Rabu, 27 Juni 2012

Organisasi, Modal Riza Membangun Jakarta


Organisasi, Modal Riza Membangun Jakarta
Madina Nusrat dan Fransisca Romana ;  Wartawan KOMPAS
Sumber :  KOMPAS, 26 Juni 2012


Mencalonkan diri sebagai wakil gubernur, bagi Ahmad Riza Patria bukan berarti menjadi orang nomor dua ataupun sekadar menjadi pemain yang duduk di bangku cadangan. Bersama Hendardji Soepandji, pengusaha jasa konsultan konstruksi ini yakin dapat turut serta membangun Ibu Kota Jakarta yang lebih merakyat.

”Selama saya mengenal Pak Hendardji, dia merupakan sosok yang bijak. Itu sebabnya, saya mau dipinang sebagai wakilnya di bursa Pemilihan Gubernur DKI,” kata Riza, saat dijumpai di tempat tinggalnya di sebuah apartemen di Jalan Casablanca.

Riza mengaku sudah mengenal Hendardji sejak tahun 2007. Keduanya dipertemukan dalam sebuah forum ekonomi dan di dalam acara itu, Riza hadir sebagai pengusaha muda yang bergerak dalam bidang jasa konsultan konstruksi.

Keyakinan Riza masuk dalam bursa Pemilihan Gubernur DKI tahun 2012 itu juga didukung pengalamannya selama ini yang sudah malang melintang di dunia organisasi kepemudaan, kewirausahaan, dan juga politik. Apalagi keterlibatannya dalam setiap organisasi itu juga selalu mengambil peranan penting, yakni menjadi pemimpin.

”Pengalaman memimpin organisasi menempa saya memecahkan segala macam masalah di berbagai kelompok masyarakat,” katanya.

Dari pengalamannya itu, menurut Riza, sudah saatnya pembangunan di Jakarta turut melibatkan warganya. Apalagi warga Ibu Kota ini terdiri atas beragam etnis dan golongan yang memiliki latar belakang dan kepentingan yang beragam, dengan kompleksitas yang cukup tinggi.

”Pembangunan Jakarta yang merakyat ini akan dimulai dengan merevitalisasi agen-agen kepemudaan. Kemudian melangkah pada peremajaan kota dengan melibatkan masyarakat,” jelasnya.

Pemerintah Provinsi DKI selama ini, kata Riza, kurang melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Bahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pun tidak disampaikan pemerintah kepada masyarakat secara transparan, termasuk pembagian komposisi anggarannya.

Sementara APBD DKI yang mencapai Rp 41 triliun itu sebagian besar tersedot untuk belanja pegawai. Komposisi anggaran untuk pembangunan hanya tersedia sebagian kecil.

Untuk itu, kata Riza, dibutuhkan inovasi agar penggunaan anggaran bisa efisien. Pada saat yang sama dibutuhkan terobosan-terobosan agar pembangunan di Ibu Kota ini dapat turut dibiayai investor sehingga sektor riil dapat bergerak. Dengan demikian, akan terbuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Pasar-pasar tradisional juga harus dihidupkan kembali agar interaksi masyarakat dapat berjalan baik. Selain dapat mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan, pasar tradisional ini juga memiliki kelebihan dalam membangun interaksi yang konsisten antara penjual dan pembeli. Lewat interaksi itu, dengan sendirinya akan terbangun sentimen sosial di kalangan masyarakat Jakarta yang majemuk ini.

”Di pasar, terjadi interaksi positif antara pembeli dan penjual. Tawar-menawar itu sangat manusiawi. Dengan sendirinya dapat mengurangi kesenjangan sosial,” jelas Riza.

Sementara yang terjadi saat ini di Jakarta malah sebaliknya. Dengan komposisi penduduk masih didominasi warga miskin, pasar yang dibangun lebih banyak adalah pasar modern, seperti mal dan minimarket. Tak hanya menyebabkan munculnya ketimpangan sosial, tetapi pendirian mal di Jakarta telah menyingkirkan ruang terbuka hijau.

”Dampak lainnya tak hanya mengakibatkan ruang terbuka hijau menghilang. Anak-anak di Jakarta sekarang ini juga jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di mal dibandingkan bermain di taman dan berkunjung ke museum,” jelas suami dari Ellisa Sumarlin ini.

Pengalamannya dalam organisasi kemasyarakatan memang telah membentuk pola pikir Riza untuk memandang masyarakat sebagai potensi pembangunan. Dalam konteks Jakarta, lanjutnya, masyarakat merupakan potensi yang harus dikembangkan kemampuannya.

”Apalagi sejarah telah menunjukkan, Jakarta sangat potensial dikembangkan sebagai kota jasa. Sejak kolonial Belanda hingga saat ini, Jakarta selalu ramai didatangi pedagang,” jelasnya.

Untuk mendukung Jakarta sebagai kota jasa, perlu dikembangkan kemampuan warga di kota itu. Aksesibilitas warga terhadap pendidikan harus dibuka seluas-luasnya sehingga tingkat pendidikan warga Jakarta dapat meningkat. Warga yang memiliki keterampilan tertentu juga semakin banyak sehingga mereka bisa menjangkau lapangan pekerjaan dengan mudah.

Mengembangkan Jakarta sebagai kota jasa, menurut Riza, juga perlu dimengerti dahulu kompleksitas di Ibu Kota ini. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan pemimpin yang kuat. ”Kita tahu di kota ini ada banyak kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang kuat seperti Hendardji dan saya siap membantunya karena saya juga memiliki kepribadian yang kuat,” jelasnya.

Dalam menjaga keseimbangan dengan beragam kelompok yang berbeda, Riza memang sudah memiliki bekal untuk itu. Bahkan untuk saat ini, selain aktif sebagai anggota Majelis Pemuda Indonesia di Komite Nasional Pemuda Indonesia, Riza juga menjabat sebagai salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gerindra dan juga anggota Badan Seleksi Organisasi Partai Gerindra.

”Di Gerindra, saya aktif menjalin komunikasi dengan partai politik lainnya. Ini sudah tidak jadi masalah meski saya mencalonkan diri dari jalur perseorangan,” katanya.

Namun, relasi yang sudah terbangun dengan partai-partai politik itu, ditegaskan Riza, tidak akan membuat dia berpaling dari masyarakat dalam membuat kebijakan pemerintah. ”Sebagai calon perseorangan, saya akan tetap memperjuangkan kepentingan masyarakat Jakarta, bukan kepentingan segolongan orang atau partai politik,” jelasnya.

Kalau dari Gerindra, kenapa mendaftar sebagai calon wakil gubernur dari jalur perseorangan? Riza memaparkan bahwa pengurus di Partai Gerindra memberikan keleluasaan bagi dirinya untuk ikut dalam bursa Pilgub DKI meski itu lewat jalur perseorangan. ”Meski Gerindra mengusung Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sebagai cawagub dengan Joko Widodo, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan restu untuk maju dalam jalur perseorangan,” jelasnya. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar