Sabtu, 24 Maret 2018

Pilgub Jatim: Rivalitas Politik Dua Tokoh NU

Pilgub Jatim: Rivalitas Politik Dua Tokoh NU
Faisal Ismail  ;   Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
                                                  KORAN SINDO, 23 Maret 2018



                                                           
KOMISI Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Pil­ka­da Serentak 2018 akan diselenggarakan di 171 dae­rah pada 27 Juni 2018. Partai dan mitra koalisinya me­ngajukan pa­sangan calon (paslon) untuk masing-masing daerah. Untuk Pilgub Jatim 2018; PDIP, PKB, Gerindra, dan PKS mengusung Saifullah Yu­suf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soe­karno sebagai cagub-cawagub. Sebelumnya Gus Ipul di­p­a­sang­kan dengan Ab­dul­lah Azwar Anas, tetapi ke­mu­dian Puti Gun­tur diusung PDIP meng­gan­tikan Azwar Anas. Se­men­tara Partai Golkar, Nas­Dem, Demokrat, Hanura, PAN, dan PPP mengusung Khofifah Indar Parawansa-Emil Eles­tian­to Dar­dak sebagai cagub-ca­wa­gub. Gerindra sebelumnya me­lirik Yenny Wahid (putri Ab­dur­rahman Wahid) untuk diusung di Pilgub Jatim, tetapi Yenny menolak karena tidak ingin komunitas Nahdlatul Ulama (NU) Jatim pecah

Khofifah dan Saifullah sa­ma-sama mempunyai modal sosial politik untuk bertarung di Pil­gub Jatim 2018. Empat kali Kho­fifah menjabat Ketua Umum PP Muslimat NU. Ia an­tara lain men­jabat Menteri Ne­gara Pemberdayaan Perempuan (1999-2001), Ketua Komisi VII DPR RI (2004-2006), Ketua Fraksi Ke­bang­kitan Bangsa MPR RI (2004-2006), dan Menteri So­sial Kabinet Kerja (2014-2018). Khofifah juga ber­par­t­i­sipasi dalam kegiatan in­ter­na­sio­nal antara lain menjadi Ke­tua De­le­gasi Republik Indo­ne­sia dalam “Women 2000, Gen­der Equality, Development and Peace for the Convention on the Ellimination of all Forms of Dis­crimination Against Women” di Markas Be­sar PBB, New York (2000), na­ra­sumber di Con­fe­ren­ce on Wo­men in Islam as Role Model di Ber­lin, Jerman (2004), nara­sum­ber di Commission on the Ad­vancement of  Women, Com­mi­ssion on the Status of Wo­men, di Markas Besar PBB, New York (2006), dan nara­sum­ber di International Conference of Isla­mic Scholars di Jakarta (2006).

Saifullah Yusuf menjadi Ke­tua Umum GP Ansor selama dua periode (2000-2005 dan 2005-2010). Kemudian dia terpilih menjadi salah satu Ketua PBNU di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siradj. Pada Pemilu 1999, ia menjadi anggota DPR RI dari PDIP. Pada muktamar PKB tahun 2002, Saifullah terpilih menjadi Sekjen Partai Ke­bangkitan Bangsa (PKB). Mu­lai dari Oktober 2004-Mei 2007, dia menjadi Menteri Ne­gara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Saifullah se­lama dua periode (2009-2013 dan 2014-2018) menjabat Wa­kil Gubernur Jatim mend­am­pi­ngi Gubernur Soekarwo.

Kontestasi Politik 
Pilgub Jatim 2008 diikuti lima paslon, dua di antaranya ada­lah Soekarwo-Saifullah (d­i­usung Partai Demokrat dan mi­tra koalisinya) dan Khofifah-Mudjiono (diusung PPP dan mitra koalisinya). Pilgub Jatim 2008 berlangsung tiga kali putaran. Paslon Soekarwo-Sai­fullah menang dan empat pas­lon lainnya (termasuk Kho­fifah-Mudjiono) kalah.

Soekarwo-Saifullah meraup suara 50,11%, sedangkan Kho­fi­fah-Mudjiono memperoleh sua­ra 49,89%. Selanjutnya Pil­gub Jatim 2013 diikuti empat paslon, dua di antaranya adalah Soekarwo-Saifullah (petahana yang dijagokan Demokrat dan mitra koalisinya) dan Khofifah-Herman Suryadi (diusung PKB dan mitra koalisinya). Pada mu­la­nya, KPU Jatim tidak melolos­kan Khofifah-Herman untuk mengikuti pilgub. Namun, se­te­lah Khofifah mengajukan gu­gat­an ke Dewan Kehormatan Pe­nye­lenggara Pemilu, pa­sa­ngan ter­sebut diloloskan. Total jum­lah pemilih sebanyak 30.034.249 orang. Kembali Soekarwo-Sai­fullah menang dan tiga pasangan lainnya (ter­masuk Kho­fi­fah-Her­man) ter­sisih. Soe­kar­wo-Sai­ful­lah mem­­peroleh 8.195.816 suara (47,25%), sedangkan Kho­fifah-Her­man mendapat 6.525.015 suara (37,62%). Ti­dak me­mi­lih/golput 12.138.440 orang.

Sudah dua kali Khofifah terjungkal di Pilgub Jatim, tapi dia tidak patah semangat dan maju lagi di Pilgub Jatim 2018. Demi merebut kursi Jatim 1, Khofifah mengundurkan diri sebagai Mensos (seharusnya di­la­koni sampai tahun 2019) dan Pre­siden Jokowi menerima pengunduran dirinya. Khofifah juga mengundurkan diri se­ba­gai Ketum Muslimat NU karena tidak ingin membawa Mus­li­mat NU ke kancah politik praktis.

Pilgub Jatim 2018 meru­pa­kan peluang ketiga bagi Kho­fi­fah untuk menjadi gubernur. Ka­rena itu, ia (dan Emil), tim suk­ses, dan para pen­du­kung­nya te­rus berkampanye secara all out  un­tuk menang. Pen­de­kat­an ke­pada masyarakat Ja­tim, ter­uta­ma kepada massa, to­koh, kiai, nyai, dan pesantren NU, terus dilakukan untuk me­raih du­ku­ngan politik. Khofifah men­da­pat dukungan Sala­hud-din Wa­hid (tokoh senior NU) dan ra­tusan mantan pengurus Banser dan Pagar Nusa yang me­miliki basis massa di ber­bagai daerah di Jatim. Ketua De­wan Syuro DPC PKB Gresik KH Robbach Ma’sum mendukung Khofifah-Emil.

Manuver politik yang sama dilakukan juga oleh Saifullah Yusuf. Setelah dua kali menjadi Wagub Jatim (2009-2013 dan 2014-2018) mendampingi Gu­bernur Soekarwo, Saifullah ber­tekad ingin menjadi orang ke-1 di Jatim. Pasangan Gus Ipul-Puti, tim sukses, dan para pen­dukungnya terus melakukan kampanye secara all out  demi memenangkan pertarungan. Saifullah-Puti dan pen­du­kung­nya terus melakukan pen­de­kat­an kepada masyarakat Jatim, terutama kepada massa, tokoh, kiai, dan pesantren NU, untuk mengeduk dukungan politik. Kontestasi politik antara Sai­fullah-Puti versus Khofifah-Emil tampak berlangsung ke­tat, karena keduanya ingin me­raih dukungan politik terutama dari warga NU Jatim.

Elektabilitas Khofifah-Emil dan Saifullah-Puti saling kejar. Menurut survei Poltracking yang dilaksanakan pada 6-11 Maret 2018, Khofifah-Emil memperoleh suara 42,4%, se­dangkan Saifullah-Puti men­da­pat suara 35,8% dan para pe­milih yang belum menentukan pilihan 21,8%. Menurut survei ini, Khofifah-Emil unggul atas Saifullah-Puti dalam pe­ngum­pul­an suara. Namun, rakyat Jatimlah pada akhirnya yang akan menentukan pemenang Pilgub Jatim pada 27 Juni 2018.

Sejauh menyangkut NU, di tingkat kepemimpinan terjadi rivalitas politik antara cagub Saifullah versus cagub Khofifah dan di tingkat akar rumput ter­jadi pula rivalitas politik antara sesama massa NU. Seluruh war­ga NU Jatim hendaknya ber­si­kap adil dan meng­gu­na­kan lo­gika serta akal sehat da­lam memilih antara Khofifah-Emil atau Gus Ipul-Puti. Kan­didat gubernurnya sama-sama tokoh NU. Pasti salah satu pasa­ngan ada yang kalah. Paslon yang kalah dan warga NU me­milih yang kalah tidak perlu kecewa karena menang tak lain adalah juga tokoh NU. Nothing to lose! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar