Aliansi
Militer Islam
Siti Mutiah Setiawati ; Dosen Fisipol dan Kajian Timur Tengah,
Sekolah Pascasarjana UGM
|
KOMPAS,
09 Januari 2016
Pada 15 Desember 2015, Mohammad Bin Salman-Putra Mahkota
sekaligus Menteri Pertahanan Arab Saudi-mengumumkan pembentukan Aliansi
Militer Islam yang terdiri atas 34 negara, di antaranya Qatar, Uni Emirat
Arab, Turki, Malaysia, Pakistan, dan Nigeria.
Menlu Arab Saudi Adel al Jubeir menjelaskan tujuan utama
dibentuknya Aliansi Militer Islam ini, yaitu pembentukan koalisi
negara-negara Islam untuk saling berbagi informasi, pelatihan, dan
menyediakan angkatan bersenjata dalam mengatasi militansi yang menjurus
terorisme, seperti Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dan Al Qaeda.
Apakah aliansi ini sebuah solusi dalam mengatasi terorisme dunia yang datang
dari dunia Islam atau justru menambah masalah baru?
Aliansi ini akan berpusat di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, negara
tempat lahirnya Islam dan sekaligus menjadi pemangku dua kota suci umat Islam
(Mekkah dan Madinah), sehingga sebagian besar umat Islam akan terikat dengan
negara ini. Aliansi ini membuat dunia Islam semakin terpecah dan terkotak
kotak ke dalam kelompok-kelompok yang semakin tidak jelas kriterianya.
Sebelumnya, dunia Islam terbagi jadi Sunni dan Syiah (aliran
agama), moderat dan radikal (sikap terhadap konflik internasional), pro
Barat, pro Timur, dan nonblok (ideologi), kaya, menengah, dan miskin
(ekonomi). Negara dengan identitas berpenduduk mayoritas Islam dan cenderung
moderat seperti Indonesia akan menghadapi dilema antara menerima dan menolak.
Jika menerima, berarti melanggar prinsip politik luar negeri bebas aktif dan
nonblok yang melarang turut dalam aliansi militer. Kalau menolak, kemungkinan
akan dikucilkan dari dunia Islam.
Ada keraguan apakah pengeboman KBRI di Yaman beberapa waktu lalu
kesalahan target atau kesengajaan. Sebab, sebelumnya Indonesia memang menolak
bergabung dengan Arab Saudi memerangi Houthi di Yaman. Ini mengingat di zaman
teknologi serba presisi tinggi kesalahan target kurang bisa diterima.
Aliansi dalam hubungan internasional diartikan sebagai
perjanjian militer antara dua negara atau lebih yang mempersiapkan rencana
penyerangan bersama atau membantu menyerang secara bersama jika salah satu
negara terancam diserang negara lain. Jika tujuan utama aliansi ini untuk
memerangi kelompok NIIS yang telah membuat aksi teror di mana-mana, termasuk
terakhir di Paris (Perancis) dan California (AS), maka yang akan diserang
adalah basis gerakan NIIS, yaitu di Irak dan Suriah.
Irak, negara Islam yang hampir 10 tahun diduduki AS, telah jatuh
jadi negara yang terpecah belah secara sektarian. Ketakmampuan Pemerintah
Irak beri keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat membuat negara ini
dikategorikan sebagai negara gagal. Penyerangan terhadap negara ini dengan
maksud menghancurkan kekuatan NIIS akan membuat penderitaan rakyat semakin
parah, mengingat rakyat sipil dapat jadi korban dengan alasan salah target,
seperti pernah dilakuan AS di Afganistan.
Kurang solid
Keadaan di Suriah tidak lebih baik. Imigran Suriah ke negara
Arab tetangganya, Eropa, Kanada, AS, dan Australia telah mencapai sekitar 3
juta orang-sebagian besar wanita dan anak-anak. Ini telah menarik perhatian
dunia. Peristiwa itu adalah peristiwa kemanusiaan terbesar dan terhebat abad
ini; ketika orang terpaksa keluar dari bumi tempat mereka dilahirkan dan
dibesarkan, lalu menjadi pengungsi. Nasib mereka, terbuang atau diterima
sebagai warga, sangat bergantung pada negara penerima. Hal ini menunjukkan
keadaan dalam negeri Suriah telah porak-poranda.
Negeri Sham ini telah terbelah menjadi antara yang mendukung
Bashar al-Assad yang baru saja memenangi 88,7 persen suara dalam pemilu
presiden pada Juni 2014 dan yang menginginkan Bashar turun atau sering
disebut sebagai kelompok oposisi. Kelompok oposisi terbagi menjadi
kelompok-kelompok Al Nusra yang baru saja dikategorilkan AS sebagai kelompok
teroris, NIIS, Tentara Suriah Merdeka (Free
Syrian Army), dan Dewan Militer Tertinggi (Supreme Military Council).
Negara pendukung juga terpecah. AS sangat menginginkan Bashar
al-Assad turun, tetapi Rusia mendukung Bashar al-Assad. Meski demikian, baik
AS maupun Rusia sama-sama akan memerangi NIIS. Sungguh merupakan situasi yang
tidak mudah kalau akan memerangi NIIS dengan membangun aliansi militer yang
juga mengatasnamakan Islam.
Sepertinya, mendorong koalisi Amerika-Rusia untuk mengatasi
meluasnya terorisme yang dilakukan oleh NIIS di Suriah akan lebih mudah
daripada membangun Aliansi Militer Islam yang menyulitkan posisi negara Islam
lain yang tidak mendukung.
Sementara itu, tiga hari setelah diumumkannya Aliansi Militer
Islam, AS menyelenggarakan konferensi di New York yang mengundang 20 negara
yang berkepentingan di Suriah, seperti Iran, Rusia, dan Tiongkok, untuk menyelesaikan
konflik di Suriah. Syarat utama keberhasilan perundingan adalah jika hasil
perundingan dapat diterapkan secara mudah dan realistik.
Dalam pertemuan ini, sebelum berunding, Presiden Rusia Vladimir
Putin meyakinkan Bashar al-Assad bahwa Rusia tetap akan mendukung
kekuasaannya, sementara AS melalui Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan
bahwa Rusia telah melukai AS karena mendukung Bashar al-Assad. Dalam waktu
bersamaan, keduanya mengatakan siap bekerja sama menghentikan konflik di
Suriah. Pada akhirnya, konferensi ini tak menghasilkan penyelesaian apa pun
seperti janji mereka untuk mengakhiri konflik Suriah. Di samping itu, AS
ataupun Rusia-dua negara yang saat ini berkepentingan atas penyelesaian
konflik di Suriah-belum terbaca sikapnya atas aliansi militer ini.
Dari beberapa aliansi militer yang pernah didirikan guna
mengatasi ancaman, tinggal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang
didirikan pada 1949 dan ANZUS (Australia, Selandia Baru, AS) yang didirikan
pada tahun 1951. Aliansi militer yang lain, seperti Pakta Warsawa, Pakta
Baghdad, SEATO, dan CENTO sudah bubar karena tidak adanya musuh yang harus
diatasi bersama dan kurang solidnya anggota. Nasib sama kemungkinan dialami
Aliansi Militer Islam karena yang dianggap musuh berada di organ tubuh
mereka, menghancurkan mereka tidak mungkin tanpa melukai diri sendiri, yaitu
komunitas Islam. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar