Rabu, 16 Januari 2013

Merebut Sejarah Masa Depan


Merebut Sejarah Masa Depan
Donny Syofyan ;  Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
SINAR HARAPAN, 16 Januari 2013



Kalender 2013 baru saja terbuka. Warga negara yang arif percaya selalu ada hubungan erat antara masa lalu, hari ini dan waktu yang akan datang. Adlai Stevenson (1900-1995), seorang kandidat presiden Amerika Serikat, mengatakan bahwa kita bisa memetakan masa depan kita dengan jelas dan bijaksana hanya bila kita mengetahui masa lalu yang telah membawa kita kepada hari ini.

Tak jauh berbeda, Jules de Goncourt (1830-1870) menyatakan bahwa hanya ada dua arus besar dalam sejarah manusia; kehinaan yang melahirkan kaum konservatif dan keirian yang membentuk manusia-manusia revolusioner.

Pasal sepakat atau tidak dengan proposisi di atas, dalam banyak hal terbuhul erat dengan pelajaran sejarah yang diterima masa lalu. Pada satu sisi, bila kita mendapatkan pelajaran yang benar dalam sejarah, boleh jadi kita melihat adanya relasi antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Di sisi lain, jika apa yang kita peroleh di masa lalu hanya sebatas pelajaran menghafal “fakta mati” dari peristiwa-peristiwa yang berlalu, tentu kita tidak bakal mampu memafhumi ketiga relasi di atas.

Hemat saya, masyarakat kita tidak pernah menerima mata pelajaran sejarah yang logis dan bisa dipertanggungjawabkan sebelum menaiki jenjang perguruan tinggi. Perguruan tinggilah—lewat interaksi intensif dengan mereka yang benar-benar paham sejarah—membuat kita mengerti apa dan pentingnya sejarah.
Kita membutuhkan sejarah, bukan untuk mengatakan kepada kita apa yang terjadi pada masa silam atau menjelaskan masa lalu, tapi membuat masa silam itu hidup sehingga ia bisa menjelaskan kepada kita dan membuat masa depan menjadi mungkin.

Kita perlu melihat kajian sejarah sebagai sejarah tentang apa yang telah diperbuat manusia tentang dirinya dalam konteks lingkungan fisik dan sosial, sebuah riwayat tentang petualangan moral manusia, tentang keputusan baik dan buruk, dan tentang pertimbangan yang semuanya terlihat jelas dalam konsekuensi-konsekuensinya.

Pelbagai peristiwa bersejarah hanya bisa dipahami dengan memperbaiki masa lalu setepat mungkin dan dengan memandang peristiswa tersebut sebagai hasil dari keputusan eksistensial manusia pada masa tertentu. Upaya untuk menjadikan masa lalu hidup kembali dalam konteks kekinian mensyaratkan keterlibatan aktif orang-orang yang membuat sejarah dan menganggap mereka sebagai subjek moral yang terlibat dalam perjuangan dalam mengisi takdir mereka.

Semangat Zaman

Apakah sejarah pernah diajarkan dengan cara-cara seperti ini di sekolah-sekolah kita? Jawaban dari pertanyaan ini sering kali “tidak”. Kesalahan terbesar yang terukir di sebagian besar sekolah kita adalah sejarah sering kali dikelirukan dengan “kronik” (chronicle), yakni daftar peristiwa yang terjadi menurut deret hitung peristiwa itu terjadi.

Sesuatu yang luput dari perhatian kita adalah bahwa kajian sejarah sejatinya terkait erat dengan kejadian-kejadian manusia masa lalu yang harus ditelaah sebagai implikasi pembebasan manusia. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa unsur-unsur kronik bukanlah peristiwa-peristiwa manusia, melainkan perilaku terluar. Kronik, karenanya menurut sejarawan, hanyalah kerangka sejarah, atau sejarah tanpa prinsip yang menghidupkan.

Menyentuh kerangka saja tidak akan mendidik generasi muda untuk mampu menangkap semangat zaman (zeitgeist). Dengan arti kata, pengajaran kronik semata tidak akan memandu generasi muda mendapatkan wawasan yang terkait dengan proses mental peristiwa masa lalu yang masih berlangsung dalam jiwa dan pikiran bangsa.

Pada level ekstrem, kecenderungan yang berlebihan pada kronik hanya berakibat pada munculnya sebuah kealpaan psikologis dan etis yang kian parah di negeri ini, khususnya di kalangan kawula muda, yang kian buta sejarah. Bila kita tidak menyadari akar tunggang dari pelbagai krisis yang melanda negeri ini, bagaimana mungkin kita bisa melakukan pembebasan untuk menyongsong masa depan?

Tanpa reformasi pengajaran sejarah yang serius, jangan harap lahirnya tunas-tunas muda bangsa yang paham karakter bangsa dan sadar posisinya selaku pemilik masa depan. Jangan pula berharap akan munculnya pemuda dan pemudi yang kritis untuk mengoreksi kesalahan masa lalu dan arif untuk mengambil yang terbaik di masa silam guna direkonstruksi sesuai kebutuhan dewasa ini.

Mengingat proses dan upaya penemuan sejarah adalah sebuah proyek dan proses kolektif lintas generasi, program perbaikan sistem dan metode pengajaran sejarah perlu dilihat sebagai persoalan mendesak dalam reformasi sistem pendidikan kita. Penangguhan yang tidak tentu dalam upaya perbaikan ini hanya membuat larut anak bangsa yang cuma bisa berlari di tempat.

Kejujuran memahami masa lalu menjadi tantangan terberat dalam mendidik generasi mendatang. Mempertahankan inakurasi sejarah, terutama di kalangan generasi muda, hanya akan melanggengkan kebuntuan memafhumi identitas.

Sebaliknya, persepsi yang jujur dalam menatap sejarah meniscayakan lahirnya anak-anak bangsa dengan kepribadian yang tegak dan matang. Karenanya, tidak berlebihan mengatakan bahwa kemelekan warga bangsa Indonesia terhadap sejarahnya sendiri berkorelasi linear dengan kedewasaan bangsa ini menyeimbangkan idealisme yang tak realistis dan realisme yang kelewat pragmatis di hari esok.

Kini menjadi momen yang tepat untuk mendesain dan melaksanakan reformasi pengajaran sejarah kita. Indonesia punya ratusan profesor, doktor, dan guru sejarah yang berpengalaman dalam sistem kita untuk membimbing sekolah-sekolah kita menuju metode pengajaran sejarah yang autentik, jujur dan mencerahkan. Diharapkan reformasi pengajaran sejarah ini pada akhirnya akan membangkitkan cita-cita ideal bangsa ini untuk masa depan.

Memahami cita-cita ideal ini amat krusial, seperti yang dinyatakan oleh Abba Eban (1986) bahwa suatu bangsa menulis sejarahnya dalam citra idealnya. Kita akan berhenti menjadi bangsa yang ragu-ragu mengenai masa depan kita begitu kita mengerti bahwa cita dan ideal kita adalah untuk masa depan negeri ini, terutama kaum muda sebagai pelaku sejarah umat manusia abad-abad mendatang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar