri ini perlu diberi catatan khusus karena telah terjadi penyimpangan makna dan konsep. Ada orang yang memiliki jabatan dan kekuasaan tertentu yang kemudian melakukan komersialisasi jabatannya dengan “tarif uang”. Lalu orang yang berurusan dengan pejabat itu pun akan bertanya-tanya, “Berapa harganya agar urusan saya beres?” Jadi, ada fenomena baru seseorang dihargai dengan sejumlah uang tertentu.

Semakin tinggi jabatannya semakin besar harganya jika seseorang ingin berurusan dengannya. Inilah yang saya maksud dengan penyimpangan makna harga diri (self esteem). Bahwa harga diri seseorang itu berdasarkan integritasnya, bukan jabatan formal yang diselewengkan untuk mengejar materi. Orang yang berulang kali berhasil mengatasi problem dan tantangan hidup dan kemudian secara sadar hal itu disyukuri serta dijadikan pelajaran, maka dirinya akan tampil penuh percaya diri dan tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada problem baru seberat apa pun.

Sikap demikian muncul karena dalam dirinya tersimpan berbagai pengalaman sukses. Oleh karena itu sangat penting rasa sukses dan percaya diri ditanamkan kepada para siswa agar setelah dewasa hidupnya lebih mandiri dan menghargai prestasi. Bukan kemudian mengandalkan relasi orang tua,misalnya saja, ketika melamar kerja atau menyuap dengan uang untuk memenangi persaingan. Berkaitan dengan pembinaan integritas, sungguh merusak sebuah generasi terjadinya praktik kecurangan dalam ujian nasional. 

Mencontek dan menyuap bukannya memperbanyak tabungan rasa sukses untuk menghadapi tantangan hidup, tetapi membentuk pribadi yang lemah dan korup karena krisis harga diri (self dignity) dan krisis percaya diri (self condidence). Dari pengamatan saya melalui media sosial, khususnya televisi dan Twitter, masyarakat kita lebih mudah mencela, menghujat, mengkritik, tetapi pelit untuk memberi apresiasi. Sulit menjadi pendengar yang baik.Ini pun saya rasakan ketika beberapa kali mengadakan hearingdengan teman-teman DPR. 

Orang maunya berbicara, mengkritik, menggurui, tetapi enggan mendengarkan dan memberi apresiasi. Beberapa teman DPR kalau sudah berbicara lalu pergi. Mungkin saja sibuk dengan tugas negara yang lain. Di lembaga sekolah Madania, Kompleks Kahuripan, Parung, kami melakukan pendekatan individual terhadap semua siswa-siswi dari tingkat SD sampai SMU. Bahwa masing-masing pribadi adalah unik, hebat, dan masing-masing dikondisikan untuk mengenal kehebatan dirinya sehingga memiliki self dignity dan tabungan rasa sukses. 

Perasaan percaya diri dan self esteem ini sangat vital dalam sebuah proses pendidikan, sebab jika yang punya diri saja tidak mengenal dan tidak menghargai dirinya, mana mungkin orang lain akan menghargainya. Bagi komunitas golfer, tabungan rasa sukses ini juga sangat dirasakan.Ketika kita melakukan tee off di hole yang sulit dengan stroke kecil, jika sebelumnya pernah menaklukkan hole itu dengan membuat paar, maka kita akan percaya diri dan optimistis untuk mengulangi kesuksesan. 

Begitu pun dalam kehidupan, akumulasi pengalaman sukses membuat seseorang lebih percaya diri dan menghargai proses perjuangan. Oleh karenanya dalam sebuah pendidikan sering dilakukan ulangan dan ujian, salah satu tujuannya untuk membina mental pejuang dan pemenang. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, di balik keluh kesah maraknya korupsi, pasti ada pengalaman sukses yang mesti diapresiasi untuk modal melangkah ke depan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar