Ujian
Kemanusiaan di Tahun 2016
Asmadji AS Muchtar ; Wakil Rektor III Universitas Sains Al-Quran
Wonosobo, Jawa Tengah
|
KORAN
SINDO, 09 Januari 2016
Pada 2015 dunia nyaris lebih aman dari ancaman terorisme
dibanding tahun- tahun sebelumnya, andaikata tidak ada serangan kelompok
bersenjata di Paris yang menelan ratusan korban tewas dan luka di sejumlah
lokasi secara simultan (13/11). .… (Karena?) ada serangan di Paris tersebut, yang langsung direspons oleh
Presiden Prancis Francois Hollande dengan pidato yang sangat emosional dan
berjanji akan membalas serangan, dunia menjadi tidak aman. Terbukti, tiga
hari setelah serangan di Paris, sejumlah jet tempur canggih Prancis mulai
membombardir sejumlah lokasi di Suriah yang diduga menjadi markas ISIS.
Lantas pada hari-hari selanjutnya serangan Prancis lebih gencar
lagi. Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan yang dilancarkan Prancis
(yang pasti didukung Amerika Serikat dan sekutunya) terhadap lokasi-lokasi
yang diduga sebagai markas ISIS. Jika di lokasi-lokasi tersebut bermukim
warga sipil, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi korban serangan balas
dendam Prancis.
Kemudian, pemimpin ISIS baru-baru ini menantang Amerika dan
koalisi untuk berperang di darat. Jika tantangan tersebut direspons Amerika
dan koalisi, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya perang darat yang imbasnya
mungkin akan merebakkan aksi-aksi terorisme di banyak belahan dunia.
Menyikapi hal tersebut, masyarakat dunia jadi terbelah. Ada yang
setuju Amerika bersama koalisi segera mengirimkan pasukan darat untuk
menghabisi ISIS. Mereka ini tergolong prokekerasan sehingga di dalam benak
mereka hanya ada cara membalas kekerasan dengan kekerasan. Tapi ada juga yang
tidak setuju adanya perang dan kekerasan yang lebih dahsyat. Mereka ini
tergolong antikekerasan sehingga di dalam benak mereka setiap kali muncul
kekerasan tidak selayaknya dibalas dengan kekerasan pula, apalagi yang lebih
dahsyat, karena ujung-ujungnya akan sama-sama mengoyak kemanusiaan.
Tampaknya sekarang kemanusiaan memang sedang mendapat ujian
berat, setelah Paris diserang. Pada titik ini hukum yang berlaku di dunia
adalah hukum rimba: siapa lebih kuat akan berpotensi menjadi pemenang,
meskipun dalam adu kekerasan pasti yang menang dan yang kalah akan sama-sama
mengoyak kemanusiaan.
Layak diingat kembali sejarah konflik antara ISIS dan Prancis
serta sekutunya. Bahwa sudah berkali-kali Prancis bersama sekutunya menyerang
basis-basis markas ISIS di kawasan Timur Tengah (mustahil jika tidak menelan
korban warga sipil juga) sehingga ISIS pun berjanji akan membalas menyerang
Prancis.
Spiral
Kekerasan
Melihat riwayat konflik tersebut, jelas betapa telah terbangun
spiral kekerasan yang melingkari dunia Barat dan Timur Tengah. Spiral
kekerasan itu akan semakin sulit dilenyapkan karena kedua pihak sama-sama
memilih jalan perang untuk mempertahankan eksistensinya, pada tahun 2016 yang
akan datang.
Sayangnya, masyarakat dunia cenderung lebih memihak Barat
dibanding Timur Tengah, padahal Barat lebih sering mengobarkan konflik di
Timur Tengah. Tak terhitung banyaknya
keterlibatan Barat, baik langsung maupun hanya mendukung persenjataan, dalam
konflik di Timur Tengah. Dalam hal ini ujung-ujungnya makin banyak negara di
Timur Tengah yang bergolak oleh perang saudara menjadi lebih cepat porak-poranda
karena campur tangan Barat. Dari konflik di Timur Tengah yang diobok-obok
oleh Barat, tak terhitung pula jumlah korban yang terdiri atas warga sipil
tentu.
Dalam hal ini, masyarakat dunia juga cenderung menganggap Timur
Tengah sebagai zona perang sehingga jika ada warga sipil yang tewas oleh
serangan Barat dianggap wajar atau sebagai risiko yang tak terhindarkan. Pada
titik ini, kemanusiaan bisa dikatakan mulai luntur. Dengan kata lain,
masyarakat dunia semakin tidak peka melihat terkoyaknya rasa kemanusiaan di
Timur Tengah oleh serangan-serangan Barat.
Pada titik ini, masyarakat dunia layak dianggap telah
terpengaruh propaganda Barat yang selalu menegaskan bahwa serangan yang
mereka lakukan di Timur Tengah semata-mata untuk menjaga perdamaian di
kawasan tersebut khususnya, dan di seluruh dunia umumnya. Namun, ternyata
konflik di Timur Tengah yang memanas oleh serangan Barat justru memperlebar
spiral kekerasan. Buktinya kelompok ISIS (kalau memang betul demikian) bisa
menyerang jantung kota Paris dengan menelan ratusan korban tewas dan
luka-luka. Serangan di Paris semakin membuktikan bahwa spiral kekerasan sudah
sampai di Barat. Selanjutnya, sekarang masyarakat dunia mengerti bahwa zona
perang antara ISIS dan Barat tidak hanya di Timur Tengah, melainkan telah
meluas ke Barat.
Hal ini jelas sangat menakutkan. Lebih menakutkan lagi karena
ISIS ternyata memiliki anggota di Barat dan memakai cara perang gerilya di
kota sebesar Paris yang bisa menyerang secara tiba-tiba dengan target
sebanyak-banyaknya menelan korban. Bahkan, inilah yang paling menakutkan
masyarakat dunia: ISIS memiliki anggota yang siap bunuh diri ketika menyerang
targetnya di mana pun dan kapan pun. Jika menyimak ancaman ISIS, mereka ingin
membalas dendam kepada semua yang dianggap musuhnya dengan berbagai serangan,
termasuk bom bunuh diri. Begitulah. Sekarang dunia kembali sangat menakutkan
karena ISIS punya anggota yang siap bunuh diri dalam menyerang target-target
yang dianggap musuhnya.
Sialnya, hampir seluruh masyarakat Barat telah dianggap musuh
oleh ISIS.
Dalam kondisi sangat menakutkan ini, masyarakat dunia selayaknya
segera sadar bahwa ujian kemanusiaan harus dihadapi dengan bijak. Artinya,
masyarakat dunia tidak selayaknya mendukung aksi-aksi kekerasan atas nama
balas dendam oleh dan terhadap siapa pun agar spiral kekerasan tidak semakin
luas dan semakin menakutkan. Selanjutnya, biarlah PBB yang berupaya
menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.
Dunia ini harus
bebas dari cengkeraman spiral kekerasan yang terus-menerus mengoyak
kemanusiaan yang bersifat universal. Kita berharap ujian kemanusiaan pada
2016 nanti bisa diselesaikan oleh PBB dengan cara sebaik-baiknya karena hanya
PBB yang masih memungkinkan untuk tampil di depan mewujudkan perdamaian dunia
alias mengajak semua pihak menghargai harkat dan martabat kemanusiaan dengan
tidak melakukan kekerasan atas nama apa pun di muka bumi ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar