OPEC,
Amerika Serikat, dan Harga Minyak 2016
Sunarsip ; Ekonom Kepala The Indonesia Economic
Intelligence (IEI)
|
KORAN
SINDO, 07 Januari 2016
Dunia perminyakan sedang “dihebohkan” dengan laporan IMF yang
dikeluarkan pada 21 Desember 2015 lalu. Dalam laporannya, “IMF Executive Board Concludes 2015
Article IV Consultation with Iran“, IMF membuat perkiraan bahwa harga
minyak dapat menyentuh di level USD5-15 per barel.
Dalam laporan tersebut IMF tidak menyebutkan bahwa perkiraan
harga tersebut berlaku untuk 2016. Namun, sejumlah media asing
menginterpretasikan bahwa estimasi harga tersebut berlaku untuk 2016.
Sedangkan dalam proyeksinya terhadap ekonomi Iran, IMF menggunakan asumsi
harga minyakdilevelUSD50,7perbarel (2015/2016). Menurut IMF, harga minyak
dunia akan tertekan seiring dengan dicabutnya sanksi ekonomi atas Iran.
Dengan dicabutnya sanksi ekonomi, terdapat peluang bagi Iran
untuk menaikkan produksi minyaknya. Bila produksi minyak Iran meningkat,
pasar minyak dunia diperkirakan akan semakin dibanjiri pasokan minyak.
Situasi inilah yang menjadi dasar bagi IMF dalam memperkirakan harga minyak
ke depan. Pada akhir penutupan perdagangan minyak tahun 2015, harga minyak
Brent di tutup di level USD36,50 per barel dan WTI di level USD37,85 per
barel.
Berdasarkan catatan dari Wall Street Journal (31 Desember 2015),
selama 2015 harga minyak Brent turun 35% dan WTI turun 30%. Perlu dicatat,
pelemahan harga minyak selama 2015 ini bukan disebabkan oleh melemahnya
permintaan (demand) minyak dunia.
Penurunan harga minyak selama 2015 lebih disebabkan oleh suplai yang terlalu
besar (oversupply), terutama
pascadieksploitasinya secara massif shale oil di AS.
Tentunya tidak mudah untuk memproyeksikan harga minyak secara
tepat. Harga minyak akan sangat dipengaruhi oleh dinamika demand dan supply-nya. Sementara, faktor-faktor yang memengaruhi demand dan supply minyak juga beragam, seperti kondisi ekonomi, reaksi yang
diambil dari setiap negara produsen minyak, faktor politik dan keamanan
khususnya di negara produsen minyak, dan lain-lain.
Melalui analisis ini, saya akan memberikan analisis
faktor-faktor yang dapat membentuk harga minyak dunia pada 2016. Namun,
analisis ini tentunya didasarkan pada perkembangan terkini, bukan didasarkan
pada situasi yang akan terjadi di masa mendatang.
OPEC dan Arab
Saudi
Salah satu faktor penting yang akan memengaruhi pasar minyak
dunia adalah OPEC, terutama Arab Saudi. Tahun 2015 produksi minyak OPEC
diperkirakan sekitar 31 juta bph, naik 1,1 juta bph dibanding 2014. Menurut
Wood McKenzei, pada 2016 ini produksi minyak OPEC diperkirakan mencapai
sekitar 31,3 juta bph atau naik sekitar 0,3 juta bph dibanding 2015.
Pertemuan OPEC pada 4 Desember 2015 lalu berakhir tanpa ada
keputusan untuk memangkas produksi dan tanpa ada kesepakatan untuk menaikkan
batas atas produksi minyak. Batas atas produksi minyak OPEC masihsepertisaat
iniyaitu31,2juta bph. OPEC juga tidak memiliki kuota produksi minyak per
anggota. Sementara, Arab Saudi sejak November 2014 telah membuat pernyataan
yang jelas bahwa mereka tidak akan memangkas produksi minyaknya, kecuali bila
Iran, Irak, dan Rusia bersedia mengurangi produksinya.
Arab Saudi berkepentingan dengan penguasaan pasar (market share) minyak dunia, khususnya
di Asia Pasifik. Berdasarkan data dari Wood McKenzei, pada 2014 pangsa pasar
penjualan minyak Arab Saudi di Asia Pasifik tinggal sekitar 23%, turun
dibandingkan posisi pada 2006 yang di kisaran 26% dan 2010 sekitar 25%.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penetrasi pasar yang dilakukan oleh
Irak dan Rusia yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan
signifikan.
Dengan harga minyak seperti saat ini, sekitar USD35-37 perbarel,
sebenarnya ArabSaudi masih untung. Biaya produksi minyak Arab Saudi sangat
murah, sekitar USD5 per barel. Karena itulah, Arab Saudi berkeras tidak mau
memangkas produksi minyaknya. Di sisi lain, berharap Irak dan Rusia
mengurangi produksinya, peluangnya juga kecil. Irak dan Rusia berkepentingan
dengan produksi minyaknya untuk membiayai anggarannya. Iran juga menyatakan
tidak akan memangkas produksi minyaknya, yaitu sekitar 4 juta bph, setelah
hak tersebut didapatnya kembali pascadicabutnya sanksi ekonomi.
Minyak Amerika
Serikat
Selain faktor OPEC, minyak Amerika Serikat (AS) juga memainkan
peran penting dalam pasar minyak dunia. Saat ini AS merupakan produsen minyak
terbesar di dunia bersama Arab Saudi. Posisi ini dapat diraih AS berkait
keberhasilannya dalam mengembangkan shale oil . Selama ini Pemerintah AS
memberlakukan larangan ekspor minyak yang dihasilkan dari ladang-ladang
minyak di AS. Produksi minyak AS hanya dipergunakan untuk kebutuhan energi di
dalam negeri, diolah melalui kilang-kilang minyak domestik.
Perlu dicatat, meskipun AS kini menjadi salah satu produsen
minyak terbesar di dunia, AS bersama Tiongkok juga merupakan negara konsumen
(dan pengimpor) minyak terbesar di dunia. Sejak ditemukannya shale oil secara
massif di AS, supply minyak AS berlimpah. Pasokan shale oil tersebut kemudian
menjadi substitusi impor minyak AS. Artinya, kebutuhan minyak AS yang
sebelumnya dipenuhi oleh impor, kini digantikan oleh produksi sendiri dari
shale oil.
Kondisi ini berarti impor minyak AS berkurang, dan supply minyak
secara global bertambah. Minyak-minyak asal Timur Tengah, Amerika Latin,
Asia, Afrika, dan lain-lain yang tadinya memasok kebutuhan minyak AS menjadi
tak terjual. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya penurunan harga minyak
secara global dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Penurunan harga minyak
dunia tersebut berimbas pada turunnya harga minyak AS.
Akibatnya, produsen minyak AS merugi. Padahal, minyak domestik
AS semestinya dihargai tinggi karena jenisnya bersulfur rendah, yaitu light
dan sweet crude. Selain itu, juga tidak terlalu cocok dengan kilang minyak AS
yang konfigurasinya untuk mengolah minyak bersulfur lebih tinggi (sour crude)
yang biasanya cocok dengan minyak impor dari Timur Tengah. Melihat kondisi
tersebut, pada 15Desember2015Kongres AS menyepakati untuk mencabut larangan
ekspor minyak asal AS.
Melalui kebijakan ini, diharapkan ada peluang bagi produsen AS
untuk mendapatkan harga yang lebih baik. Dengan konstelasi seperti ini,
berarti akan ada minyak yang keluar dari AS dan minyak yang masuk ke AS
sebagai penggantinya. Akibatnya, persaingan pasar minyak dunia semakin ramai
karena semakin banyak pemain yang memasok pasar minyak dunia.
Dengan analisis tersebut, akankah harga minyak akan bergerak ke
level USD5-15 per barel? Jawabannya: fifty-fifty. Harga minyak di 2016 akan
sangat ditentukan oleh langkahlangkah yang diambil oleh para pemain besar
seperti OPEC, AS, Rusia, tingkat permintaan minyak dunia, termasuk pula oleh
faktor nonekonomi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar