Minggu, 31 Januari 2016

Peluang Meraih Juara

Peluang Meraih Juara

M Clara Wresti ;   Wartawan Kompas
                                                      KOMPAS, 30 Januari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Pada pekan lalu, Indonesia menyabet tiga penghargaan di ASEAN Tourism Association di Manila, Filipina. Sebelumnya Indonesia juga mendapatkan penghargaan di forum internasional yang paling bergengsi di pariwisata, United Nation World Tourism Organization, badan PBB yang mengurus pariwisata. Dalam ajang yang digelar di Madrid, Spanyol, ini, Indonesia mendapatkan tiga penghargaan.

Peristiwa menggembirakan ini tentu saja menjadi kompor penyemangat bagi pegiat pariwisata Indonesia. Pasalnya, dalam kedua ajang internasional ini, Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia. Malaysia menjadi pembanding karena menjadi pesaing utama dalam menarik wisatawan mancanegara ke kawasan Asia Tenggara.

Bahkan untuk wisata halal yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Indonesia juga mendapatkan penghargaan untuk wisata ke Lombok dan Hotel Sofyan. Sementara Malaysia tidak berhasil menyabet penghargaan wisata halal ini.

Bisa mengalahkan Malaysia memang merupakan "sesuatu" bagi Indonesia, terutama bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya. Bukan apa-apa, Malaysia, yang penduduk, luas wilayah, dan keanekaragaman budayanya kalah dari Indonesia, berhasil menggaet wisatawan mancanegara dengan jumlah yang jauh lebih besar daripada Indonesia.

Pada tahun lalu, jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia hanya sekitar 10 juta orang. Sementara wisatawan mancanegara yang datang ke Malaysia mencapai 27 juta orang.

Keberhasilan Malaysia menggaet wisatawan mancanegara tersebut antara lain karena Malaysia berhasil memberi mereka (branding) pariwisatanya dengan Truly Asia. Kebijakan bebas visa yang diberikan kepada sejumlah negara semakin menjadi daya dorong bagi wisatawan mancanegara datang ke Malaysia.

Bagi Indonesia, kondisi wisatawan mancanegara ke Malaysia ini menyesakkan. Ibaratnya kita memiliki mangga harum manis, tetapi tidak membuat brand atau citra bagus atas mangga itu. Kita menjual mangga tersebut apa adanya. Sementara tetangga kita yang memiliki mangga yang rasanya masam, tetapi mengemas mangga itu dengan tulisan truly mango dan memperkenalkannya ke banyak konsumen.

Yang dilakukan Malaysia telah membuktikan, pentingnya merek, pencitraan, dan promosi yang masif. Apa pun kualitas produk yang ditawarkan, apabila dikemas dan dipromosikan dengan baik dan gencar, produk itu yang akan dipilih.

Kini, Indonesia telah menyabet banyak penghargaan internasional. Bahkan dalam Competitiveness Index di Forum Ekonomi Dunia (WEF), Indonesia naik dari yang semula tak ada peringkat menjadi peringkat ke-47. Sementara peringkat Malaysia bertengger di posisi ke-96 dunia. Keberhasilan ini bisa menjadi modal untuk terus mendorong maju pariwisata Indonesia. Apalagi Presiden Joko Widodo telah menargetkan untuk bisa mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019. Kehadiran 20 juta wisatawan mancanegara ini diharapkan bisa mendatangkan devisa 20 miliar dollar AS.

Penghargaan yang telah diraih tersebut harus bisa membuat kita semakin percaya diri. Kita mampu memberikan kualitas layanan dan atraksi yang tidak kalah dari negara lain. Potensi pariwisata Indonesia juga sangat bagus dan banyak dari potensi itu yang tidak dimiliki negara lain.
Penghargaan tersebut juga harus menjadi pecut bagi pegiat wisata untuk membuktikan, Indonesia bukan hanya Bali. Ada banyak tujuan wisata yang bisa dieksplorasi di Indonesia. Bahkan kini kita memiliki 10 destinasi unggulan yang akan menjadi 10 "Bali baru", yakni Toba, Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Pulau Seribu (Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), Mandalika (Lombok), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).

Kerja keras untuk terus mempertajam merek Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia harus terus dilakukan. Promosi kepada beragam kalangan di seluruh dunia juga tidak boleh berhenti. Di samping terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan wisata.

Yang juga tidak kalah penting adalah kekompakan di seluruh pemangku kepentingan pariwisata, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pegiat pariwisata, maupun masyarakat. Jangan ada lagi ego sektoral yang justru akan membuat pariwisata tertinggal di belakang. Jika ini semua sudah dilakukan, tidak diragukan lagi tentu Indonesia yang menjadi juaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar