Muslim
Cyber Army, Pilpres 2019,
dan
Ruang Gelap Medsos
Denny JA ; Konsultan Politik; Pendiri LSI
|
REPUBLIKA,
09 Maret
2018
Propaganda, ujar Eric Hoffer,
bukan menipu masyarakat. Ia hanya membantu masyarakat untuk tertipu.
Eric Hoffer menceritakan kisah
sukses propaganda pada tingkat paling cerdas. Ahli propaganda bisa menemukan
impulse tersembunyi sebagian orang, memberinya simulasi, dan akhirnya
bergerak militan membela atau menyerang hal sesuai dengan yang diinginkan
sang dalang propaganda. Dalam banyak kasus, banyak orang tak sadar bahwa
mereka bekerja dalam pengaruh proganda.
Itulah yang kini tengah marak di dunia media sosial
(medsos) Amerika Serikat. Betapa banyaknya ruang gelap di sana. Betapa
banyaknya propaganda.
Betapa banyaknya akun, isu, dan
pedebatan yang ternyata direkayasa. Bahkan keseluruhan kerja propaganda itu
bisa mempengaruhi hasil akhir pemilu presiden yang memenangkan Donald Trump.
Indonesia harus juga mulai siaga.
Ruang gelap sosial media di Amerika Serikat harus menjadi pembuka mata.
Ternyata politik tingkat tinggi bisa begitu berbeda. Jika A menyerang B, itu
tidak benar benar A menyerang B.
Bisa saja memang A menyerang B.
Namun ternyata bisa pula pihak ketiga yang mengesankan A menyerang B. Atau
bahkan B sendiri menciptakan situasi agar A seolah olah menyerang B.
Maraknya isu Muslim Cyber Army
yang mulai membelah politik Indonesia harus pula mulai diantisipasi. Perlu
pula dibuka kemungkinan bekerjanya ruang gelap, politik tingkat tinggi, dan
kerja inteligen di balik isu itu.
***
Reddit, sebuah website informasi
yang lengkap dan berpengaruh. Alexa sebagai lembaga rating ternama menyatakan
Reddit itu website yang paling banyak
dikunjungi no enam di tingkat dunia. Di Amerika Serikat ia bahkan rangking no
empat.
Di bulan Febuari 2018 saja, ia
dikunjungi oleh 542 juta visitors. Total warga yang mengunjunginya per bulan,
234 juta unique visitors.
Sekitar 57.4 persen pengunjung
Reddit warga negara Amerika Serikat. Sekitar 40 persen pemilih Amerika
setidaknya sekali dalam sebulan bersentuhan dengan Reddit.
Hari hari ini publik Amerika
tercengang soal Reddit. Bahkan pengelola Reddit sendiri terpana.
The Guardian 6 Maret 2018
menurunkan berita investigatif. Betapa selama ini medium berpengaruh itu
sudah disusupi propaganda yang dikendalikan Rusia untuk mempengaruhi hasil
pemilu Amerika Serikat.
Ada ratusan akun di Reddit
ternyata akun palsu belaka. Ketika dilacak, akun itu sangat dicurigai bagian
dari kerja intelijen Rusia.
Kini isu soal bekerjanya jaringan
intelijen dalam pembentukan opini di media sosial ramai diungkap. Tak kurang
majalah ternama TIME menurunkan artikel: Inside Russia’s Social Media War on
America.
Seorang ahli intelijen Amerika
tercengang dan berkata: betapa tertinggalnya Amerika Serikat. Rusia sepuluh
tahun lebih maju dibandingkan Amerika Serikat dalam hal menggunakan media
sosial untuk mempengaruhi opini publik.
Sejak kemarin saya tengelam
mendalami hasil riset dan investigasi permainan politik tingkat tinggi dalam
ruang gelap media sosial. Permainan itu bekerja di empat tingkat. Untuk
mempengaruhi pemilu presiden di Amerika Serikat, ini yang mereka kerjakan.
Pertama, menemukan isu yang paling
bisa membantu kemenangan Trump dan citra buruk Hillary Clinton. Ditemukanlah
aneka isu. Ada isu yang mencekam sebagian besar pemilih Amerika Serikat:
ancaman Islam dan ketakutan akan terorisme.
Ada isu ancaman imigran baik dalam
lapangan kerja domestik bagi warga Amerika ataupun kultur kekerasan yang
mereka bawa. Ada isu skandal email Hillary Clinton ketika menjabat. Ada isu
perselingkuhan suami Hillary Clinton. Ada isu LGBT.
Isu itu segera diubah menjadi
senjata untuk diolah agar punya pengaruh elektoral yang signifikan.
Kedua, menemukan segmen masyarakat
atau grup yang paling mudah dipengaruhi oleh isu tersebut. Program algoritma
komputer sudah canggih dan sampai di level itu.
Maka masuklah kerja intelijen
dalam jaringan virtual segmen pemilih yang rentan. Bahkan jika jaringan virtual untuk itu
belum terbentuk, kerja intelijen bisa membentuknya.
Guardian misalnya telah menemukan aneka grup
virtual hasil rekayasa. Ada grup antiimigran, Secured Borders, yang diikuti
133 ribu follower.
Ada grup Being Patriotic yang
mengeritik pengungsi. Ada grup LGBT united atau Blackactivist soal isu homo
dan gerakan kulit hitam.
Kadang cara menarik hati pemilih
kulit putih yang anti kulit hitam bukan dengan seruan kepada kulit putih.
Namun cukup dengan menciptakan akun aktif kulit hitam yang agresif sehingga
pemilih kulit putih yang agak rasis menjadi militan menentang.
Ketiga, menciptakan akun palsu
untuk sebar berita. TIME magazine misalnya menemukan akun seorang ibu rumah
tangga Amerika Serikat berusia 42 tahun. Ia aktif memberikan opini politik.
Ketika dilacak mendalam, ternyata
itu akun seorang tentara Rusia yang berdomisili di Ukrania. Atau ada akun
Facebook yang sangat aktif menyebar isu pengungsi yang membelah publik Amerika.
Setelah diteliti, ternyata ia dibuat oleh agen Rusia.
Keempat, menciptakan aneka akun
untuk membuat isu menjadi viral. Isu apapun yang dianggap punya efek
elektoral mudah saja diviralkan melalui jaringan media yang sudah dirancang.
Demikianlah hari hari ini, Amerika
terbelalak mata. Media sosial ternyata punya gelap. Ruang gelap itu sudah
digunakan kerja intelijen bahkan untuk mempengaruhi hasil akhir pemilu yang
sangat penting: pemilu presiden.
***
Publik di Indonesia, aktivis,
politisi, ulama dan pendeta, pejabat, polisi dan intel di Indonesia dapat
menjadikan media sosial di Amerika Serikat sebagai kasus. Negara yang dulu
paling canggih seperti Amerika Serikatpun bisa diperdaya.
Maraknya akun Muslim Cyber
Army (MCA) yang membelah opini di
Indonesia bisa pula ada soal ruang gelap itu. Mungkin saja semakin dekat
menuju pilpres, grup ini membesar. Sementara ruang gelap di balik kasus MCA
itu belum tentu cepat terungkap.
Kita semua sepakat bahwa hoaks
yang menyebar berita palsu dan hate speech itu salah. Namun ketika mengusut
siapa dalang MCA dalam politik media sosial, situasi menjadi lebih rumit.
Menggunakan perspektif kasus politik tingkat tinggi media sosial di Amerika
Serikat, kini segala hal mungkin.
Kini sebagian kecil yang diduga
anggota MCA tertangkap untuk kasus pelanggaran hukum. Siapakah dalang yang
tertangkap itu? Mereka bisa saja sekelompok penganut muslim yang
radikal. Bisa pula mereka orang naif
yang direkayasa menggunakan label MCA.
Bisa saja ada gerakan yang
menumpang (penumpang gelap) yang justru ingin menghancurkan MCA sebelum
membesar. Bisa pula ia diciptakan
pihak korban dari MCA yang bermanuver.
Bisa pula itu kerja intelijen dalam negri atau luar negri.
Lima tahun ini mata kita
terbelalak. Alqaidah dan ISIS begitu dibenci
publik negara barat. Ternyata semakin banyak pejabat AS berkata,
termasuk Hillary Clinto. Betapa kerja intelijen Amerika Serikat ikut
melahirkan dua monster itu.
Ujar Hillary Clinton, "jangan
lupa! kita sendiri (Amerika Serikat) ikut menciptakan, memberi dana dan
melatih Alqaidah di masa awal. Wow!!!
Begitulah politik tingkat tinggi.
Apa yang sebenarnya belum tentu seperti apa yang nampak. Selalu ada ruang
gelap dalam politik tingkat tinggi. Ruang itu memang gelap sekali. Dan
berbahaya.
Pemilu presiden 2019 sudah dekat.
Media sosial akan memainkan peran signifikan untuk menyebar kebenaran ataupun
kebohongan. Yang bertarung dalam pemilu presiden Indonesia tak hanya capres,
partai politik, aktivis, media atau konsultan politik.
Siapa bilang RRC dan Amerika
Serikat tak berebut pengaruh di sini? Siapa bilang kekuatan asing lain baik
untuk kepentingan bisnis, agama atau ideologi tak ingin ikut cawe cawe? Siapa
bilang mereka tak berkepentingan siapa yang akan menjadi capres/cawapres
Indonesia berikutnya?
Celaka. Kini semua mereka semakin
canggih memainkan media sosial untuk membentuk opini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar