Opini
Publik dan Reproduksi Hoax
Ranang Aji SP ; Penulis Sastra; Pernah
jadi Wartawan
|
DETIKNEWS,
15 Maret
2018
Opini
dipahami masyarakat sebagai pendapat atau anggapan. Makna tersebut tentu
benar secara harafiah, yang diturunkan dari kata opinion (Inggris). Setiap
orang juga merasa memiliki hak untuk beropini atas isu-isu tertentu.
Pertanyaannya, apa dan bagaimana proses opini publik terbentuk? Apa
hubungannya dengan reproduksi hoax?
Dalam
masyarakat awam opini mewakili apa yang ia sepakati dari sebuah isu tanpa
disadari. Ilustrasinya, seorang pejabat negara menurunkan sebuah kebijakan.
Kebijakan tersebut secara objektif memiliki dasar kepentingan umum.
Masalahnya, kebijakan tersebut pada level tertentu mengakibatkan barisan
oposisi mengkritiknya habis.
Melalui
pelbagai media massa, para oposan melakukan kritik yang ofensif dan masif.
Semua media dikerahkan hingga sampai pada orang atau masyarakat sebagai
informasi yang tidak menyenangkan. Masyarakat pun bereaksi melalui media
sosial dan menyebarkannya secara tidak utuh. Keadaan itu kemudian diterima
sebagai opini publik. Bahwa kebijakan itu sungguh tidak merakyat. Masyarakat
menerima informasi tersebut secara tidak proporsional. Ia terproyeksikan.
Seolah tengah melihat benda menggunakan suryakanta yang membuatnya membesar
pada satu titik.
Walter
Lippman dalam bukunya Public Opinion (1921) menuliskan, opini publik
merupakan jalinan antara sedikit fakta yang dicampur imajinasi dan kemudian
diyakini sebagai kebenaran atau realitas sesungguhnya. Opini publik
melibatkan realitas yang tak sempurna dari sebuah keadaan seutuhnya. Lippman
menyebut istilah ini sebagai stereotip. Suku Jawa adalah suku pemalas
(misalnya). Stereotip ini mengambil sampel dari keadaan yang ditemui secara
tidak sempurna. Pada tingkat lanjutan, ia menjadi anggapan atau opini secara
umum. Fakta utuhnya, tentu saja, tidak semua orang (suku) Jawa pemalas.
Hoax
Opini
Publik pada dasarnya kemudian berjalin erat dengan istilah yang tengah
popular hoax. Robert Nares (1753-1829) menyebutkan istilah hoax muncul pada
akhir abad ke-18 sebagai "menipu". Dalam konteks permainan yang
menyenangkan, hoax bisa ditemui dalam tradisi April Mop; seseorang melakukan
tindakan penipuan untuk kepentingan menggoda dan humor. Namun, dalam konteks
politik, hoax bertujuan untuk membuat lawan tenggelam dalam stigma yang
menghancurkan posisinya.
Dalam
jurnalisme modern, bentuk pengungkapan pendapat dibatasi oleh bobot argumen
ilmiah. Hal demikian tentu untuk menjaga objektivitas kebenarannya. Meskipun
begitu, bobot argumen yang dihadirkan terkadang juga dipengaruhi oleh berita
yang hadir dalam masyarakat. Sementara, derajat berita sendiri memiliki
tingkat akurasi yang berbeda sebagai sebuah kebenaran. Walter Lippman
mengatakan, berita (straight-news) hanyalah rangkaian sejumlah fakta yang
menandai peristiwa. Kita belum menemukan berita sebagai sebuah kebenaran,
kecuali telah terverifikasi dan terbukti dalam sebuah proses investigasi.
Hadirnya
berita dalam media kemudian membuka peluang berkembangnya tafsir dan opini
publik yang bercampur hoax. Ketika seorang tokoh (misalnya) melakukan upaya
pencitraan, maka ia memproduksi berita yang ter-framing. Ia menampilkan sudut
tertentu agar terbentuk citra tertentu. Ia membuka sudut lain dan menutup
sudut lainnya. Fakta utuh tak ditampilkan. Masyarakat kemudian tertipu oleh
citra artifisial yang dihadirkan. Kondisi demikianlah yang pada dasarnya
menuntut jurnalis harus memiliki disiplin verifikasi dan bersikap objektif.
Reproduksi
hoax dan penyebarannya, tentu semua sudah mafhum bahwa semua bersumber dari
'kekuatan besar' dan media sosial yang disajikan secara terbuka dan bebas.
Hadirnya jurnalisme warga yang tak berbekal kode moral dan skill jurnalistik,
tak perlu dibantah –ia juga terlibat di dalam penyebaran hoax yang dikeluhkan
oleh korban dan sekaligus penyebarnya sendiri. Opini publik dan hoax, maka,
adalah semacam lingkaran setan. Ia akan sulit terputus dan terus menghantui.
Lantas,
bagaimana solusinya? Pertanyaan naif ini sesungguhnya hanya merupakan hasrat
utopia di dalam kondisi distopia. Karena sesungguhnya, hanya negaralah yang
mampu mengontrol semua ini. Negara yang dimaksud tentu melibatkan unsur dalam
trias-politika yang kita kenal. Ditambah pengawasan secara ketat oleh
masyarakat sipil agar hasrat kekuasaan pemerintah tidak memanfaatkan
kekuasaannya untuk mereproduksi hoax demi sekedar mempertahankan kekuasaan.
Sedangkan, masyarakat sendiri harus meningkatkan akses dan mutu informasinya.
Apakah ini sebuah solusi? Jawabannya, sepertinya iya. Masalahnya, apakah
efektif ? Belum tentu juga! ●
|
Mencari Situs Judi Taruhan Ayam Terpercaya?
BalasHapusTenang saja, kini Agen BOLAVITA menyediakan Judi Taruhan Ayam yang sangat lengkap yang bisa Anda coba daftar dan mainkan.
Daftar sekarang untuk dapatkan bonus new member 10% dan bonus setiap harinya 5%.
Minimal Deposit dan Withdraw adalah 50.000.
Permainan ini bisa dimainkan dimana dan kapanpun juga, baik di pc/laptop atau Handphone.
Daftar sekarang juga di www.bolavita.ltd !!!!
Baca juga =
1. Cara Membuat Akun dan Bermain di Situs S128
2. Promo Promo BOLAVITA
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam
Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 27 Februari 2020 <a href="https://indextogel.org/prediksi-togel/prediksi-togel-sgp-mbah-bonar-27-februari-2020/ > Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini </a> Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!
BalasHapus