Rabu, 27 Juni 2012

Pembangunan Jakarta Tidak Hanya untuk Sekarang

Pembangunan Jakarta Tidak Hanya untuk Sekarang
M Clara Wresti dan Banu Astono ;  Wartawan KOMPAS
Sumber :  KOMPAS, 25 Juni 2012


Munculnya calon petahana Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 ini memang sudah diperkirakan sejak lama. Fauzi tentu ingin menuntaskan pembangunan yang sudah dirintis sejak lima tahun lalu demi masa depan Jakarta. Secara fisik, pembangunan yang dilakukan Fauzi selama lima tahun pemerintahannya memang belum tampak nyata. Misalnya saja, koridor bus transjakarta baru bertambah satu koridor sejak dia menjabat jadi gubernur. Bahkan Koridor IX dan X yang dioperasikan tahun 2010 sudah dibangun sejak tahun 2007.

Walau secara fisik belum terlihat, sebenarnya sudah banyak yang dilakukan Fauzi dalam membangun Jakarta. Hasilnya bisa dilihat dalam angka statistik dan prestasi yang diraih, pembangunan Jakarta sudah berjalan. Indikator itu bisa dilihat dari pertumbuhan perekonomian Jakarta pada tahun 2011 tercatat 6,7 persen, sedangkan pertumbuhan rata-rata dalam empat tahun terakhir 6,1 persen.

Angka lapangan kerja juga terus bertumbuh. Sekarang ini, ujar Fauzi Bowo, angka pertumbuhan lapangan kerja 3,3 persen-3,5 persen per tahun. Sementara angka pengangguran mencapai 10,7 persen. Targetnya, tahun ini menjadi 10,3 persen. Namun jumlah pengangguran ini belum termasuk pekerja informal. Apabila pekerja informal dihitung juga, angka pengangguran akan berkurang.

Sementara itu, pendapatan per kapita DKI Jakarta saat ini 10.000 dollar AS per kapita, padahal pada tahun 2007, pendapatan per kapita DKI Jakarta baru 6.000 dollar AS. Gap antara si kaya dan si miskin di Jakarta tidak semakin lebar, tetapi tetap terjaga dalam rasio 0,36. Yang kaya memang semakin kaya, tetapi yang miskin pun tetap mengalami perbaikan sehingga jarak di antara dua golongan tersebut tidak semakin jauh.

Di bidang kesehatan, usia harapan hidup warga Jakarta sangat menggembirakan. Untuk perempuan, angka harapan hidup 78 tahun, sedangkan untuk laki-laki 74,6 tahun.

Di lingkungan dengan suplai air bersih masih ada masalah dan air limbah belum dikelola baik, angka harapan hidup ini menjadi prestasi yang luar biasa. Bandingkan dengan California yang angka harapan hidupnya 77 tahun. Padahal, katanya, California adalah kota paling makmur di Amerika Serikat.

Penilaian WTP dari BPK

Indikator positif lainnya adalah kemajuan di bidang tata kelola pemerintahan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk pengelolaan keuangan negara tahun 2011. Ketika Fauzi pertama kali menjabat, opini yang diberikan oleh BPK adalah disclaimer, yang artinya pembukuan pengelolaan keuangan negara masih amburadul. Setelah itu perlahan-lahan pembukuan dibenahi dan opini yang didapat adalah Wajar Dengan Pengecualian dari tahun 2008-2010.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berperingkat AA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia. Peringkat ini merupakan peringkat yang cukup baik karena berada satu step di bawah peringkat tertinggi, yakni AAA.

Menurut Fauzi Bowo, segala prestasi yang didapat Jakarta bukanlah hasil upayanya sendiri, melainkan dibantu oleh seluruh jajarannya. Fauzi mengakui, banyak kendala yang harus dihadapi, dari masalah pembiayaan, regulasi, sumber daya manusia, hingga kerja sama yang kurang padu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto.

”Apa Anda bisa enggak bertepuk sebelah tangan? Jelas enggak bisa, kan. Begitu juga saya. Apa yang dicapai ini semuanya atas dukungan kolega saya. Bahwa di antaranya ada yang tidak mendukung, ya, tidak apa apa juga. Sah, sah saja,” kata Fauzi.

Mengenai tiga masalah yang pertama, Fauzi mengakui menjadi kendala yang terbesar. Dia mencontohkan, untuk proyek pengerukan sungai Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) yang seharusnya dikerjakan sejak tahun 2009, baru bisa dilaksanakan tahun 2012 ini.

Kendala pertama dari proyek pengerukan sungai adalah pembiayaan. Ketika Pemprov DKI Jakarta sudah mendapatkan persetujuan dari Bank Dunia untuk pinjaman 150 juta dollar AS tahun 2008, proyek itu belum bisa dilaksanakan. Alasannya, belum ada regulasi yang bisa menjadi payung hukum.

”Ketika itu ketentuan yang ada semua pinjaman luar negeri harus mendatangkan profit. Namun, pengerukan sungai tidak akan mendatangkan profit. Akhirnya saya terangkan, pengerukan sungai akan membuat Jakarta tidak banjir. Apabila tidak banjir, maka warga Jakarta bisa produktif dan akhirnya mendorong pertumbuhan kota. Jadi yang didapat dari pinjaman itu bukan profit, melainkan benefit,” ujar Fauzi.

Setelah ada kesamaan pengertian soal profit, pembuatan regulasi juga membutuhkan waktu yang panjang. Regulasi yang ada baru keluar 2010 dan mulai diimplementasi tahun 2011. Setelah itu baru dilakukan lelang dan pembangunannya sendiri akan dimulai September 2012.

Proyek MRT

Hal yang sama juga terjadi pada proyek mass tapid transit (MRT). Proyek ini sebenarnya sudah mulai disuarakan sejak lama. Namun, karena dana yang dibutuhkan sangat besar, akhirnya proyek ini hanya sebatas wacana.

Ketika Fauzi Bowo resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2007, dia pun mulai melakukan pendekatan ke negara kreditor, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Institusi ini bersedia memberikan pinjaman lunak Rp 15 triliun untuk jalur Lebak Bulus-Bundaran HI. Jumlah itu akan bertambah lagi Rp 13 triliun untuk jalur Bundaran HI-Kota.

”Semua pinjaman ini bisa keluar karena ada trust. Ini yang sedang dibangun sekarang. Salah satunya yang lima tahun lalu sudah saya gariskan, visi saya adalah bagaimana menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Saya tidak mengatakan sekarang sudah ideal, tetapi menurut kriteria dan tolak ukur key performance indicator-nya lebih baik dari lima tahun lalu. Yang jelas, gubernur Jakarta tidak boleh memikirkan hanya masa jabatannya. Dia juga harus memikirkan Jakarta di masa depan,” kata Fauzi.

Tata kelola pemerintahan yang baik tidak gampang, ada 722 unit kerja di Jakarta. Aset yang harus diurus nilainya Rp 450 triliun dan APBD tahun lalu Rp 33 triliun. ”Semuanya di bawah gubernur dan harus dijaga agar tetap sinkron. Hasilnya kami mendapatkan opini WTP dari BPK tadi,” kata Fauzi.

Kendala di masa depan masih tetap besar dan perlu penanganan yang baik. Menurut Fauzi, agar tetap ada pertumbuhan, diperlukan investasi. Namun, investor baru mau berinvestasi asalkan ada iklim kondusif berupa stabilitas politik dan stabilitas keamanan.
”Iklim ini harus dijaga terus, jangan ada ribut-ribut di antara kelompok masyarakat. Sosialisasi mengenai program harus terus dilakukan,” ujar dia.

Yang melakukan tugas ini tidak cukup gubernur, tetapi juga wali kota, camat, dan lurah juga harus melakoninya. Dengan semua komunitas, mereka harus bicara yang sama. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap kondisi kotanya. Yang penting sekecil apa pun, mereka bisa berpartisipasi bagi kepentingan kotanya.

Namun, Fauzi mengakui, di tengah masyarakat Jakarta yang heterogen, pengelolaan kota sangatlah sulit. Hal ini karena belum semua masyarakat memiliki persepsi yang konstruktif untuk kepentingan kotanya sendiri. Contohnya masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan, berperilaku negatif, mementingkan kepentingan kelompok sesaat dengan berperilaku anarki, sampai kepada yang asal meletup.

”Saya tidak ingin membesar-besarkan. Tetapi jika orang punya sense of belonging terhadap kota ini, akan lebih mudah kita ajak berpartisipasi merawat atau menjaga kota ini. Meskipun kecil sekali partisipasinya, tetapi jika seseorang mau ikut, maka akan sangat membantu merawat dan membangun kota ini, dan itu sangat berarti sekali. Jadi bagaimana kita membangun sense of belonging ini,” katanya.

Di tengah sulitnya membangun sense of belonging itu, Fauzi masih melihat harapan. Ada kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan masyarakat di komunitas yang sangat berarti bagi kota, misalnya pendirian bank sampah di tingkat RW. Saat ini sudah ada ratusan bank sampah didirikan di tingkat RW yang jumlahnya 2.700 RW.

”Itu pekerjaan rumah besar untuk menghadirkan bank sampah, tetapi kita harus bisa mereplikasi yang baik ini menjadi mayoritas. Mengharapkan semuanya menjadi ideal, saya kira itu terlalu berlebihan juga,” tambahnya.

Yang penting, menurut Fauzi, pemerintah harus bisa mengayomi sekaligus mengelola semua komunitas di masyarakat secara terintegrasi.

”Saya selalu bedakan bahwa seorang gubernur di Indonesia itu punya kewajiban yang komprehensif dibandingkan seorang menteri sektoral. Gubernur harus mengeksekusi secara nyata. Gubernur tidak bisa hanya berandai-andai, tidak hanya berwacana,” tegas Fauzi.

Besarnya tugas yang harus diemban seorang gubernur, tidaklah membuat Fauzi terlihat kuyu atau kelelahan. Dia selalu menjaga tubuhnya agar tetap bugar. Caranya dengan berolahraga lari di Monas. ”Saya lari 10 kilometer juga masih kuat,” katanya.

Selain itu, ia senang mengumpulkan lukisan yang bercerita tentang pembangunan kota Jakarta. Semua lukisan itu disimpan di rumah pribadi, rumah dinas, dan juga di kantor. Ada lukisan yang dipasang di dinding, ada juga yang hanya diletakkan di lantai. ”Saya senang membeli lukisan yang saya kenal pelukisnya dan bercerita tentang Jakarta,” ujar ayah tiga anak ini. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar