Pembangunan
Jakarta Tidak Hanya untuk Sekarang
M
Clara Wresti dan Banu Astono ; Wartawan KOMPAS
Sumber :
KOMPAS, 25 Juni 2012
Munculnya calon petahana Gubernur DKI Jakarta
Fauzi Bowo dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 ini memang sudah diperkirakan
sejak lama. Fauzi tentu ingin menuntaskan pembangunan yang sudah dirintis sejak
lima tahun lalu demi masa depan Jakarta. Secara fisik, pembangunan yang
dilakukan Fauzi selama lima tahun pemerintahannya memang belum tampak nyata.
Misalnya saja, koridor bus transjakarta baru bertambah satu koridor sejak dia
menjabat jadi gubernur. Bahkan Koridor IX dan X yang dioperasikan tahun 2010
sudah dibangun sejak tahun 2007.
Walau secara fisik belum terlihat, sebenarnya
sudah banyak yang dilakukan Fauzi dalam membangun Jakarta. Hasilnya bisa
dilihat dalam angka statistik dan prestasi yang diraih, pembangunan Jakarta
sudah berjalan. Indikator itu bisa dilihat dari pertumbuhan perekonomian
Jakarta pada tahun 2011 tercatat 6,7 persen, sedangkan pertumbuhan rata-rata
dalam empat tahun terakhir 6,1 persen.
Angka lapangan kerja juga terus bertumbuh.
Sekarang ini, ujar Fauzi Bowo, angka pertumbuhan lapangan kerja 3,3 persen-3,5
persen per tahun. Sementara angka pengangguran mencapai 10,7 persen. Targetnya,
tahun ini menjadi 10,3 persen. Namun jumlah pengangguran ini belum termasuk
pekerja informal. Apabila pekerja informal dihitung juga, angka pengangguran
akan berkurang.
Sementara itu, pendapatan per kapita DKI
Jakarta saat ini 10.000 dollar AS per kapita, padahal pada tahun 2007,
pendapatan per kapita DKI Jakarta baru 6.000 dollar AS. Gap antara si kaya dan si miskin di Jakarta tidak semakin lebar,
tetapi tetap terjaga dalam rasio 0,36. Yang kaya memang semakin kaya, tetapi
yang miskin pun tetap mengalami perbaikan sehingga jarak di antara dua golongan
tersebut tidak semakin jauh.
Di bidang kesehatan, usia harapan hidup warga
Jakarta sangat menggembirakan. Untuk perempuan, angka harapan hidup 78 tahun,
sedangkan untuk laki-laki 74,6 tahun.
Di lingkungan dengan suplai air bersih masih
ada masalah dan air limbah belum dikelola baik, angka harapan hidup ini menjadi
prestasi yang luar biasa. Bandingkan dengan California yang angka harapan
hidupnya 77 tahun. Padahal, katanya, California adalah kota paling makmur di
Amerika Serikat.
Penilaian WTP dari BPK
Indikator positif lainnya adalah kemajuan di
bidang tata kelola pemerintahan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk pengelolaan keuangan negara
tahun 2011. Ketika Fauzi pertama kali menjabat, opini yang diberikan oleh BPK
adalah disclaimer, yang artinya pembukuan pengelolaan keuangan negara masih
amburadul. Setelah itu perlahan-lahan pembukuan dibenahi dan opini yang didapat
adalah Wajar Dengan Pengecualian dari tahun 2008-2010.
Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
berperingkat AA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia. Peringkat ini merupakan
peringkat yang cukup baik karena berada satu step di bawah peringkat tertinggi,
yakni AAA.
Menurut Fauzi Bowo, segala prestasi yang
didapat Jakarta bukanlah hasil upayanya sendiri, melainkan dibantu oleh seluruh
jajarannya. Fauzi mengakui, banyak kendala yang harus dihadapi, dari masalah
pembiayaan, regulasi, sumber daya manusia, hingga kerja sama yang kurang padu
dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto.
”Apa Anda bisa enggak bertepuk sebelah
tangan? Jelas enggak bisa, kan. Begitu juga saya. Apa yang dicapai ini semuanya
atas dukungan kolega saya. Bahwa di antaranya ada yang tidak mendukung, ya,
tidak apa apa juga. Sah, sah saja,” kata Fauzi.
Mengenai tiga masalah yang pertama, Fauzi
mengakui menjadi kendala yang terbesar. Dia mencontohkan, untuk proyek
pengerukan sungai Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) yang seharusnya
dikerjakan sejak tahun 2009, baru bisa dilaksanakan tahun 2012 ini.
Kendala pertama dari proyek pengerukan sungai
adalah pembiayaan. Ketika Pemprov DKI Jakarta sudah mendapatkan persetujuan
dari Bank Dunia untuk pinjaman 150 juta dollar AS tahun 2008, proyek itu belum
bisa dilaksanakan. Alasannya, belum ada regulasi yang bisa menjadi payung
hukum.
”Ketika itu ketentuan yang ada semua pinjaman
luar negeri harus mendatangkan profit. Namun, pengerukan sungai tidak akan mendatangkan
profit. Akhirnya saya terangkan, pengerukan sungai akan membuat Jakarta tidak
banjir. Apabila tidak banjir, maka warga Jakarta bisa produktif dan akhirnya
mendorong pertumbuhan kota. Jadi yang didapat dari pinjaman itu bukan profit,
melainkan benefit,” ujar Fauzi.
Setelah ada kesamaan pengertian soal profit,
pembuatan regulasi juga membutuhkan waktu yang panjang. Regulasi yang ada baru
keluar 2010 dan mulai diimplementasi tahun 2011. Setelah itu baru dilakukan
lelang dan pembangunannya sendiri akan dimulai September 2012.
Proyek MRT
Hal yang sama juga terjadi pada proyek mass tapid transit (MRT). Proyek ini
sebenarnya sudah mulai disuarakan sejak lama. Namun, karena dana yang
dibutuhkan sangat besar, akhirnya proyek ini hanya sebatas wacana.
Ketika Fauzi Bowo resmi dilantik menjadi
Gubernur DKI Jakarta tahun 2007, dia pun mulai melakukan pendekatan ke negara
kreditor, Jepang melalui Japan
International Cooperation Agency (JICA). Institusi ini bersedia memberikan
pinjaman lunak Rp 15 triliun untuk jalur Lebak Bulus-Bundaran HI. Jumlah itu
akan bertambah lagi Rp 13 triliun untuk jalur Bundaran HI-Kota.
”Semua pinjaman ini bisa keluar karena ada trust. Ini yang sedang dibangun
sekarang. Salah satunya yang lima tahun lalu sudah saya gariskan, visi saya
adalah bagaimana menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Saya tidak
mengatakan sekarang sudah ideal, tetapi menurut kriteria dan tolak ukur key performance indicator-nya lebih baik
dari lima tahun lalu. Yang jelas, gubernur Jakarta tidak boleh memikirkan hanya
masa jabatannya. Dia juga harus memikirkan Jakarta di masa depan,” kata Fauzi.
Tata kelola pemerintahan yang baik tidak
gampang, ada 722 unit kerja di Jakarta. Aset yang harus diurus nilainya Rp 450
triliun dan APBD tahun lalu Rp 33 triliun. ”Semuanya di bawah gubernur dan
harus dijaga agar tetap sinkron. Hasilnya kami mendapatkan opini WTP dari BPK
tadi,” kata Fauzi.
Kendala di masa depan masih tetap besar dan
perlu penanganan yang baik. Menurut Fauzi, agar tetap ada pertumbuhan,
diperlukan investasi. Namun, investor baru mau berinvestasi asalkan ada iklim
kondusif berupa stabilitas politik dan stabilitas keamanan.
”Iklim ini harus dijaga terus, jangan ada
ribut-ribut di antara kelompok masyarakat. Sosialisasi mengenai program harus
terus dilakukan,” ujar dia.
Yang melakukan tugas ini tidak cukup
gubernur, tetapi juga wali kota, camat, dan lurah juga harus melakoninya.
Dengan semua komunitas, mereka harus bicara yang sama. Upaya ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap kondisi kotanya. Yang
penting sekecil apa pun, mereka bisa berpartisipasi bagi kepentingan kotanya.
Namun, Fauzi mengakui, di tengah masyarakat
Jakarta yang heterogen, pengelolaan kota sangatlah sulit. Hal ini karena belum
semua masyarakat memiliki persepsi yang konstruktif untuk kepentingan kotanya
sendiri. Contohnya masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan,
berperilaku negatif, mementingkan kepentingan kelompok sesaat dengan
berperilaku anarki, sampai kepada yang asal meletup.
”Saya tidak ingin membesar-besarkan. Tetapi
jika orang punya sense of belonging terhadap kota ini, akan lebih mudah kita
ajak berpartisipasi merawat atau menjaga kota ini. Meskipun kecil sekali
partisipasinya, tetapi jika seseorang mau ikut, maka akan sangat membantu
merawat dan membangun kota ini, dan itu sangat berarti sekali. Jadi bagaimana
kita membangun sense of belonging ini,” katanya.
Di tengah sulitnya membangun sense of belonging itu, Fauzi masih
melihat harapan. Ada kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan masyarakat di
komunitas yang sangat berarti bagi kota, misalnya pendirian bank sampah di
tingkat RW. Saat ini sudah ada ratusan bank sampah didirikan di tingkat RW yang
jumlahnya 2.700 RW.
”Itu pekerjaan rumah besar untuk menghadirkan
bank sampah, tetapi kita harus bisa mereplikasi yang baik ini menjadi
mayoritas. Mengharapkan semuanya menjadi ideal, saya kira itu terlalu
berlebihan juga,” tambahnya.
Yang penting, menurut Fauzi, pemerintah harus
bisa mengayomi sekaligus mengelola semua komunitas di masyarakat secara
terintegrasi.
”Saya selalu bedakan bahwa seorang gubernur
di Indonesia itu punya kewajiban yang komprehensif dibandingkan seorang menteri
sektoral. Gubernur harus mengeksekusi secara nyata. Gubernur tidak bisa hanya
berandai-andai, tidak hanya berwacana,” tegas Fauzi.
Besarnya tugas yang harus diemban seorang
gubernur, tidaklah membuat Fauzi terlihat kuyu atau kelelahan. Dia selalu
menjaga tubuhnya agar tetap bugar. Caranya dengan berolahraga lari di Monas.
”Saya lari 10 kilometer juga masih kuat,” katanya.
Selain itu, ia senang mengumpulkan lukisan
yang bercerita tentang pembangunan kota Jakarta. Semua lukisan itu disimpan di
rumah pribadi, rumah dinas, dan juga di kantor. Ada lukisan yang dipasang di
dinding, ada juga yang hanya diletakkan di lantai. ”Saya senang membeli lukisan
yang saya kenal pelukisnya dan bercerita tentang Jakarta,” ujar ayah tiga anak
ini. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar