Kamis, 17 Juli 2014

Negara Maritim dan Kemakmuran

                            Negara Maritim dan Kemakmuran

Djuliati Suroyo  ;   ( Tidak Ada Penjelasan ) 
SUARA MERDEKA,  16 Juli 2014
                                                


"Dalam pembangunan ekonomi terdapat kepincangan pemanfaatan lautan dibandingkan dengan daratan"

NEGARA kita adalah negara maritim, artinya laut yang bertabur ribuan pulau adalah aset kekayaan bangsa dan negara. Sudahkah kita menggali dan memanfaatkan kekayaan ”Tanah dan Air”  kita untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat? Jawabnya sudah ketika kita menengok ke belakang, ke zaman tatkala raja-raja Nusantara menguasai lautan.

Sriwijaya menjadi besar, makmur, dan jaya berkat penguasaan pelayaran dan perdagangan lautnya. Sriwijaya menjual produk dalam negeri: kemenyan, kapur barus, cengkih, dan lada, untuk membeli barang impor: sutera dan keramik dari Tiongkok, serta tekstil halus dari India.

Sriwijaya berjaya pada abad VI-XII (Wolters, 2011 ; Hall, 1985). Menyusul Majapahit pada abad XIV-XV yang menjadi kaya dan jaya dari pelayaran dan perdagangan lautnya. Mengekspor beras ke seluruh Nusantara, membeli rempah-rempah untuk dijual, dan uangnya untuk mengimpor produk luar negeri. Abad XVII muncul kerajaan Aceh di barat, Gowa/Makassar, dan Ternate di timur, semuanya kerajaan maritim yang makmur.

Mereka memiliki armada laut untuk melindungi jalur perdagangan dan keamanan di laut (Suroyo, 2007). Kerajaan-kerajaan ini mundur akibat kehadiran VOC yang memiliki armada laut bersenjatakan lebih modern, dengan organisasi perdagangan lebih maju, politik ekonomi lebih eksploitatif (monopoli perdagangan), dan politik adu domba lebih licin guna mematahkan kekuasaan kerajaan-kerajaan maritim. VOC mendesaknya menjadi kerajaan darat dan menutup komunikasi ke luar lewat lautan, hingga kita menjadi negeri miskin dan terbelakang.

Tantangan Globalisasi

Indonesia masa kini hidup pada era globalisasi dengan segala tantangan modernisasinya. Tetapi bukankah sejak dulu Indonesia (Nusantara) juga selalu menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi? Terbukti Indonesia bisa mengatasi dengan mengambil yang terbaik dari ”globalisasi” (pengaruh Hindu, Islam) menjadi miliknya yang baru. Indonesia memperbaiki bentuk perahu dengan bentuk kapal layar besar seperti pinisi, serta persenjataan modern dengan bantuan teknisi dari Turki. Dengan itu ia tetap dapat menguasai darat dan laut dengan cara memanfaatkan produk dalam negerinya untuk dipertukarkan dengan produk luar negeri.

Indonesia sejak kemerdekaan 1945 hingga masa kini telah mencapai kemajuan cukup pesat dala segala bidang. Modernisasi dilaksanakan di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya tak kalah dari bangsa-bangsa berkembang lain. Namun di bidang ekonomi terdapat kepincangan pemanfaatan lautan dibanding daratan. Eksploitasi di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan telah dilaksanakan intensif, meski mengabaikan pemeliharaan lingkungan hidup.

Pertambangan digali besar-besaran, meskipun sebagian besar dikuasai investor asing. Pabrik tekstil, pabrik elektronik dan otomotif dikembangkan, meskipun kebanyakan dimiliki asing. Transportasi darat dikembangkan dengan membangun jalan raya, jalan tol, rel ganda dengan moda transportasi kereta api, mobil, bus, truk segala ukuran hingga memenuhi jalanan. Beban daratan menjadi begitu berat.

Bagaimana dengan aktivitas ekonomi di laut? Perikanan pantai dikuasai nelayan Indonesia, tapi perikanan lepas pantai, terutama penangkapan ikan di laut dalam dikuasai dan dicuri nelayan-nelayan asing. Demikian pula produk laut lain, hasil tambang di bawah laut. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar