|
REPUBLIKA,
25 Januari 2013
Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) telah merampungkan audit impor beras 2012. Namun,
seperti telah dilansir dalam beberapa media masa belum mengumumkan hasilnya.
Sambil menunggu hasil audit yang semestinya dapat membantu manajemen
penanganan pangan (khususnya beras), ada baiknya pencerahan dapat dilakukan
dengan merujuk pada kisah dalam kitab suci, yang di dalamnya terdapat
pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya menangani masalah krusial,
salah satunya krisis pangan.
Dalam kitab
suci Alquran terdapat kisah Nabi Yusuf yang dapat mengatasi masa sulit berupa
krisis pangan karena kekeringan dan paceklik. Diceritakan pada waktu itu raja
Mesir bermimpi melihat tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi kurus. Demikian
juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau, kemudian disusul oleh tujuh
tangkai gandum yang kering.
Nabi Yusuf
sebagai salah satu utusan Allah mempunyai karakter al-amin sehingga sudah
pasti mampu dan dipercaya dapat memaknai mimpi raja Mesir tersebut. Nabi
Yusuf menerangkan, di Mesir waktu itu akan terjadi kemakmuran selama tujuh
tahun berturut-turut, kemudian tujuh tahun berikutnya akan disusul krisis
berat karena muncul masa paceklik.
Manajemen
logistik yang diusulkan oleh beliau adalah menyimpan panen tanaman pokok
masyarakat (gandum) saat terjadi kelimpahan produksi untuk berjaga-jaga
karena nantinya selama tujuh tahun terjadi masa krisis karena terjadi
kekeringan. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana beliau dapat
menyosialisasikan ke masyarakat dan bagaimana teknik penyimpanannya?
M Luthfi
Hamidi (dalam The Crisis- Krisis Mana Lagi yang Engkau Dustakan? Jakarta,
Penerbit Republika, 2012, hlm 365-377), menjelaskan yang penting adalah
kemampuan manajerial dan ilmu, tetapi yang lebih penting lagi adalah adanya
sifat amanah dalam melaksanakan suatu tugas. Tentang bagaimana beliau
menyosialisasikan ke masyarakat secara perinci dapat dilihat dalam Al Kitab
(Genesis/Kitab Kejadian XLI:46 sampai XLII:38) di mana diterangkan bagaimana
Nabi Yusuf melakukan safari dari satu tempat ke tempat lain untuk memberikan
penyuluhan.
Beliau juga
meminta kepada masyarakat untuk setiap lima gantang gandum yang dipanen, satu
gantangnya diserahkan kepada raja untuk keperluan stok nasional. Cara
penyimpanannya supaya tahan lama dalam Alquran dinyatakan, gandum yang
disimpan diawetkan dengan cara meninggalkan bulirnya tetap di tangkai. Hasil
riset modern, seperti yang dilakukan Dr `Abd al-Majid Bil'abid dan teman
penelitinya dari Universitas Rabat, Maroko, membenarkan teknik penyimpanan
tersebut supaya tahan lama.
Pelajaran Berharga
Dunia sekarang
ini, di samping terkena multikrisis, seperti krisis ekonomi, keuangan,
lingkungan hidup maupun krisis moral, demikian juga krisis pangan sudah mulai
tampak dan dalam jangka yang tidak terlalu lama akan makin mengkhawatirkan.
Penyebabnya yang terpenting dari krisis pangan adalah terjadi perubahan iklim
yang ekstrem karena perilaku manusia itu sendiri.
Sebenarnya,
dalam urusan makanan pokok yang berupa beras kondisinya di Indonesia dalam
posisi surplus, tetapi anehnya masih melakukan impor.
Bahkan, BPK sampai melakukan audit disebabkan kecurigaan terjadi
penyelewengan dalam impor. Terlebih lagi, itu dilakukan pada saat terjadi
panen raya sehingga para petani dirugikan karena harga turun drastis dan
persediaan melebihi dari permintaan.
Dalam
kaitannya dengan manajemen logistik Nabi Yusuf, mestinya saat produksi
berlebih padi dapat disimpan untuk berjaga-jaga karena masa depan komoditas
pangan di dunia akan mengalami krisis. Pemakaian produksi domestik harus
menjadi prioritas karena produksi dalam negeri yang berlimpah.
Badan penyangga pangan, dalam hal ini Bulog, harus mendapat prioritas untuk
dapat membeli produk lokal petani dengan biaya yang ditanggung bersama dengan
pemerintah dan keran impor harus dihentikan.
Sosialisasi
mengenai bahaya pangan pada masa depan sebenarnya sangat mudah dilakukan
sekarang ini karena perkembangan teknologi informasi yang maju dan sudah
menjangkau ke mana-mana. Televisi, telepon seluler, dan internet
perkembangannya sudah demikian cepat di Indonesia dan sudah memasyarakat
secara hampir merata.
Mengenai
teknik penyimpanannya, kalau dahulu waktu varietas lokal yang bermacam-macam
masih ditanam masyarakat luas, persis seperti yang diamanatkan dalam kisah
Nabi Yusuf tersebut. Para petani yang panen akan menyimpan hasil panen
padinya di gudang maupun di lumbung desa, dengan tetap menyimpang bulir padi
pada tangkainya yang diikat oleh seutas tali bambu.
Keadaan
sekarang yang cenderung mulai melihat pada keaslian (back to nature), maka pemakaian benih lokal dan pupuk organik ada
tanda-tanda mulai digemari segmen masyarakat tertentu. Sekiranya ini
berlangsung, teknik penyimpanannya persis dapat meniru Nabi Yusuf, meski
keberadaan prasarana dan sarana lainnya perlu penyesuaian. Namun, sekiranya
seperti sekarang di mana `revolusi hijau' berhasil sukses yang di dalamnya
terdapat kebaruan, seperti pada benih, pupuknya buatan, dan lainnya yang
diinovasi, dengan melakukan perubahan seperlunya, manajemen ala Nabi Yusuf
tetap relevan.
Dengan
perhitungan statistika, dapat dilakukan perkiraan pada masa depan berapa
kebutuhan beras dan berapa konsumsinya, daerah-daerah mana yang surplus dan
defisit. Lakukan penyimpanan padi di gudang pribadi, lumbung padi,
Bulog, maupun tempat lainnya. Teknologi kekinian tentunya dapat menjaga kapan
beras disimpan dan dikeluarkan dengan kualitas yang terjaga, adapun besarnya
biaya penyimpanan haruslah dipenuhi oleh pemerintah. Hal ini semata dilakukan
karena masalah urusan pangan adalah demikian vital dan krusial karena
menyangkut masalah `perut'.
Penanganan
logistik pangan memang benar membutuhkan kemampuan manajerial dan ilmu yang
khusus. Mengenai hal tersebut, di Indonesia tidak kekurangan. Masalahnya,
dalam pelaksanaannya dibutuhkan sifat amanah seperti yang dicontohkan Nabi
Yusuf. Jikakau dalam menjalankan tugas dilakukan dengan amanah, tidak perlu
harap-harap cemas menanti bagaimana hasil audit BPK. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar