Kumpulkan
Pensiunan Jenderal
Ikhsan Yosarie ; Peneliti Setara Institute Jakarta
|
KORAN
JAKARTA, 20 Maret 2018
Reshuffle kabinet
yang dilakukan Presiden Joko Widodo pada bulan pertama tahun 2018 (17/1/2018)
menarik dibahas. Melalui reshuffle
tersebut, lingkaran Presiden Joko Widodo semakin banyak diisi
para purnawirawan jenderal dari TNI dan Polri. Agum Gumelar dan Moeldoko
menjadi purnawirawan jenderal TNI yang masuk dalam lingkaran tersebut. Agum
masuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan Moeldoko
sebagai Kepala Staf Presiden.
Sebelumnya, Luhut Binsar Panjaitan,
Wiranto, dan Ryamizard Ryacudu menjadi purnawirawan jenderal dari kalangan
TNI yang lebih dulu menghuni jajaran kementerian Kabinet Kerja sebagai Menko
Kemaritiman, Menko Polhukam, dan Menteri Pertahanan.
Jika diperluas, posisi dalam Wantimpres dan
Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) juga diisi para
purnirawan jenderal. Subagyo Hadi Siswoyo dan Yusuf Kartanegara menjadi
purnawirawan jenderal yang berada dalam barisan Wantimpres. Kemudian, Try
Sutrisno dan Wisnu Bawa Tenaya berada dalam barisan UKP-PIP.
Sementara itu, pada barisan purnawirawan
jenderal Polri, ada Budi Gunawan yang menjadi Kepala Badan Intelijen Negara
(BIN) dan Sidarto Danusubroto menjadi bagian dari Wantimpres. Masuknya
pensiunan jenderal dalam lingkaran Presiden Joko Widodo sulit kiranya untuk
tidak dihubungkan dengan agenda Pilpres 2019. Meskipun menyisakan satu tahun
lagi, proses konsolidasi kekuatan politik harus dilakukan jauh-jauh hari agar
matang.
Kemudian, menimbang kemungkinan akan
terjadinya “duel ulang” Pilpres 2014 lalu antara Joko Widodo dan Prabowo
Subianto pada Pilpres 2019 mendatang. Hal ini tentu secara tidak langsung
akan dibawa-bawa pada penyebutan kontestasi sipil-militer. Dengan demikian,
tidak heran jika kini Joko Widodo tengah gencar menggalang dukungan dari
para jenderal purnawirawan.
Masyarakat bisa melihat purnawirawan jenderal
yang berada di lingkaran Kabinet Presiden Joko Widodo dan pangkat atau
jabatan terakhirnya. Dari ini saja, rakyat bisa memaknai bahwa konsolidasi
kekuatan politik tengah berlangsung.
Sangat Diperlukan
Dukungan para purnawirawan jenderal sangat
diperlukan untuk menjaga dan memperkuat posisi Joko Widodo di kalangan para
Jenderal TNI dan Polri yang masih aktif maupun pension, atau bahkan menjadi
jaminan atas dukungan TNI dan Polri, mengingat jabatan akhir para
purnawirawan jenderal ini cukup tinggi.
Jaminan atas suara dari keluarga TNI-Polri
tentu sangat dibutuhkan untuk pemenangan Pilpres 2019. Dalam hal ini, Joko
Widodo memiliki keuntungan mengingat posisinya sebagai presiden. Dengan
posisi sebagai presiden akan mudah baginya melakukan pendekatan-pendekatan kepada
TNI-Polri baik elite maupun prajurit.
Jika ditarik ke belakang, masuknya para
purnawirawan jenderal ini ke dalam struktur pemerintahan tidak bisa dipisahkan
kedekatan mereka dengan partai politik (parpol) baik sebagai simpatisan
maupun bagian integral seperti Wiranto (Menko Polhukam) yang berasal dari
Hanura. Artinya, proses masuknya para purnawirawan jenderal ke dalam politik
praktis dimulai dari parpol. Sebab aprpol dan purnawirawan jenderal saling
memiliki peluang.
Terdapat pendapat yang menarik dalam sebuah
jurnal tulisan Arie S Soesilo berjudul “Jaringan Purnawirawan TNI dalam
Politik Relasi Sipil-Militer Pascareformasi TNI” terbitan Lab Sosio
Universitas Indonesia (Vol 19, No 2, Juli 2014). Menurut Arie S Soesilo, masuknya
purnawirawan TNI ke dalam ranah politik akrena lemahnya institusi kepartaian
serta inkompentensi politisi sipil.
Kondisi ini mendorong “politisip
Purnawirawan TNI untuk menerapkan kapabilitasnya dalam bidang militer seperti
penguasaan teritorial untuk menggerakkan mesin partai. Dengan kata lain,
lemahnya infrastruktur demokrasi telah mendorong purnawirawan TNI untuk memanfaatkan
keahlian strategi militernya ke dalam ranah rutinitas politik.
Purnawirawan jenderal memiliki modal sosial
dan politik yang membuat mereka sanggup melangkahi kader-kader asli parpol
menuju pemerintahan ataupun parlemen. Kemampuan penguasaan teritorial
purnawirawan jenderal yang akan sangat berguna dalam menggerakkan mesin
partai di DPC, DPD, dan DPW partai-partai bersangkutan. Maka, partai-partai
tidak hanya menggeliat menjelang pilkada atau pemilu. Selain penguasaan
teritorial, semangat juang dan wawasan kebangsaan purnawirawan juga tidak
perlu dipertanyakan.
Fenomena demikian jangan hanya dilihat dari
kacamata bahwa partai gagal dalam proses kaderisasi anggota. Kader-kader
dianggap kurang memiliki kualitas sepadan. Akan tetapi, faktor modal sosial
dan politik para purnawirawan jenderal tersebut juga patut diperhitungkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pensiunan jenderal
memiliki modal sosial-politik lebih kuat. Namun, apabila parpol terus
berpikir pragmatis demikian, bisa menjadi sinyal bahaya terhadap partai
bersangkutan. Sinyal bahaya ini muncul lantaran kaderisasi partai rusak dan
mentalnya terganggu.
Partai tidak lagi menghasilkan kader-kader
berkualitas. Mereka hanya mementingkan kuantitas massa. Akibatnya, partai
tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk menaikkan kader-kader. Jika hal
ini dibiarkan, parpol sebagai salah satu tiang demokrasi bisa hancur. Kepentingan-kepentingan
rakyat yang seharusnya disalurkan oleh parpol, justru terpinggirkan
lantaran keutamaan ada pada kepentingan elite yang lebih menguntungkan partai
tersebut. ●
|
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Sgp
BalasHapus