HAM,
Islam, dan Lesbianisme
Muhammad Nurman ; Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Tafsir, Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir
SUMBER
: REPUBLIKA,
28 Mei 2012
Hubungan
antara aktivis HAM dan ajaran Islam secara khusus mengalami gesekan yang belum
bisa ditemukan. Banyak permasalahan yang menyudutkan HAM dan Islam itu sendiri.
Ketika munculnya pertentangan terhadap aliran Ahmadiyah yang salah
menginterpretasikan Islam, bahkan mengarah kepada penghinaan dan penistaan
Islam.
Di
sisi lain muncul pendekar HAM demi kebebasan berpendapat, berkeyakinan, dan
berekspresi mereka berani maju ke depan untuk membela kaum yang dianggap telah
direnggut HAMnya. Di sini diperlihatkan bagaimana Islam bertentangan dengan
HAM. Tapi, kita juga harus bertanya, apakah ritual ibadah harian yang kita
lakukan dari shalat, puasa, dan lainnya telah merenggut kebebasan kita dalam
hidup dan berpikir?
Secara
lahir, semua ibadah yang kita lakukan telah merenggut hak hidup kita dan ini
adalah produk agama. Kalau begitu, buang saja agama dari pemikiran manusia.
Ketika muncul keyakinan ateis dalam pemikiran kita, berarti yang muncul
bukanlah kemajuan dalam berpikir manusia, akan tetapi kemunduran.
Manusia
yang berperadaban akan selalu memperbarui pemikiran kuno mereka dengan
pemikiran yang lebih rasional dan realistis. Keyakinan ateis adalah pemikiran
yang klasik. Bangsa yang berkeyakinan ateis adalah bangsa yang primitif karena
yang ia kenal di dunia ini hanyalah bumi, matahari, dan bulan. Belum terjamah
dalam pemikiran mereka tentang tata surya yang lain.
Orang
yang berperadaban akan mengkritisi keyakinan ateis karena mereka belum bisa
mengetahui secara pasti hakikat semua benda langit ini. Jikalau bumi tercipta
dengan sendirinya, apakah planet-planet lain juga ter cipta dengan sendirinya?
Atau, mungkin bumi sendiri yang telah menciptakannya?
Jikalau
memang bumi yang menciptakannya, berarti manusia pasti akan tunduk kepada bumi
karena bumi memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia. Begitu juga jika
planet-planet di angkasa tercipta dengan sendirinya maka harus ada penelitian
kekuatan planet mana yang paling besar. Ateis bukanlah karakter berpikir
manusia yang berperadaban, ini adalah pemikiran bangsa yang sangat primitif.
Kembali
kepada permasalahan HAM yang telah disebutkan sebelumnya, Islam juga menjadi
tersangka saat muncul kalangan yang sangat minoritas ingin mengekspresikan gaya
nafsu mereka. Tapi, apakah mereka tidak berpikir bahwa mereka yang minoritas
ini telah merusak warisan budaya bangsa yang sangat luhur dan disanjung-sanjung
selama ini? Apakah mereka tidak merasa bahwa mereka telah merenggut HAM yang
jutaan kali lipat lebih banyak jumlahnya dibanding kelompok mereka? Mereka yang
mayoritas ini menganggap hal yang menyimpang dari perilaku seks sejenis adalah
tabu. Sedangkan, kaum minoritas yang tidak tahu asal-usulnya dengan bangga
menyosialisasikan gaya mereka dalam memuaskan nafsu syahwat.
Ini
bukanlah sosialisasi, tapi penghinaan terhadap keyakinan dan warisan budaya
bangsa. Mereka ingin menukar warisan budaya timur kita dengan budaya yang tidak
jelas asal usulnya. Tapi sayang, budayawan dan kaum adat telah dikelabui oleh
aktivis ini. Merekalah yang telah memperkosa dan mencemari budaya dan adat
bangsa kita selama ini.
Mereka
bukan hanya punya misi menghapus agama dalam tatanan masyarakat Indonesia,
tetapi juga menghapus warisan budaya dan adat yang bernilai budi luhur tinggi.
Seharusnya, aktivis HAM harus membela umat Islam yang bukan hanya ingin menjaga
keyakinan beragama mereka, tapi juga menjaga warisan budaya dan adat timur
mereka.
Sikap
suka sejenis akan melahirkan rasisme golongan, yang laki-laki akan merasa
unggul daripada perempuan dan begitu juga sebaliknya. Jika dilihat dari
sejarah, praktik ini juga telah terjadi pada masa Nabi Luth, yang juga
merupakan gaya dan pemikiran klasik yang sudah banyak dikritisi dan dibantah,
baik secara agama maupun adat.
Jikalau
ini adalah praktik yang legal dan diterima di tengah-tengah masyarakat beberapa
abad ini, di mana dapat kita temukan komunitas atau filosofi adat mereka? Tidak
akan kita temui kecuali hanya beberapa tahun ini di Barat.
Dengan
kata lain, praktik ini telah dikritisi oleh umat terdahulu berabadabad lamanya
dan sekarang lahir kembali. Berarti, reinkarnasi pemikiran ini adalah
kemunduran. Seks atau nafsu suka sejenis bukanlah sebuah pemikiran dan
keyakinan, tapi ini adalah penistaan terhadap HAM itu sendiri.
Sekarang, mengapa kaum feminis tidak
menentang para gay dan lesbian?
Apakah mereka tidak berpikir bahwa perilaku suka sejenis telah melarang mereka untuk menikah dengan lelaki idaman mereka? Apakah perilaku ini tidak menghalangi keinginan mereka untuk memiliki keturunan dan menimang bayi?
Perilaku ini juga akan berdampak pada kondisi sosial lainnya, seperti pekerjaan, pendidikan, dan status sosial.
Apakah mereka tidak berpikir bahwa perilaku suka sejenis telah melarang mereka untuk menikah dengan lelaki idaman mereka? Apakah perilaku ini tidak menghalangi keinginan mereka untuk memiliki keturunan dan menimang bayi?
Perilaku ini juga akan berdampak pada kondisi sosial lainnya, seperti pekerjaan, pendidikan, dan status sosial.
Kaum yang berkuasa akan menerima pekerja dan
mendidik orang dari kaum mereka. Secara kekuatan, laki-laki pasti lebih unggul
di sini. Sekarang, mana kaum feminis yang bersuara karena kalian akan dikuasai
oleh laki-laki?
Kalian akan dilarang bekerja dan belajar, percuma sudah usaha Ibu Kartini yang mereka usung. ●
Kalian akan dilarang bekerja dan belajar, percuma sudah usaha Ibu Kartini yang mereka usung. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar