Tema-Tema
Pokok Alquran (II)
Ahmad Syafii Maarif ; Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
|
REPUBLIKA,
20 Maret
2018
Kedua, manusia sebagai
individu. Manusia adalah ciptaan Allah seperti makhluk ciptaan lainnya.
Tetapi, kelebihan manusia dengan makhluk yang lain karena Tuhan “meniupkan
roh-Nya kepadanya” (Q 15:29; 38:72; 32:9). Menurut F Rahman, Alquran
tampaknya tidak mendukung teori dualisme jiwa-raga secara radikal, karena dua
entitas itu dalam satu perpaduan, tidak bisa dipisahkan.
Dalam kehidupan dunia,
manusia diperintahkan untuk melakukan perjuangan moral tanpa henti. Dalam
perjuangan ini, Tuhan bersama manusia dengan syarat manusia sebagai wakil
Tuhan dengan pilihan bebasnya mau melakukan segala upaya yang perlu, demi
terciptanya sebuah tatanan moral sosial di bumi (hlm 18).
Untuk menghadapi setan
sebagai kekuatan jahat, manusia perlu mengembangkan perilaku takwa (upaya
melindungi diri seseorang menghadapi konsekuensi-konsekuensi berbahaya atau
buruk dari perbuatan seseorang) (hlm 29). Setan adalah kekuatan anti-manusia,
bukan anti-Tuhan. Tugasnya untuk memperdaya manusia agar tergelincir dari
jalan yang lurus.
Takwa memberikan
kestabilan kepada manusia dalam menentukan pilihan moralnya. Di akhirat
nanti, manusia mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya selama hidup di
dunia di depan Tuhan sendiri-sendiri. Dengan demikian, hidup yang hanya
sekali ini sangat menentukan nasib manusia di akhirat kelak.
Ketigam manusia dalam
masyarakat. Tidak diragukan lagi bahwa tujuan utama Alquran adalah membangun
sebuah tatanan sosial yang dapat berlangsung terus di atas bumi yang
didasarkan pada prinsip keadilan dan etika. Tidak pernah ada dalam sejarah
manusia, individu tanpa masyarakat. Dalam perspektif ini, konsep perbuatan
manusia, khususnya yang menyangkut takwa hanyalah punya arti dalam konteks
sosial (hlm 37).
Tujuan Alquran tentang
sebuah tatanan etika, egalitarian, dan adil diumumkan bersamaan dengan
penolakan keras terhadap ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial yang
marak dalam masyarakat komersial Makkah pada saat itu. Merebaknya
penyalahgunaan anak-anak perempuan, anak yatim, dan kaum perempuan, serta
adanya lembaga perbudakan memerlukan perubahan yang berani (ibid.) Maka
doktrin tauhid (monoteisme) yang diajarkan Alquran bertaut rapat dengan
perjuangan menegakkan keadilan dalam masyarakat.
“Menghidupkan kesadaran
khususnya kesadaran kolektif menjadi sangat penting," tulis Barlass,
dalam komentarnya terhadap karya F Rahman ini. “Manusia dan masyarakat adalah
tunggal, berkerja menuju sebuah tujuan yang lebih tinggi,” tulis Barlass.
(Lihat Mohammad Mosa Barlass, Major Themes of the Qur’an dalam
http:www.montly-renaisance.com/issue/content.aspx?id=188#1, April 2014, hlm 3).
Keempat, alam semesta.
Pembicaraan tentang kosmogeni tidak banyak dalam Alquran. Berbeda dengan
manusia dengan hak pilihan bebasnya, alam semesta hanya punya satu pilihan,
yaitu tunduk kepada Tuhan melalui hukum-hukum yang telah ditetapkan. Itulah
sebabnya alam semesta dikatakan Muslim, karena ketaatan dan ketundukannya
kepada kemauan Tuhan.
Alam semesta ini tidak
bisa menjelaskan dirinya, tetapi ia “adalah sebuah tanda yang menunjuk kepada
sesuatu ‘di luar’ dirinya, sesuatu yang tanpa itu alam semesta, dengan segala
sebab alamiahnya, akan menjadi tiada dan hampa" (Lihat F.Rahman, Major,
hlm 69).
Alam semesta dengan segala
keteraturannya diciptakan untuk kepentingan manusia, tetapi tujuan manusia
sendiri tidak lain selain untuk mengabdi kepada Tuhan, untuk berterima kasih
kepada-Nya, dan hanya semata-mata untuk menyembah-Nya (Ibid, hlm 79).
Berterima kasih dan
menyembah Tuhan bukan untuk kepentingan Tuhan, melainkan sepenuhnya untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Dan Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan
yang serius, bukan untuk permainan.
“Apakah kamu mengira bahwa
Kami menciptakan kamu main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami [untuk dimintai pertanggungjawaban?]” (Q 23: 115).
Kelima, kenabian dan
wahyu. Bab ini memaparkan kenabian dan wahyu sebagai fenomena universal. Di
seluruh dunia telah diutus rasul-rasul Allah, baik yang disebut maupun yang
tidak disebut dalam Alquran (Q 40:78; 4: 164). Sebagian rasul itu terbatas
untuk lingkungan kaumnya saja, tetapi pesan yang disampaikan itu tidak
bersifat lokal, tetapi punya makna universal yang mesti dipercayai dan
diikuti oleh seluruh manusia.
Inilah yang dimaksud
dengan konsep kesatuan kenabian. Melalui pesan kenabian, kesadaran manusia
akan meningkat tinggi sehingga mereka akan mampu melihat secara jelas Tuhan
sebagai Tuhan dan setan sebagai setan (Ibid, hlm 80).
Dari daftar para nabi dan
rasul yang panjang itu, Muhammad adalah nabi penutup, dan tidak akan muncul
lagi nabi sesudahnya, dan Alquran sebagai wahyu terakhir. Ini menjadi
tanggung jawab berat bagi mereka yang mengaku Muslim (Ibid, hlm 81) untuk
meneruskan risalah kenabian itu, demi kepentingan manusia sejagat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar