Sukarelawan
Lansia Peduli
Haryono
Suyono ; Ketua Umum PWRI
SUMBER
: SUARA
KARYA, 28 Mei 2012
Selasa (29/5) besok, penduduk lansia di seluruh Indonesia, yang
jumlahnya lebih dari 20 juta jiwa, akan merayakan Hari Lanjut Usia Nasional
(HLUN) 2012. Dari jumlah itu, sekitar 2,3 juta berstatus pensiunan pegawai
negeri dan pegawai BUMN yang tergabung dalam organisasi PWRI. Selama ini secara
sendiri-sendiri, setelah menyelesaikan tugasnya mengabdi kepada negara dan
bangsa minimum 30 tahun, para pensiunan itu terjun langsung ke masyarakat
mengabdi untuk kepentingan rakyat banyak.
Tidak sedikit yang bergerak dalam bidang sosial keagamaan dan
mendidik generasi muda mendalami nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa.
Mereka ikut memperkokoh landasan moral lewat pengabdian kepada masyarakat
berkat kerja keras dan bersemangat sebagai pegawai negeri dan pegawai BUMN.
Mereka tidak mengeluh meski gajinya relatif kecil selama menjadi pegawai
negeri. Begitu juga, meski uang pensiun tidak cukup untuk hidup sejahtera di
hari tua. Mereka tetap merasa terhormat mengabdi tanpa cacat untuk rakyat
banyak.
Setiap kali berkumpul dengan teman sebaya selalu terbayang rasa
puas, dan tidak jarang rasa bangga, bahwa sekolah di kampungnya adalah hasil
keputusan dan kerja keras pada zamannya. Jalan yang menghubungkan kampung
halaman dan pusat perkotaan adalah jerih payah bupati dan kawan-kawannya yang
dengan gigih berjuang ke tingkat provinsi dan pusat. Mereka ingat pasar yang
sekarang megah dan dapat menolong banyak pedagang kecil adalah hasil rekayasa
dinamik di mana para pensiunan yang bersangkutan ikut menorehkan pena tanda
tangan konsep awalnya.
Banyak sekali kenangan indah, bukan saja dari mereka yang semula
berpangkat tinggi, tetapi juga dari pensiunan pegawai rendahan. Di antaranya
bahkan ada yang aktif menyelamatkan arsip sangat penting yang salah terbuang ke
keranjang sampah. Karenanya, dengan penuh kebanggaan pensiunan itu mendapat
penghargaan yang langsung disematkan pimpinannya dalam upacara 17-an di
kantornya.
Berbagai kebanggaan lain selalu muncul dalam berbagai pertemuan
dan silaturahmi, sehingga tatkala Pengurus Besar PWRI melihat aktivitas spontan
yang beraneka ragam itu, segera terpikir untuk menjadikannya awal dan landasan
dari tekad bersama untuk memanfaatkan masa pensiun secara lebih produktif.
Alasannya sangat kuat, karena pensiunan dalam abad ke-21 berbeda dengan
pensiunan abad ke-20 lalu.
Tahun 1970-an, penduduk lansia di Indonesia baru mencapai jumlah
sekitar 2 juta jiwa. Pensiunnya tidak lebih dari 200 ribu orang dengan masa tua
yang umumnya relatif pendek karena usia harapan hidup yang rendah. Pada abad
ke-21, usia harapan hidup meningkat dari sekitar 45 tahun (tahun 1970-an)
menjadi sekitar 65 tahunan. Ini berarti jumlah lansia dan pensiunan yang lebih
melimpah akan mengalami masa tua atau masa pensiun yang jauh lebih lama
dibandingkan lansia sebelumnya.
Melihat bahwa anggota PWRI akan berada dalam keadaan masa tua yang
lebih lama, para pengurus PWRI sepakat mengembangkan berbagai kegiatan untuk
mendorong anggotanya yang masih mampu untuk melanjutkan perjuangan bersama
rakyat banyak. Kalau semasa menjabat sebagai pegawai negeri mereka adalah abdi
masyarakat, maka kini mereka - baik secara kelompok maupun individu - harus
jauh lebih dekat dengan masyarakatnya karena berbaur langsung dengan masyarakat
di sekitar.
Kalau di masa lalu, mereka berbakti sebagai abdi dengan waktu
kerja terbatas, kini mereka bisa memberikan dharma baktinya hampir tanpa batas
waktu. Kalau di masa lalu, mereka dibatasi oleh hierarki birokrasi yang kaku,
kini mereka jauh lebih bebas dalam kelompok organisasi yang mereka pimpin
langsung di masyarakat luas.
Karena itu, gerakan para mantan pegawai negeri tersebut akan
mencuat sebagai gerakan peduli terhadap upaya pemberdayaan tiga generasi, yaitu
generasi anak-anak, termasuk anak balita, generasi dewasa dan sesama generasi
lansia yang dianggap perlu dibantu untuk siap terjun dalam pembangunan berskala
luas dan berjangka panjang. Gerakan peduli tiga generasi ini ternyata mendapat
dukungan pemerintah. Yak heran, Wakil Presiden Prof Dr Boediono atas nama
Presiden RI mendeklarasikan sebagai Gerakan Nasional Lansia Peduli pada 22
Desember 2011. PB dan PD PWRI sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia
akan mendorong lembaga sosial kemasyarakatan, kantor-kantor pemerintah seperti
SKPD di mana mereka dulu bekerja, perguruan tinggi, lembaga keuangan di
daerahnya dan keluarga serta anggota masyarakat di tempat tinggalnya untuk
menyegarkan kembali budaya gotong-royong. Mereka juga didorong untuk bahu-membahu
mengangkat keluarga miskin di desa masing-masing agar lepas dari belenggu
kemiskinan.
Apalagi, mereka telah berjanji akan bekerja keras. Bahkan, kalau
perlu setiap anggota PWRI akan mengangkat seorang keluarga miskin di daerahnya
menjadi keluarga angkat, keluarga sahabat atau keluarga binaan. Dengan cara
bergotong royong, mereka akan didampingi untuk mendapat dukungan pemberdayaan
dari berbagai kalangan yang sedang giat-giatnya mengentaskan kemiskinan di
Tanah Air.
Dengan cara ini, setiap keluarga miskin tidak akan bekerja sendiri
mengatasi masalah yang melilitnya. Tetapi, mereka akan didampingi oleh anggota
PWRI dengan mengirim anak-anaknya, utamanya anak balita ke sekolah PAUD. Dengan
demikian, kedua orang tuanya dapat diberdayakan lewat latih ketrampilan dan
bekerja secara penuh. Bagi mantan pegawai negeri yang bisa bekerja karena tidak
buta aksara akan mendorong setiap keluarga muda mengirim semua anaknya untuk
sekolah sebagai bekal hidup sejahtera. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar