Minggu, 27 Mei 2012

Overconnected Consumer


Overconnected Consumer
Yuswohady ; Pengamat Bisnis dan Pemasaran Blog
SUMBER :  SINDO, 27 Mei 2012



Ada kebiasaan “jelek” yang selalu saya temukan saat meeting dengan klien, mitra kerja, atau siapa pun. Di ruangan, saat meeting bergulir, BlackBerry (BB) sudah stand-by di depan masing-masing peserta meeting (ups, tentu saja BB dalam keadaan hidup).
Tangan kanan memegang bolpoin agar meeting terlihat serius, tangan kiri gelisah luar biasa layaknya gadis yang sedang kasmaran. Begitu ada salah satu peserta meeting yang angkat bicara, maka si tangan kiri pun mulai sigap bergerilya menerkam BB. Secepat kilat jari-jemari lincah menari di atas tuts-tuts telepon pintar itu dan seketika itu pula mata mulai juling.

Satu melirik ke layar BB, satunya lagi ke peserta lain yang sedang bicara. Otak pun terbelah menjadi dua, pertama ke email-Twitter-Facebook; kedua, kepada apa yang diomongkan peserta lain.Karena itu, sering kali terjadi saat suasana meeting lagi serius-seriusnya, ada saja satu atau beberapa peserta yang senyum- senyum kecil sendiri. Tentu saja ber-BB ria selama meeting adalah kebiasaan buruk dan tidak sopan karena tidak menghargai peserta lain.

Tapi tak tahu kenapa, makin lama saya amati,kebiasaan ini semakin merajalela nyaris menjadi budaya meeting baru yang kita lestarikan bersama. Saya tahu persis para peserta meeting itu umumnya orang-orang supersibuk sehingga email harus cepat dijawab, SMS harus cepat direspons, mention di Twitter harus cepat di-retweet, beragam berita harus diikuti.

Overconnected

Saya sedang tidak tertarik membicarakan apakah ber-BB ria selama meeting itu etis atau tidak,sopan atau tidak.Saya lebih tertarik pada munculnya perilaku baru di mana kita harus terkoneksi dengan begitu banyak hal secara bersamaan.

Pertama-tama kita terkoneksi pada pekerjaan yang sedang kita lakukan, tetapi pada saat yang bersamaan kita juga harus terkoneksi dengan teman nun jauh di sana (melalui Twitter dan Facebook); terkoneksi dengan email (melalui Gmail) dan SMS; terkoneksi dengan beragam konten berita online; terkoneksi dengan beragam apps dari games hingga Instagram (melalui Apps Store atau Android); dan sederetan koneksi-koneksi lain yang kita lakukan secara bersamaan.

Dalam kasus meeting di atas misalnya, selagi hikmat mengikutinya perhatian kita liar mengembara ke bos yang mengirim email penting, teman yang memberikan mention di Twitter, klien yang meng-SMS minta laporan, hingga breaking news kecelakaan Sukhoi. Kelahiran social technologies telah menjadikan kita terkepung oleh berbagai obyek dan aktivitas yang membutuhkan perhatian kita secara bersamaan (instantly& immediately). Kita menjadi mahluk yang overconnected.

24/7 Online

Ciri utama overconnected customer adalah bahwa mereka terkoneksi ke internet 24 jam sehari 7 hari seminggu. Kapan pun dan di mana pun, mereka tak bisa lepas dari radar pengaruh internet. Mereka tak rela waktunya hilang sedetik pun untuk ber-online ria di dunia maya. Karena itu, saya punya kriteria mudah untuk mengidentifikasi konsumen gaya baru ini, yaitu mereka berlangganan begitu layanan koneksi telekomunikasi. Langganan pertama untuk ponsel biasa (telepon dan SMS).

Langganan kedua untuk BlackBerry (email dan BBM). Langganan ketiga untuk iPad atau Galaxy Tab (berburu apps). Keempat langganan koneksi broadband internet agar bisa memancarkan sinyal Wi-Fi di rumah. Di manapun mereka berada, apakah di kantor, di mal, di kafe, di kampus, atau di bandara, pertanyaan pertama yang selalu muncul di kepala adalah: “Di sini ada Wi-Fi enggak ya?”.

Begitu sinyal Wi- Fi raib, maka tubuh serasa lunglai, kehidupan serasa berhenti, kiamat serasa datang esok pagi. Bagi mereka koneksi internet sudah selayaknya narkoba. Begitu mengonsumsi hidup terasa indah penuh warna; tapi begitu raib tubuh lunglai tak berdaya.

Multi-Tasking

Overconected customer adalah mahluk multi-tasking yang piawai membelah- belah otaknya ke berbagai obyek perhatian secara bersamaan. Contohnya saat mereka bekerja dengan laptopnya. Saat mereka mengetik dengan aplikasi MS Word, membuat presentasi dengan Powerpoint, atau mengerjakan tabel dengan Excel, secara bersamaan mereka membuka sederetan aplikasi mulai dari Gmail, YM (Yahoo Messenger), blog pribadi, Mozilla, TweetDeck, Facebook, dsb-dsb.

Seperti layaknya pilot di ruang kokpit, mereka berhadapan dengan beragam portofolio pekerjaan dan berusaha agar semuanya bisa ter-manage dengan mulus. Belum lengkap satu paragraf mengetik di Words, notifikasi Gmail dan YM sudah berteriak-teriak minta ditanggapi. Belum lengkap tiga slide dibuat di Powerpoint, notifikasi TweetDeck dan Facebook terus berteriak-teriak minta direspons.

Belum lengkap satu tabel Excel tercipta breaking news di media online terus menggoda minta disamperin. Jadi 2-3 jam tertawan di layar laptop, mereka begitu semrawut menyelesaikan begitu banyak pekerjaan secara bersamaan.

Social Media Addict

Overconnected consumer biasanya juga mereka yang sudah kecanduan media sosial seperti Twitter, Facebook, atau BBM Group. Media sosial menjadi alat ampuh bagi mereka untuk bersosialisasi dan berhubungan dengan teman-teman. Kalau di depan saya katakan mereka tak mau sedetik pun kehilangan koneksi ke internet, maka di sini mereka juga tak mau sedetik pun kehilangan koneksi dengan teman-teman mereka.

Kalau dulu koneksi dengan teman secara offline sangat terbatas dilakukan, maka kini koneksi dengan teman secara online bisa dilakukan 24 jam sehari 7 hari seminggu. Keresahan terbesar dari overconnected consumer terjadi saat mereka belum melakukan status update di Facebook, atau belum merespons mention dan comments dari para tweeps, atau belum mendengar gosip tergress di BBM Group.

Inilah alasan kenapa mata mereka tak pernah mau lepas dari layar BB, iPad, atau laptop. Meeting dengan bos, kerja menyusun laporan, kuliah mendengar ocehan dosen boleh jalan, tapi Facebook-an, Twitter-an, dan BBM Group-an juga tetap terus jalan beriringan: always-on 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Yang jelas, lahirnya konsumen baru membutuhkan strategi pemasaran baru. So,be relevant!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar