Rabu, 18 September 2013

Membangun Daerah Berbasis Pengetahuan

Membangun Daerah Berbasis Pengetahuan
Denny Pantjadarma  ;    Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi untuk Peningkatan Daya Saing, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
KOMPAS, 18 September 2013


Ada tiga tulisan terpisah di Harian Kompas edisi 12 Agustus 2013 yang saling terkait. Pertama, tulisan tentang tingginya urbanisasi ke Jabodetabek; kedua, sapi rancah sebagai komoditas penting bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan selatan Jawa Barat dan, ketiga, tentang budaya belajar serta peran teknologi informasi komunikasi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah.

Ketiganya saling terkait karena mengedepankan aspek lokalitas dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan, akses terhadap informasi, pengetahuan serta teknologi, dan perlunya interaksi serta pembelajaran berkesinambungan dalam pemberdayaan masyarakat.
Lokalitas
Dalam era otonomi daerah saat ini, pemerintah kabupaten/kota berperan penting dalam implementasi program pembangunan. Jadi, kualitas hasil pembangunan daerah sangat ditentukan kemampuan mengelola potensi daerah dan mengoordinasikan eksekutif, legislatif, ataupun partisipasi masyarakat.
Pengalaman sejumlah negara menunjukkan bahwa format klaster industri dalam suatu proses penciptaan nilai tambah (value chain) komoditas unggulan terbukti mampu menciptakan daya saing ekonomi dan kesejahteraan.
Dalam konteks sapi rancah di atas, sapi lokal yang sarat keunggulan komparatif dapat dikembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan daging di Jawa Barat, sekaligus mendorong pertanian organik serta industri produk turunan sapi (daging olahan, barang kulit, abu tulang, dan lain-lain) dan industri pendukungnya (energi biogas, pakan, kesehatan hewan, pengepakan, dan lain-lain).
Namun, pengembangan komoditas unggulan daerah tidak mungkin dilakukan dalam keterisolasian. Perlu berbagai informasi dan pengetahuan untuk mengolah bahan baku dan menjaga kualitas produk agar dapat diterima pasar secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu jaringan dalam bentuk hubungan personal, kerja sama lembaga, dan infrastruktur telekomunikasi.
Kabupaten Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan bisa menjadi contoh karena berhasil mengembangkan produk perikanan dan perkebunan untuk memenuhi pasar Jepang. Bantaeng memanfaatkan teknologi dari lembaga litbangyasa untuk memilih komoditas unggulan yang tepat dan mengombinasikannya dengan dukungan teknologi yang pas.
Namun, proses penguatan kapasitas mengolah serta mencerap informasi, pengetahuan, dan teknologi tidak berlangsung otomatis. Akses dalam bentuk perpustakaan, jaringan komunikasi dan internet harus dilengkapi dengan sistem yang menjamin adanya interaksi timbal balik antara entitas pemilik informasi, pengetahuan, dan teknologi dengan penggunanya. Proses berbagi inilah yang menjadi roh pembelajaran berkesinambungan.
Budaya belajar yang berkembang di masyarakat di daerah menjadi dasar pembangunan. Di sini, pemerintah yang mengayomi serta responsif berinteraksi dengan rakyat yang cerdas dan beretika. Ini mewujud menjadi daerah yang nyaman bagi siapa pun untuk berkontribusi pada pembangunan daerah—pelaku usaha, tenaga kerja, dan iklim kerja yang kondusif—serta menjadi penanda daerah yang tumbuh dan membangun berkelanjutan.
Memulainya
Penentuan visi pembangunan kabupaten/kota yang jelas dan tajam adalah dasarnya. Ini disusul dengan identifikasi tema prioritas pembangunan daerah serta pemilihan unggulan. Keseluruhannya diperkuat dengan jaringan informasi, pengetahuan, dan kelembagaan alih teknologi. Dalam keseluruhan proses, yang harus dijaga adalah tujuan akhirnya, yaitu kesejahteraan rakyat Indonesia.
Semua rencana ini dituangkan ke dalam peta rencana sebagai himpunan kegiatan hasil penjabaran visi yang disandingkan dengan kondisi awal. Seluruh kegiatan ini diintegrasikan melalui serangkaian output menjadi outcome dan dampak yang diinginkan.
Agar interaksi berjalan efektif diperlukan platform yang sama bagi setiap pelaku pembangunan di daerah tersebut. Semua bekerja bersama secara sistematik dan, pada gilirannya, menciptakan sistem yang diisi oleh aliran informasi dan pengetahuan. Dengan demikian, seluruh elemen yang terlibat meningkat kapasitas dan kemampuannya, seperti halnya sistem tubuh manusia hidup: aliran darah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh sekaligus membuang karbon dioksida dan sisa-sisa pembakaran.
Apabila daerah tumbuh berkualitas, uang, pekerja, dan pelaku usaha akan mengalir secara alamiah. Upaya ke arah ini ditunjukkan oleh prakarsa dalam tiga tahun terakhir di Kabupaten Pelalawan, Riau. Salah satu kegiatannya membangun kawasan industri produk sawit berstandar global yang ramah lingkungan dengan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan. Ini disertai dengan program perbaikan sistem perizinan dan pembangunan akademi komunitas secara terintegrasi. Program sejenis juga dilakukan oleh kota Pekalongan di Jawa Tengah yang mengembangkan industri batik dan perikanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berbasis open source.
Semoga ke depan dapat terwujud Indonesia sejahtera dan berkeadilan yang diwarnai oleh hasil pembangunan di daerah-daerah yang berkualitas dan berkelanjutan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar