Mendukung
Capres ARB
Indra
J Piliang ; Ketua Balitbang DPP Partai Golkar
Sumber :
SUARA KARYA, 26 Juni 2012
Belakangan ini muncul berbagai berita di media massa terkait
dengan nama-nama calon presiden (capres) yang diusung dalam pemilihan Presiden
RI pada 2014-2019. Di antara sejumlah nama capres terdapat nama Ir Aburizal
Bakrie (ARB) yang kini menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar. Terdapat banyak
informasi yang simpang siur terkait dengan proses pencalonan yang masih
panjang. Yang jelas, hampir semua DPD tingkat provinsi, beserta kekuatan lain
seperti SOKSI, Ormas MKGR, Kosgoro 1957, AMPI, AMPG, KPPG, MDI dan lain-lain
mendukung ARB sebagai capres.
Begitu juga sejumlah pertemuan DPD-DPD I Partai Golkar, baik di
Balikpapan, Banjarmasin, maupun Bali. Semuanya berujung kepada dukungan
tunggal, sekaligus permintaan agar ARB bersedia menjadi capres. Dilihat dari
aspek (elite) internal itu, tentulah prosesnya berlangsung mulus. Hanya saja,
masih ada sejumlah agenda.
Pertama, keputusan resmi pencalonan ARB sebagai Presiden RI akan
dilakukan dalam Rapimnas Golkar tahun 2012, bisa jadi sekitar Oktober 2012.
Menjelang bulan itu, kader dan simpatisan Partai Golkar di pelbagai tingkatan
melakukan program karya dan kekaryaan yang bermanfaat bagi masyarakat. Mesin
partai dilumaskan sehingga mampu berjalan pada saat yang tepat.
Kedua, sementara proses itu terjadi, Partai Golkar akan mengadakan
survei terkait dengan elektabilitas Golkar, termasuk nama-nama yang dimasukkan
sebagai calon presiden. Terdapat dua kategori nama, yakni dari internal dan
eksternal Partai Golkar. Nama-nama itu tentu juga termasuk pasangan
cawapresnya.
Ketiga, setelah proses itu disepakati, dengan sendirinya tim resmi
kampanye bakal capres dan cawapres Partai Golkar itu dibentuk. Mengapa masih
"bakal capres-cawapres"? Karena secara resmi, prosesnya belum
mengikuti kalender yang disusun oleh Komisi Pemilihan Umum (KPY). Penetapan
oleh KPU pun tergantung pada hasil pemilu legislatif April 2014.
Jadi, secara keseluruhan, belum ada proses pilpres yang terjadi
sepanjang tahun 2012 ini. Hiruk-pikuk yang berkembang di media massa,
seolah-olah pilpres terjadi pada tahun 2012, sama sekali di luar jangkauan dan
agenda Partai Golkar. Pilpres 2012 hanya terjadi di AS, bukan di Indonesia.
Partai Golkar tentu akan melihat dengan serius perjalanan Pilpres 2012 di AS
itu, serta tentu belajar banyak untuk mendapatkan perspektif internasional.
Sekalipun terdapat sejumlah "tim sukses" dalam proses
pencalonan ARB, itu pun sah-sah saja. Sebagian besar tim-tim itu adalah bentuk
dari partisipasi politik, berdasarkan pelajaran dalam dua kali pilpres
sebelumnya. Partai Golkar dianggap mengalami "keretakan" di kalangan
elite selama Pilpres 2004 dan Pilpres 2009. Sedini mungkin, proses politik yang
sekarang adalah bagian dari usaha menghindari itu.
Namun, bisa juga dikatakan bahwa Partai Golkar mengalami semacam
"pilpres mini", sebelum keputusan diambil lewat Rapimnas 2012 atau
rapimnas khusus. Pilpres mini ini lebih kepada kerja keras seluruh jajaran
partai untuk menaikkan elektabilitas, baik partai maupun ARB sendiri. Sejumlah
masalah sudah dipetakan, baik lewat media massa maupun yang disampaikan dalam
dokumen-dokumen resmi partai.
Masalah yang muncul dari internal partai tentu sudah mendapatkan
antisipasi cukup, mengingat proses konsolidasi telah dilakukan secara
terus-menerus. Sementara yang datang dari eksternal memperoleh proses pendalaman
dari jajaran partai, termasuk Balitbang DPP Partai Golkar. Dengan kebebasan
media seperti sekarang, di mana siapa pun bisa menulis beritanya sendiri lewat
media sosial sampai pesan pendek, masalah yang kecil bisa dibesar-besarkan.
Sebaliknya, masalah besar bisa dikecilkan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar