Benarkah
Indonesia akan "Musnah" pada 2030?
Denny JA ; Akademisi; Konsultan
Politik
|
REPUBLIKA,
22 Maret
2018
Semoga itu tak terjadi.
Itulah respons cepat saya selaku warga yang mencintai negaranya. Cukup dag
dig dug saya membaca review analisis masa depan yang dituliskan dalam bentuk
novel, berjudul Ghost Fleet. Tahun
2030 itu hanya berjarak 13 tahun dari sekarang. Astaga!
PW Singer nama penulisnya.
Ia seorang ahli ilmu politik luar negeri, mendapatkan PhD dari Harvard
University. Bersama rekannya August Cole, mereka mencoba memprediksi apa yang
akan terjadi di masa depan dalam konflik global. Agar prediksi dan perspektifnya
hidup, ia tuliskan analisisnya itu dalam drama novel.
Karena yang menulis
seorang yang sangat ahli, novel ini bahkan menjadi perhatian serius petinggi
militer di Amerika Serikat. James G Stavridis, pensiunan laksama angkatan
laut Amerika Serikat, yang kini menjadi dekan di Tufts University jurusan
hubungan internasional, menyebut buku ini (novel) merupakan cetak biru untuk
memahami perang masa depan. Pemimpin militer di negeri Paman Sam itu
mewajibkan para tentara membacanya.
Soal Indonesia sebenarnya
disinggung lebih sebagai pembuka dan sambil lalu. Topik utama novel itu
justru menceritakan bangkitnya China selaku super power yang bahkan melampaui
Amerika Serikat.
Saat itu, komunisme China
sudah usang. China dipimpin oleh "kelas baru" yang disebutnya
sebagai Directorate. Ini elit gabungan antara kelas pengusaha kakap bersama
para pemimpin tentara. Elite ini menggantikan pemimpin partai komunis yang
segera dilupakan.
Lebih maju dibandingkan
Amerika Serikat, China disamping lebih kaya, juga lebih cepat menemukan
persenjataan supramodern, banyak jenisnya. Antara lain sejenis "cyber
attack" yang mampu melumpuhkan aneka sistem elektronik bahkan yang
paling canggih di Amerika Serikat.
Indonesia saat itu, di
tahun 2030, disebut novel tersebut menjadi negara yang gagal. Ini kondisi
yang jika lebih buruk lagi bisa mengarah pada kolaps seperti yang dialami Uni
Soviet dan Yugoslavia, dua negara yang hilang dalam peta. Namun negara gagal
tak otomatis semakin buruk jika bisa diperbaiki.
Segera saya mendalami
lebih jauh apa itu Failed State, dan bagaimana pula ia diukur secara
kuantitatif dalam Fragile State Index.
Failed State, negara
gagal, atau dengan tanda kutip kita sebut negara yang mungkin
"musnah," adalah kondisi ketika kemampuan pemerintah untuk mengelola
kompleksitas negara berada pada titik rendah. Menurunnya wibawa pemerintah
nasional mengancam keberlangsungan negara yang berdaulat. Meluas
ketidaknyamanan warga.
Beberapa indikator dapat
dikenali. Terjadinya penurunan kesejahteraan masyarakat yang signifikan, atau
yang disebut economic collapse. Di samping bertambahnya kemiskinan, juga di
sana sini terjadi kerusuhan akibat kondisi ekonomi.
Pada saat yang sama
pemerintahan pusat punya legitimasi yang menurun di mata rakyatnya. Itu bisa
beberapa sebab. Bisa karena "moral decay" terjadinya korupsi
menghebat pada institusi pemerintahan yang diketahui luas. Bisa pula itu
karena berkembangnya sentimen negatif, rasa ketidakadilan pemerintah dalam
mengelola ragam kelompok komunal, ideologis, dan primordial.
Konsep negara gagal
sendiri masih kontroversial dalam perdebatan konsep politik. Itu terminologi
yang longgar dan sulit mengukurnya. Sebagian akademisi membuatnya lebih
kuantitatif dan merumuskan dalam indeks yang disebut Fragile State Index.
Dalam Fragile State Index
tahun 2017, sebenarnya rangking Indonesia tetap berada di posisi yang aman.
Kondisi kita lebih baik, tentu saja dari beberapa negara seperti Iran, Iran,
Pakistan. Namun juga Indonesia lebih buruk dibandingkan Malaysia, Brunei,
Kuwait, apalagi negara Skandinavia. Rangking Indonesia berada di nomor 94
terburuk dari 178 negara yang diukur.
Dengan data kuantitatif di
atas, prediksi novel Ghost Fleet
itu agak berlebihan. Secara positif kita sebut saja prediksi novel itu
berfungsi sebagai wake up call. Ada
ahli yang dengan data dan ketajaman analisisnya sudah berkata: Hei, hati
hati! Jangan terlalu santai. Negaramu bisa musnah!!
Mengapa Uni Soviet
akhirnya musnah dan hilang dalam peta? Sebuah negara akan pecah atau hilang
hanya mungkin karena beberapa variabel yang terjadi sekaligus.
Ada ketidakpuasan daerah,
bisa provinsi, atau negara bagian. Itu mungkin karena kondisi ekonomi:
misalnya pembagian kue nasional yang tak adil, dan kesejahteraan rakyat di
wilayah itu menurun.
Bisa juga karena non-ekonomi:
keragaman primordial atau ideologi daerah tak bisa diakomodasi atau malah
dianaktirikan pemerintah pusat. Dengan sendirinya muncul gagasan yang meluas:
jika wilayah kita berdiri sendiri, kita akan lebih baik. Ayo merdeka!
Namun itu pun harus terjadi
dalam situasi pemerintah pusat mengalami perpecahan. Tak ada strong leader yang mampu melakukan "elite settlement." Pada
saat yang sama terjadi pula penurunan kapasitas ekonomi dan manajerial
pemerintah pusat untuk membiayai akomodasi atas aneka tuntutan daerah, atau
elit yang bersebrangan.
Jika itu situasinya, hanya
dibutuhkan sebuah picu. Baik yang alamiah, ataupun direkayasa, hanya oleh
sebuah "event," terbukalah kotak pandora yang membuat sebuah negara
besar akan collapse, dan pecah
menjadi beberapa negara kecil. Lebih celaka lagi perpecahan itu diwarnai
kekerasan berdarah.
Indonesia tentu belum
separah itu. Namun sudah ada beberapa gejala yang mengkwatirkan. Sudah 50
tahun lebih sejak 1965, luka soal PKI masih membara. Pemerintah tak kunjung
mampu memuaskan semua pihak yang bertikai untuk melakukan "elite
settlement," lalu bersama melupakannya.
Pemerintahpun membuat
perpu yang secara sepihak tanpa pengadilan membubarkan sebuah ormas agama.
Ini bukan saja dikritik oleh simpatisan ormas tersebut, tapi juga oleh
lembaga internasional hak asasi manusia, sebagai kemunduran. Ketidakpuasan
pada kebijakan pemerintah mudah "digoreng" sebagai ketidakadilan
primordial, dan menyebar lewat social media.
Pada saat yang sama,
bahkan lembaga resmi pemerintah, BPS, mengumumkan jumlah orang miskin
bertambah. Pembangunan untuk mengurangi kemiskinan. Tapi jika orang miskin
bertambah, apapun rasionalisasinya, itu sentimen negatif.
MEnkeu membuat pula
pernyataan publik bahwa kita "berhutang dalam rangka membayar hutang."
Walau kemudian, pernyataan itu dipercanggih dan diralat, tapi sentimen
negatif juga meluas.
Menurunnya kapasitas
ekonomi yang terjadi serentak dengan ketidak puasan atas cara pemerintah
mengelola kemajemukan primordial, itu hal yang rawan. Apalagi di era social
media. Ini era yang mudah membagi ketidak puasan, bahkan dusta.
Hikmah dari semua: marilah
kita berhenti bertikai yang tak perlu. Kompetisi politik hadapi dengan lebih
rileks. Jokowi harus dipertahankan sampai 2019, sesuai pilpres yang sudah dijadwalkan.
Jika ingin mengganti pemerintahan, harus lewat pemilihan umum. Upaya
mengganti pemerintahan di luar pemilu hanya membuat negeri ini celaka.
Perbanyaklah silahturahmi
antar elit politik. Semua kita mungkin masih luka satu sama lain. Namun semua
kita berkepentingan negara ini tidak menjadi negara yang gagal pada tahun
2030 nanti. ●
|
Prediksi Bola Jitu 100% untuk Liga Champion.
BalasHapusBingungkan mau ikut Prediksi Bola Siapa yang akurat?
Dicoba saja dari hasilbola.vip
Kami berani JAMIN, Bakal ada masuk dana direkening anda.
Berikut Prediksi Bola yang barusan Update Hangat.
Prediksi Bola Zenit vs RB Leipzig 06 November 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2839/zenit-vs-rb-leipzig-06-november-2019/
Prediksi Bola Barcelona vs Slavia Prague 06 November 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2840/barcelona-vs-slavia-prague-06-november-2019/
Saya akan berikan Bonus Tips Prediksi Bola Akurat Silakan di coba langsung
Terima Kasih bagi yang menyukai komentar saya
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Hk
BalasHapus