|
Ada tiga tulisan terpisah di Harian
Kompas edisi 12 Agustus 2013 yang saling terkait. Pertama, tulisan tentang
tingginya urbanisasi ke Jabodetabek; kedua, sapi rancah sebagai komoditas
penting bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan selatan Jawa Barat dan,
ketiga, tentang budaya belajar serta peran teknologi informasi komunikasi untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah.
Ketiganya
saling terkait karena mengedepankan aspek lokalitas dalam pembangunan ekonomi
dan kesejahteraan, akses terhadap informasi, pengetahuan serta teknologi, dan
perlunya interaksi serta pembelajaran berkesinambungan dalam pemberdayaan
masyarakat.
Lokalitas
Dalam era
otonomi daerah saat ini, pemerintah kabupaten/kota berperan penting dalam implementasi
program pembangunan. Jadi, kualitas hasil pembangunan daerah sangat ditentukan
kemampuan mengelola potensi daerah dan mengoordinasikan eksekutif, legislatif,
ataupun partisipasi masyarakat.
Pengalaman
sejumlah negara menunjukkan bahwa format klaster industri dalam suatu proses
penciptaan nilai tambah (value chain)
komoditas unggulan terbukti mampu menciptakan daya saing ekonomi dan
kesejahteraan.
Dalam konteks
sapi rancah di atas, sapi lokal yang sarat keunggulan komparatif dapat
dikembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan daging di Jawa Barat, sekaligus
mendorong pertanian organik serta industri produk turunan sapi (daging olahan,
barang kulit, abu tulang, dan lain-lain) dan industri pendukungnya (energi
biogas, pakan, kesehatan hewan, pengepakan, dan lain-lain).
Namun,
pengembangan komoditas unggulan daerah tidak mungkin dilakukan dalam
keterisolasian. Perlu berbagai informasi dan pengetahuan untuk mengolah bahan
baku dan menjaga kualitas produk agar dapat diterima pasar secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu jaringan dalam bentuk hubungan personal,
kerja sama lembaga, dan infrastruktur telekomunikasi.
Kabupaten
Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan bisa menjadi contoh karena berhasil
mengembangkan produk perikanan dan perkebunan untuk memenuhi pasar Jepang.
Bantaeng memanfaatkan teknologi dari lembaga litbangyasa untuk memilih
komoditas unggulan yang tepat dan mengombinasikannya dengan dukungan teknologi
yang pas.
Namun, proses
penguatan kapasitas mengolah serta mencerap informasi, pengetahuan, dan
teknologi tidak berlangsung otomatis. Akses dalam bentuk perpustakaan, jaringan
komunikasi dan internet harus dilengkapi dengan sistem yang menjamin adanya
interaksi timbal balik antara entitas pemilik informasi, pengetahuan, dan
teknologi dengan penggunanya. Proses berbagi inilah yang menjadi roh
pembelajaran berkesinambungan.
Budaya belajar
yang berkembang di masyarakat di daerah menjadi dasar pembangunan. Di sini,
pemerintah yang mengayomi serta responsif berinteraksi dengan rakyat yang
cerdas dan beretika. Ini mewujud menjadi daerah yang nyaman bagi siapa pun
untuk berkontribusi pada pembangunan daerah—pelaku usaha, tenaga kerja, dan
iklim kerja yang kondusif—serta menjadi penanda daerah yang tumbuh dan
membangun berkelanjutan.
Memulainya
Penentuan visi
pembangunan kabupaten/kota yang jelas dan tajam adalah dasarnya. Ini disusul
dengan identifikasi tema prioritas pembangunan daerah serta pemilihan unggulan.
Keseluruhannya diperkuat dengan jaringan informasi, pengetahuan, dan
kelembagaan alih teknologi. Dalam keseluruhan proses, yang harus dijaga adalah
tujuan akhirnya, yaitu kesejahteraan rakyat Indonesia.
Semua rencana
ini dituangkan ke dalam peta rencana sebagai himpunan kegiatan hasil penjabaran
visi yang disandingkan dengan kondisi awal. Seluruh kegiatan ini diintegrasikan
melalui serangkaian output menjadi outcome dan dampak yang
diinginkan.
Agar interaksi
berjalan efektif diperlukan platform
yang sama bagi setiap pelaku pembangunan di daerah tersebut. Semua bekerja
bersama secara sistematik dan, pada gilirannya, menciptakan sistem yang diisi
oleh aliran informasi dan pengetahuan. Dengan demikian, seluruh elemen yang
terlibat meningkat kapasitas dan kemampuannya, seperti halnya sistem tubuh
manusia hidup: aliran darah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh sel-sel
tubuh sekaligus membuang karbon dioksida dan sisa-sisa pembakaran.
Apabila daerah
tumbuh berkualitas, uang, pekerja, dan pelaku usaha akan mengalir secara
alamiah. Upaya ke arah ini ditunjukkan oleh prakarsa dalam tiga tahun terakhir
di Kabupaten Pelalawan, Riau. Salah satu kegiatannya membangun kawasan industri
produk sawit berstandar global yang ramah lingkungan dengan mendorong
pemanfaatan energi baru terbarukan. Ini disertai dengan program perbaikan
sistem perizinan dan pembangunan akademi komunitas secara terintegrasi. Program
sejenis juga dilakukan oleh kota Pekalongan di Jawa Tengah yang mengembangkan
industri batik dan perikanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi berbasis open source.
Semoga ke
depan dapat terwujud Indonesia sejahtera dan berkeadilan yang diwarnai oleh
hasil pembangunan di daerah-daerah yang berkualitas dan berkelanjutan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar