Wawancara
Kereta
Api Cepat : Mengembangkan Konektivitas
Rini Soemarno ; Menteri BUMN RI
|
KOMPAS, 27 Januari
2016
Presiden Joko Widodo
sudah mencanangkan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek
itu juga meliputi pengembangan kota baru Walini di Bandung Barat, Jawa Barat.
Salah satu
pertimbangan pemerintah, ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
daerah-daerah yang dilalui jalur kereta cepat itu. Pemerintah juga ingin
menjadikan kota Walini sebagai kota hijau, modern, dan efisien, yang dapat
menjadi contoh bagi daerah lain.
Pertimbangan itu
disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno dalam wawancara dengan Kompas, di
Jakarta, akhir pekan lalu. Berikut petikannya.
Apa manfaat proyek kereta cepat dan pengembangan kawasannya?
Dengan kota baru ini,
konektivitas menjadi sangat penting. Kita mulai dengan koridor ekonomi baru.
Kita juga ingin mendorong kawasan itu menjadi suatu daerah pertumbuhan
ekonomi. Kita bisa siap dalam konektivitas dan lingkungannya. Kita ingin
lebih ramah lingkungan, teratur, dan modern. Kereta cepat kita anggap sebagai
"kendaraan" yang akan membuat daerah-daerah yang dilewati bisa
berkembang dengan baik. Oleh karena itu, kita memegang empat tempat
(pemberhentian kereta cepat).
Mengapa penting? Kalau
mau efisien dan berkompetisi, mobilitas orang dan barang harus dilakukan
secepat mungkin. Ini semua yang terjadi di negara-negara maju. Salah satunya,
kecepatan mobilitas orang dan barang untuk efisiensi dan produktivitas. Ini
suatu keharusan. Kita harus melihat arah globalisasi ke mana. Indonesia
termasuk dalam ASEAN dengan ekonomi terbesar. Kita harus di depan dalam
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Pinjaman 5,5 miliar dollar AS itu termasuk untuk pengembangan
kota Walini?
Pinjaman 5,5 miliar
dollar AS selama 40 tahun dengan bunga 2 persen dari Bank Pembangunan
Tiongkok itu untuk proyek kereta cepat, termasuk stasiun-stasiun. Untuk
Walini, kita membutuhkan investasi lagi. Kita sedang hitung. Kita sedang
menunjuk perancang tata kota internasional. Pemerintah Tiongkok sudah
menyatakan minat membiayai pengembangan kawasan. Namun, kita bilang tunggu
dulu karena banyak pihak yang tertarik.
Kita ingin membuat
kota dan menyiapkan perencanaan pengembangan kota. Ada beberapa perancang
kota yang sedang ikut tender dan kita sedang memfinalisasi. Banyak pihak yang
tertarik, termasuk pengembang lokal dan pemerintah provinsi. Kita juga mau
mengakomodasi dengan program yang jelas.
Seberapa luas lahan yang sebenarnya akan dikembangkan?
Hampir 3.000 hektar.
Seluas 1.000 ha bagian dari patungan dengan Tiongkok. Sisanya, sekitar 2.000
ha (area) Walini menjadi milik PT Perkebunan Nusantara VIII. Oleh karena itu,
kita ingin perencanaan kota yang menyeluruh dan terintegrasi.
Bagaimana pengelolaan bisnis agar menguntungkan?
Tidak bisa dari
penjualan tiket. Pengembangan 1.000 ha tidak terlepas dari kontribusi untuk
pembayaran utang. Area komersial di stasiun-stasiun tetap ada. Ada
pengembangan entertainment area. Kawasan industri potensinya ada, terutama
berbasis sektor pertanian dan agrobisnis.
Apakah bisa untuk pembayaran utang?
Oh bisa. Perhitungan
sekarang, sekonsevatif-konservatifnya 40 tahun, utang bisa dikembalikan.
Agresifnya, kembali 30 tahun kalau harga lebih bagus dari yang diperkirakan,
termasuk yang naik kereta cepat lebih banyak. Itu bisa 30 tahun.
Perkebunan teh tetap dipertahankan?
Total area perkebunan
teh 130.000 ha di banyak area. Di daerah itu, sekitar 20.000 ha. Yang
terambil 3.000 ha. Dari 3.000 ha itu nanti, ada daerah konservasi dan tetap
dipertahankan. Ini akan menjadi kota hijau, seperti beberapa negara di
Jerman. Ada satu perusahaan yang mengembangkan kota hijau di Jerman dan
Inggris. Kita ingin kota percontohan ke depan dan kota-kota lain. Kita juga
berkomitmen mengurangi kadar karbondioksida. Kereta api cepat juga bertujuan
mengurangi karbondioksida. Jakarta-Bandung itu macetnya sudah seperti apa.
Kalau macet, kadar karbondioksida akan seperti apa.
Soal analisis mengenai dampak lingkungan, bagaimana
mengantisipasi rawan longsor?
Itu sudah dites, semua
sudah dites. Kita pencanangan (kereta cepat), amdal sudah diproses
sebagaimana mestinya. Ada 30 hari, masyarakat bisa memberikan masukan dan
penyesuaian (adjustment) bisa
terjadi. Ada berapa jalur, kita pakai terowongan itu, ada dasar-dasarnya
juga. Ada juga di atas jembatan. Semua sudah dipelajari secara teknis.
Tiongkok juga sudah membangun (kereta cepat) di daerah tropis. Teknologi
Tiongkok cukup baik.
Kapan pengembangan kota Walini dilakukan ?
Kereta cepat jalan
dulu. Yang jelas membangun stasiun. Nilainya tergantung dari finalisasi
desain. Mal akan seperti apa, yang membangun siapa. Ada sebagian besar
stasiun dan daerah komersial yang dibangun oleh konsorsium. Ada area yang
kita putuskan, misalnya untuk hotel. Siapa pun bisa, tergantung pendapatannya.
Kita kerja sama dengan pihak lain.
Bagaimana menyinkronkan tata ruang?
Makanya, ada perancang
kota dan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah. Kita sudah bicarakan
dengan gubernur dan bupati.
(Ferry Santoso) ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar