Jumat, 21 Februari 2014

Imbas Kenaikan Harga

Imbas Kenaikan Harga

Pande Radja Silalahi  ;    Peneliti Senior CSIS
SUARA KARYA,  20 Februari 2014

                                                                                         
                                                                                                                       
Kerusakan infrastruktur seperti jalan akibat cuaca buruk atau bencana--banjir dan gunung meletus--bisa sangat mengkhawatirkan. Selain menghambat aktivitas harian masyarakat, juga menghambat distribusi pasokan bahan makanan hingga berpengaruh terhadap kenaikan harga.

Sekarang ini masyarakat, khususnya yang terkena imbas bencana alam, hanya bisa pasrah menerima kenyataan dan terus berharap agar kehidupan hari mendatang tidak makin sulit. Bagaimanapun, banjir dan bencana erupsi gunung berapi di beberapa wilayah Tanah Air mempersulit lalu lintas barang dan jasa. Jalan yang berlubang-lubang akibat banjir menyebabkan arus lalu lintas tersendat dan bahkan menjadi ancaman keselamatan bagi masyarakat yang mempergunakannya. Demikian pula kabut debu dan lahar dingin akan tetap mengganggu aktivitas warga masyarakat luas.

Dari sudut pandang ekonomi atau bisnis, terjadinya kemacetan atau keterlambatan arus logistik dan meningkatnya risiko keselamatan akibat bencana berarti peningkatan biaya. Pertanyaannya, siapa yang akan memikul kenaikan biaya tersebut? Bagi masyarakat yang pendapatannya rendah atau pas-pasan, masalah itu serius atau bahkan sangat serius.

Bagi mereka, mengurangi konsumsi pangan bukanlah hal yang mudah dan bahkan tidak mungkin. Dengan demikian, sebagai akibat kenaikan harga pangan yang tinggi, mereka terpaksa mengorbankan pengeluaran keperluan lainnya, misalnya untuk keperluan sandang atau kesehatan.

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa harga beberapa komoditas tertentu seperti beras, bawang, cabai, dan beberapa produk pertanian sangat sensitif terhadap terjadinya gangguan pada jalan, cuaca buruk, dan bencana. Pengalaman menunjukkan terganggunya lalu lintas antarprovinsi menyebabkan harga beberapa komoditas tertentu meroket. Hal ini biasanya dipicu juga oleh ulah para spekulan.

Masyarakat di sekitar Gunung Sinabung tentu mengalami tekanan ekonomi yang sangat besar karena dalam hitungan bulan mereka pasti belum dapat memanfaatkan lahan seperti sebelum terjadi erupsi. Demikian pula masyarakat di sebagian wilayah Jatim dan Jateng, yang tanaman pangannya hancur akibat kebanjiran atau terkena imbas letusan Gunung Kelud dan harus menunggu beberapa bulan sebelum kembali dapat menjual hasil pertaniannya. Secara kuantitas, kerugian yang dialami sebagai akibat cuaca buruk dan bencana alam yang terjadi belakangan ini sangat besar dan tidak merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Menyimak dampak yang terjadi sebagai akibat cuaca buruk dan bencana alam dapatlah dipastikan bahwa biaya penanggulangan yang dibutuhkan relatif besar dan biaya tersebut belum tersedia dalam APBN tahun berjalan. Bagi Indonesia, alasan tidak tersedianya dana untuk menanggulangi dampak yang dimaksudkan pada hakikatnya tidaklah tepat.

Dana yang tersedia yang dapat dikelola oleh pemerintah masih membuka peluang untuk meminimalkan akibat bencana alam tersebut. Sisa anggaran masih dapat dipergunakan, subsidi yang tidak tepat sasaran masih dapat diarahkan pada sasaran yang tepat. Masalahnya, apakah di tahun politik ini ada kemauan dari pemerintah dan seluruh masyarakat serta utamanya masyarakat politik untuk fokus mengatasi dampak cuaca buruk dan bencana yang terjadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar