Teosentrisme
Solusi Zaman Edan
Faisal Ismail ; Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia
(UII) Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 29 Maret 2018
Edan! Korupsi terjadi secara masif
di kalangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini terjadi, baik di pusat
maupun di daerah. Uang negara yang dikorup sangat besar. Kalau dijumlah
secara akumulatif dari tahun ke tahun, jumlah uang yang dikorupsi itu mencapai
ratusan miliar dan bahkan triliunan rupiah.
Hukuman penjara selama sekian
(puluh) tahun yang dijatuhkan oleh pengadilan negeri kepada koruptor tidak
membuat efek jera bagi (calon) koruptor lainnya. Kasus korupsi terus terjadi
tiada henti. Kasus korupsi pernah menjerat ketua dan hakim Mahkamah
Konstitusi, presiden dan petinggi partai, hakim, panitera, jaksa, anggota DPR
(pusat dan daerah), (mantan) menteri, sejumlah pejabat tinggi di berbagai
kementerian, dan sejumlah kepala daerah (gubernur dan bupati). Mereka
melakukan korupsi, kolusi, suap, dan komersialisasi jabatan. Rumah dan mobil
mewah yang dibeli oleh koruptor dari hasil korupsi disita dan kemudian
dilelang KPK. Uang hasil lelang diserahkan oleh KPK ke kas negara.
Edan! Menara tinggi keadaban dan
pilar mulia peradaban juga runtuh. Terjadi polusi moral sangat parah yang
membuat seorang anak menjadi sangat beringas, agresif, dan kalap sehingga
begitu tega membunuh ibu kandung atau ayahnya sendiri. Ibu yang mengandung
selama sembilan bulan dan melahirkan dengan taruhan nyawa dihabisi secara
tragis oleh anak kandungnya sendiri.
Ayah yang mengasuh dan membesarkan
sang anak dengan penuh kasih sayang, justru dibunuh secara sadis oleh anaknya
sendiri. Di sisi lain, terjadi pencemaran moral dan akhlak sangat parah yang
membuat seorang ayah atau ibu begitu kalap, beringas, dan tega sekali
membunuh anaknya sendiri, sang buah hati dan belahan jiwanya, yang lahir dari
buah cinta perkawinan keduanya.
Edan! Predator seksual terhadap
anak memangsa korbannya di berbagai kota dan daerah. Anak-anak yang masih
polos dan lugu diiming-imingi hadiah atau uang, dirayu dengan kata-kata manis
dan bujukan menggiurkan, kemudian dimangsa untuk memuaskan nafsu syahwatnya.
Rasa iba dan kasihan terhadap anak yang masih polos dan lugu itu sama sekali
hilang dari batin sang pedofil demi memuaskan nafsu syahwatnya yang
meluap-luap.
Kasus terakhir menyebutkan empat
predator seksual terhadap anak ditangkap di Jambi (Sumatera) dan dari hasil
interogasi polisi diketahui bahwa mereka telah menyetubuhi 86 anak. Ulangi:
menyetubuhi 86 anak! Kasus sangat memalukan dan memilukan ini membuat bulu
roma kita merinding. Para pedofil ini harus dihukum seberat-beratnya dan
kalau perlu dijatuhi hukum kebiri yang memang dibenarkan oleh undang-undang.
Edan! Narkoba seberat 1,6 ton
hendak diselundupkan oleh sindikat ke Indonesia melalui perairan Batam. Upaya
penyelundupan ini dapat digagalkan oleh satuan tugas polisi dan BNN yang
mengawasi jaringan perdagangan barang terlarang ini. Tapi ada juga sebagian
yang lolos sehingga jual beli narkoba marak antara lain di kalangan artis.
Para sindikat narkoba menjadikan
Indonesia, yang berpenduduk sangat besar, sebagai lahan empuk penjualan dan
pengedaran narkoba demi meraup keuntungan sangat besar. Para bandar dan
pengedar narkoba hanya berpikir untuk meraup keuntungan pribadi yang sangat
besar dari bisnis haram itu. Mereka tidak peduli tentang akibat yang diderita
para pengguna narkoba dan keluarganya.
Lima puluh anak meninggal dunia
setiap harinya di Indonesia akibat mengonsumsi narkoba. Hukuman mati telah
dilakukan Kejaksaan Agung bagi bandar narkoba yang terbukti bersalah di
pengadilan. Aneh tapi nyata, sebagian bisnis narkoba dikendalikan oleh tahanan
dari dalam lapas. Beberapa petugas lapas dicopot karena kelalaian atau
terkait kasus ini.
Edan! Uang nasabah di beberapa
bank antara lain di BRI dibobol dengan cara skimming. Data nasabah dicuri
secara rahasia sehingga memudahkan si pembobol menguras uang nasabah di bank
tersebut dalam jumlah besar. Kasus ini terjadi di Denpasar (Bali) dan terjadi
pula di beberapa kota antara lain di Kediri (Jawa Timur). Pelakunya sudah
diringkus dan ditahan oleh polisi untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.
Sindikat pembobol dana nasabah di BRI diketahui dari negara asing (Bulgaria).
BRI mengembalikan uang yang dicuri
itu kepada masing-masing nasabah sehingga nasabah tidak dirugikan.
Kecanggihan teknologi yang seharusnya dipakai untuk memudahkan kerja agar
lebih efektif, cepat, dan akurat dalam menyelesaikan pekerjaan, tetapi
dipakai oleh para pembobol bank untuk tujuan kejahatan.
Edan! Hoaks dan ujaran kebencian
sudah terjadi secara overdosis dengan menggunakan media sosial sebagai alat
penyebarannya sehingga mudah disebarluaskan. Hoaks dan ujaran kebencian yang
berkonten SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) ditujukan oleh kelompok
tertentu ke kelompok lainnya dengan tujuan “character assasination”
(pembunuhan karakter) demi kepentingan politik.
Kelompok tertentu membentuk
sindikat dan membisniskan hoaks dan ujaran kebencian ini dengan menerima
bayaran besar dari pengguna jasa. Agama yang mengajarkan bahwa kebohongan dan
fitnah lebih kejam dari pembunuhan tidak diindahkan demi politik dan uang.
Edan! Seratus ton sampah menumpuk
dan mencemari Teluk Jakarta. Ini merupakan pertanda sebagian masyarakat tidak
mengindahkan peraturan dan tidak melaksanakan etika lingkungan hidup.
Sebagian masyarakat masih melakukan kebiasaan buruk dengan membuang sampah
(termasuk sampah plastik) sembarangan. Agama yang mengajarkan “kebersihan
merupakan bagian dari iman” tidak mereka praktikkan dalam kehidupan nyata
sehari-hari. Pemda DKI telah membersihkan sampah di Teluk Jakarta seraya
menyerukan masyarakat agar melaksanakan etika hidup bersih.
“Zaman Edan” ini dapat ditangkal
dengan melaksanakan teosentrisme! Menurut kamus The Random House Dictionary of the English Language, teosentrik (theocentric) adalah “having God as the focal point of thoughts, interests, and
feelings” (menjadikan Tuhan
sebagai titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan). Jadi,
teosentrisme adalah paham atau pandangan hidup yang menempatkan Tuhan sebagai
titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan. Kalau Tuhan dan
ajaran-ajaranNya sudah meresapi dan mendasari titik pangkal pemikiran,
kepentingan, dan perasaan manusia, kita yakin zaman edan dapat ditangkal. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar