Sabtu, 26 Januari 2013

Manajemen Logistik Yusuf


Manajemen Logistik Yusuf
Purbayu Budi Santosa ;  Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip
REPUBLIKA, 25 Januari 2013



Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah merampungkan audit impor beras 2012. Namun, seperti telah dilansir dalam beberapa media masa belum mengumumkan hasilnya. Sambil menunggu hasil audit yang semestinya dapat membantu manajemen penanganan pangan (khususnya beras), ada baiknya pencerahan dapat dilakukan dengan merujuk pada kisah dalam kitab suci, yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya menangani masalah krusial, salah satunya krisis pangan.

Dalam kitab suci Alquran terdapat kisah Nabi Yusuf yang dapat mengatasi masa sulit berupa krisis pangan karena kekeringan dan paceklik. Diceritakan pada waktu itu raja Mesir bermimpi melihat tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi kurus. Demikian juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau, kemudian disusul oleh tujuh tangkai gandum yang kering. 

Nabi Yusuf sebagai salah satu utusan Allah mempunyai karakter al-amin sehingga sudah pasti mampu dan dipercaya dapat memaknai mimpi raja Mesir tersebut. Nabi Yusuf menerangkan, di Mesir waktu itu akan terjadi kemakmuran selama tujuh tahun berturut-turut, kemudian tujuh tahun berikutnya akan disusul krisis berat karena muncul masa paceklik. 

Manajemen logistik yang diusulkan oleh beliau adalah menyimpan panen tanaman pokok masyarakat (gandum) saat terjadi kelimpahan produksi untuk berjaga-jaga karena nantinya selama tujuh tahun terjadi masa krisis karena terjadi kekeringan. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana beliau dapat menyosialisasikan ke masyarakat dan bagaimana teknik penyimpanannya?

M Luthfi Hamidi (dalam The Crisis- Krisis Mana Lagi yang Engkau Dustakan? Jakarta, Penerbit Republika, 2012, hlm 365-377), menjelaskan yang penting adalah kemampuan manajerial dan ilmu, tetapi yang lebih penting lagi adalah adanya sifat amanah dalam melaksanakan suatu tugas. Tentang bagaimana beliau menyosialisasikan ke masyarakat secara perinci dapat dilihat dalam Al Kitab (Genesis/Kitab Kejadian XLI:46 sampai XLII:38) di mana diterangkan bagaimana Nabi Yusuf melakukan safari dari satu tempat ke tempat lain untuk memberikan penyuluhan. 

Beliau juga meminta kepada masyarakat untuk setiap lima gantang gandum yang dipanen, satu gantangnya diserahkan kepada raja untuk keperluan stok nasional. Cara penyimpanannya supaya tahan lama dalam Alquran dinyatakan, gandum yang disimpan diawetkan dengan cara meninggalkan bulirnya tetap di tangkai. Hasil riset modern, seperti yang dilakukan Dr `Abd al-Majid Bil'abid dan teman penelitinya dari Universitas Rabat, Maroko, membenarkan teknik penyimpanan tersebut supaya tahan lama. 

Pelajaran Berharga

Dunia sekarang ini, di samping terkena multikrisis, seperti krisis ekonomi, keuangan, lingkungan hidup maupun krisis moral, demikian juga krisis pangan sudah mulai tampak dan dalam jangka yang tidak terlalu lama akan makin mengkhawatirkan. Penyebabnya yang terpenting dari krisis pangan adalah terjadi perubahan iklim yang ekstrem karena perilaku manusia itu sendiri.

Sebenarnya, dalam urusan makanan pokok yang berupa beras kondisinya di Indonesia dalam posisi surplus, tetapi anehnya masih melakukan impor.

Bahkan, BPK sampai melakukan audit disebabkan kecurigaan terjadi penyelewengan dalam impor. Terlebih lagi, itu dilakukan pada saat terjadi panen raya sehingga para petani dirugikan karena harga turun drastis dan persediaan melebihi dari permintaan.

Dalam kaitannya dengan manajemen logistik Nabi Yusuf, mestinya saat produksi berlebih padi dapat disimpan untuk berjaga-jaga karena masa depan komoditas pangan di dunia akan mengalami krisis. Pemakaian produksi domestik harus menjadi prioritas karena produksi dalam negeri yang berlimpah.

Badan penyangga pangan, dalam hal ini Bulog, harus mendapat prioritas untuk dapat membeli produk lokal petani dengan biaya yang ditanggung bersama dengan pemerintah dan keran impor harus dihentikan.

Sosialisasi mengenai bahaya pangan pada masa depan sebenarnya sangat mudah dilakukan sekarang ini karena perkembangan teknologi informasi yang maju dan sudah menjangkau ke mana-mana. Televisi, telepon seluler, dan internet perkembangannya sudah demikian cepat di Indonesia dan sudah memasyarakat secara hampir merata.

Mengenai teknik penyimpanannya, kalau dahulu waktu varietas lokal yang bermacam-macam masih ditanam masyarakat luas, persis seperti yang diamanatkan dalam kisah Nabi Yusuf tersebut. Para petani yang panen akan menyimpan hasil panen padinya di gudang maupun di lumbung desa, dengan tetap menyimpang bulir padi pada tangkainya yang diikat oleh seutas tali bambu.

Keadaan sekarang yang cenderung mulai melihat pada keaslian (back to nature), maka pemakaian benih lokal dan pupuk organik ada tanda-tanda mulai digemari segmen masyarakat tertentu. Sekiranya ini berlangsung, teknik penyimpanannya persis dapat meniru Nabi Yusuf, meski keberadaan prasarana dan sarana lainnya perlu penyesuaian. Namun, sekiranya seperti sekarang di mana `revolusi hijau' berhasil sukses yang di dalamnya terdapat kebaruan, seperti pada benih, pupuknya buatan, dan lainnya yang diinovasi, dengan melakukan perubahan seperlunya, manajemen ala Nabi Yusuf tetap relevan. 

Dengan perhitungan statistika, dapat dilakukan perkiraan pada masa depan berapa kebutuhan beras dan berapa konsumsinya, daerah-daerah mana yang surplus dan defisit. Lakukan penyimpanan padi di gudang pribadi, lumbung padi, Bulog, maupun tempat lainnya. Teknologi kekinian tentunya dapat menjaga kapan beras disimpan dan dikeluarkan dengan kualitas yang terjaga, adapun besarnya biaya penyimpanan haruslah dipenuhi oleh pemerintah. Hal ini semata dilakukan karena masalah urusan pangan adalah demikian vital dan krusial karena menyangkut masalah `perut'.

Penanganan logistik pangan memang benar membutuhkan kemampuan manajerial dan ilmu yang khusus. Mengenai hal tersebut, di Indonesia tidak kekurangan. Masalahnya, dalam pelaksanaannya dibutuhkan sifat amanah seperti yang dicontohkan Nabi Yusuf. Jikakau dalam menjalankan tugas dilakukan dengan amanah, tidak perlu harap-harap cemas menanti bagaimana hasil audit BPK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar