Pilgub
Jatim: Rivalitas Politik Dua Tokoh NU
Faisal Ismail ; Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia
(UII) Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 23 Maret 2018
KOMISI
Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Pilkada Serentak 2018 akan diselenggarakan
di 171 daerah pada 27 Juni 2018. Partai dan mitra koalisinya mengajukan pasangan
calon (paslon) untuk masing-masing daerah. Untuk Pilgub Jatim 2018; PDIP,
PKB, Gerindra, dan PKS mengusung Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno
sebagai cagub-cawagub. Sebelumnya Gus Ipul dipasangkan dengan Abdullah
Azwar Anas, tetapi kemudian Puti Guntur diusung PDIP menggantikan Azwar
Anas. Sementara Partai Golkar, NasDem, Demokrat, Hanura, PAN, dan PPP
mengusung Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak sebagai cagub-cawagub.
Gerindra sebelumnya melirik Yenny Wahid (putri Abdurrahman Wahid) untuk
diusung di Pilgub Jatim, tetapi Yenny menolak karena tidak ingin komunitas
Nahdlatul Ulama (NU) Jatim pecah
Khofifah dan Saifullah sama-sama mempunyai modal sosial politik untuk bertarung di Pilgub Jatim 2018. Empat kali Khofifah menjabat Ketua Umum PP Muslimat NU. Ia antara lain menjabat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (1999-2001), Ketua Komisi VII DPR RI (2004-2006), Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR RI (2004-2006), dan Menteri Sosial Kabinet Kerja (2014-2018). Khofifah juga berpartisipasi dalam kegiatan internasional antara lain menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam “Women 2000, Gender Equality, Development and Peace for the Convention on the Ellimination of all Forms of Discrimination Against Women” di Markas Besar PBB, New York (2000), narasumber di Conference on Women in Islam as Role Model di Berlin, Jerman (2004), narasumber di Commission on the Advancement of Women, Commission on the Status of Women, di Markas Besar PBB, New York (2006), dan narasumber di International Conference of Islamic Scholars di Jakarta (2006). Saifullah Yusuf menjadi Ketua Umum GP Ansor selama dua periode (2000-2005 dan 2005-2010). Kemudian dia terpilih menjadi salah satu Ketua PBNU di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siradj. Pada Pemilu 1999, ia menjadi anggota DPR RI dari PDIP. Pada muktamar PKB tahun 2002, Saifullah terpilih menjadi Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mulai dari Oktober 2004-Mei 2007, dia menjadi Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Saifullah selama dua periode (2009-2013 dan 2014-2018) menjabat Wakil Gubernur Jatim mendampingi Gubernur Soekarwo. Kontestasi Politik Pilgub Jatim 2008 diikuti lima paslon, dua di antaranya adalah Soekarwo-Saifullah (diusung Partai Demokrat dan mitra koalisinya) dan Khofifah-Mudjiono (diusung PPP dan mitra koalisinya). Pilgub Jatim 2008 berlangsung tiga kali putaran. Paslon Soekarwo-Saifullah menang dan empat paslon lainnya (termasuk Khofifah-Mudjiono) kalah. Soekarwo-Saifullah meraup suara 50,11%, sedangkan Khofifah-Mudjiono memperoleh suara 49,89%. Selanjutnya Pilgub Jatim 2013 diikuti empat paslon, dua di antaranya adalah Soekarwo-Saifullah (petahana yang dijagokan Demokrat dan mitra koalisinya) dan Khofifah-Herman Suryadi (diusung PKB dan mitra koalisinya). Pada mulanya, KPU Jatim tidak meloloskan Khofifah-Herman untuk mengikuti pilgub. Namun, setelah Khofifah mengajukan gugatan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, pasangan tersebut diloloskan. Total jumlah pemilih sebanyak 30.034.249 orang. Kembali Soekarwo-Saifullah menang dan tiga pasangan lainnya (termasuk Khofifah-Herman) tersisih. Soekarwo-Saifullah memperoleh 8.195.816 suara (47,25%), sedangkan Khofifah-Herman mendapat 6.525.015 suara (37,62%). Tidak memilih/golput 12.138.440 orang. Sudah dua kali Khofifah terjungkal di Pilgub Jatim, tapi dia tidak patah semangat dan maju lagi di Pilgub Jatim 2018. Demi merebut kursi Jatim 1, Khofifah mengundurkan diri sebagai Mensos (seharusnya dilakoni sampai tahun 2019) dan Presiden Jokowi menerima pengunduran dirinya. Khofifah juga mengundurkan diri sebagai Ketum Muslimat NU karena tidak ingin membawa Muslimat NU ke kancah politik praktis. Pilgub Jatim 2018 merupakan peluang ketiga bagi Khofifah untuk menjadi gubernur. Karena itu, ia (dan Emil), tim sukses, dan para pendukungnya terus berkampanye secara all out untuk menang. Pendekatan kepada masyarakat Jatim, terutama kepada massa, tokoh, kiai, nyai, dan pesantren NU, terus dilakukan untuk meraih dukungan politik. Khofifah mendapat dukungan Salahud-din Wahid (tokoh senior NU) dan ratusan mantan pengurus Banser dan Pagar Nusa yang memiliki basis massa di berbagai daerah di Jatim. Ketua Dewan Syuro DPC PKB Gresik KH Robbach Ma’sum mendukung Khofifah-Emil. Manuver politik yang sama dilakukan juga oleh Saifullah Yusuf. Setelah dua kali menjadi Wagub Jatim (2009-2013 dan 2014-2018) mendampingi Gubernur Soekarwo, Saifullah bertekad ingin menjadi orang ke-1 di Jatim. Pasangan Gus Ipul-Puti, tim sukses, dan para pendukungnya terus melakukan kampanye secara all out demi memenangkan pertarungan. Saifullah-Puti dan pendukungnya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat Jatim, terutama kepada massa, tokoh, kiai, dan pesantren NU, untuk mengeduk dukungan politik. Kontestasi politik antara Saifullah-Puti versus Khofifah-Emil tampak berlangsung ketat, karena keduanya ingin meraih dukungan politik terutama dari warga NU Jatim. Elektabilitas Khofifah-Emil dan Saifullah-Puti saling kejar. Menurut survei Poltracking yang dilaksanakan pada 6-11 Maret 2018, Khofifah-Emil memperoleh suara 42,4%, sedangkan Saifullah-Puti mendapat suara 35,8% dan para pemilih yang belum menentukan pilihan 21,8%. Menurut survei ini, Khofifah-Emil unggul atas Saifullah-Puti dalam pengumpulan suara. Namun, rakyat Jatimlah pada akhirnya yang akan menentukan pemenang Pilgub Jatim pada 27 Juni 2018. Sejauh menyangkut NU, di tingkat kepemimpinan terjadi rivalitas politik antara cagub Saifullah versus cagub Khofifah dan di tingkat akar rumput terjadi pula rivalitas politik antara sesama massa NU. Seluruh warga NU Jatim hendaknya bersikap adil dan menggunakan logika serta akal sehat dalam memilih antara Khofifah-Emil atau Gus Ipul-Puti. Kandidat gubernurnya sama-sama tokoh NU. Pasti salah satu pasangan ada yang kalah. Paslon yang kalah dan warga NU memilih yang kalah tidak perlu kecewa karena menang tak lain adalah juga tokoh NU. Nothing to lose! ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar