Selasa, 26 Juni 2012

Krisis Euro dan Kepemimpinan Jerman


Krisis Euro dan Kepemimpinan Jerman
George Soros ;  Ketua Soros Fund Management dan Open Society Institute
Sumber :  KORAN TEMPO, 25 Juni 2012


Jelas sudah sekarang bahwa penyebab utama krisis euro adalah diserahkannya oleh negara-negara anggota hak mencetak uang mereka kepada Bank Sentral Eropa (ECB). Mereka tidak memahami akibat penyerahan hak mereka itu--dan tidak juga otoritas-otoritas di negara-negara Eropa itu.

Ketika euro diluncurkan, lembaga-lembaga regulator membiarkan bank membeli tanpa batas obligasi-obligasi pemerintah yang tanpa menyisihkan sedikit pun modal saham, dan ECB memberikan diskon yang sama rata kepada semua obligasi pemerintah zona euro Eropa. Bank-bank umum memanfaatkan obligasi negara-negara yang lemah untuk memetik beberapa basis point yang menyebabkan suku bunga menyatu di seantero zona euro. Jerman, yang ketika itu sedang berjuang memikul beban reunifikasi, berhasil melakukan reformasi struktural dan menjadi lebih kompetitif. Negara-negara lainnya menikmati booming perumahan dan konsumsi dengan kredit yang murah sehingga membuat mereka tidak kompetitif.

Kemudian terjadilah anjlok pada 2008. Pemerintah di banyak negara terpaksa menyelamatkan bank-bank mereka dengan bailout. Beberapa di antara mereka akhirnya jatuh ke dalam posisi negara berkembang menanggung beban utang yang berat dalam mata uang yang tidak bisa mereka kontrol. Eropa, yang mencerminkan divergensi dalam bidang ekonomi, terpecah belah menjadi negara kreditor dan debitor.

Ketika pasar keuangan menyadari bahwa obligasi pemerintah yang katanya tidak berisiko itu bakal membuat mereka gagal bayar, mereka menaikkan premium risiko dengan dramatis. Ini menyebabkan bank-bank umum berpotensi bangkrut. Neraca mereka sarat akan obligasi-obligasi, sehingga melahirkan krisis kembar perbankan dan utang negara di Eropa.

Zona euro sekarang melakukan hal yang sama sebagaimana sistem keuangan global menangani krisis pada 1982 dan lagi pada 1997. Dalam kedua krisis, lembaga-lembaga otoritas menimpakan beban kepada negara-negara periphery (pinggiran) untuk melindungi negara-negara center (pusat). Sekarang, tanpa disadari, Jerman memainkan peran yang sama.

Perinciannya berbeda, tapi idenya sama: negara-negara kreditor Eropa menggeser seluruh beban penyesuaian ke pundak negara-negara pinggiran, sementara negara-negara pusat melepaskan tanggung jawab atas terjadinya ketidakseimbangan ini. Istilah "pusat" dan "pinggiran” perlahan-lahan, nyaris tanpa disadari, sudah masuk dalam bahasa sehari-hari. Namun, dalam krisis euro ini, tanggung jawab negara-negara pusat bahkan lebih besar daripada yang terjadi pada 1982 dan 1997. Negara-negara pusat itu merancang suatu sistem keuangan yang cacat dan gagal mengoreksi cacat itu. Pada 1980-an, Amerika Latin kehilangan peluang satu dekade: nasib serupa menanti Eropa.

Pada awal krisis, ambruknya euro Eropa tidak terpikirkan: aset dan liabilitas yang didenominasi dalam mata uang bersama begitu terkait satu sama lain, sehingga ambruknya euro Eropa ini bakal membawa meltdown yang tidak terkontrol. Tapi, sementara krisis berlanjut, sistem keuangan sudah semakin tertata ulang mengikuti garis-garis batas nasional suatu negara. Kecenderungan ini semakin kuat pada bulan-bulan terakhir ini. Operasi pendanaan jangka panjang yang dilakukan EBC telah memungkinkan bank-bank di Spanyol dan Italia membeli obligasi negara mereka sendiri dan memperoleh spread yang besar. Pada waktu yang sama, bank-bank memilih melepaskan aset mereka di luar batas negara, sementara manajer risiko mencoba mencocokkan aset dan liabilitas di dalam negeri, bukan di dalam zona euro secara keseluruhan.

Jika semua ini berlanjut selama beberapa tahun ke depan, ambruknya euro bisa terjadi tanpa meltdown, tapi bakal menyisakan klaim-klaim yang besar oleh negara-negara kreditor terhadap negara-negara debitor, yang sulit ditagih. Di samping transfer dan garansi antarpemerintah, klaim-klaim yang diajukan Bundesbank terhadap bank-bank sentral negara-negara pinggiran dalam sistem clearing target sudah mencapai 644 miliar euro (US$ 804 miliar) pada 30 April, dan jumlah ini meningkat secara eksponen akibat terjadinya pelarian modal.

Jadi krisis terus memburuk. Ketegangan dalam pasar keuangan telah mencapai titik baru yang tinggi. Yang paling mencolok adalah bahwa Inggris, yang berhasil mempertahankan kontrol atas mata uangnya, menikmati yield paling rendah, sementara risiko premium obligasi Spanyol juga mencapai tingkat baru yang tinggi.

Ekonomi riil zona euro terus merosot, sementara Jerman booming. Ini berarti bahwa divergensi makin lebar. Dinamika politik dan sosial juga bergerak menuju disintegrasi. Opini publik yang dinyatakan dalam hasil pemilihan umum baru-baru ini semakin menentang penghematan, dan kecenderungan ini mungkin berlanjut sampai kebijakan itu dihentikan. Ada yang harus berkorban.

Menurut penilaian saya, lembaga-lembaga otoritas punya peluang tiga bulan untuk mengoreksi kesalahan dan menghentikan kecenderungan yang terjadi saat ini. Ini memerlukan beberapa langkah kebijakan yang luar biasa, untuk mengembalikan kondisi lebih dekat ke titik normal, dan langkah-langkah ini harus sesuai dengan traktat-traktat yang ada sekarang, yang kemudian bisa direvisi dalam suasana yang lebih tenang guna mencegah terulangnya ketidakseimbangan.

Sulit, tapi bukan tidak mungkin, mengidentifikasi beberapa langkah luar biasa yang bakal memenuhi persyaratan-persyaratan yang keras ini. Ia harus serempak menangani masalah-masalah perbankan dan utang pemerintah tanpa meninggalkan upaya mengurangi divergensi dalam persaingan.

Zona euro perlu uni perbankan; suatu skema deposit-asuransi Eropa guna membendung pelarian modal, suatu sumber pendanaan rekapitalisasi bank di Eropa, serta supervisi dan regulasi seantero zona euro. Negara-negara yang memikul beban utang yang berat perlu keringanan dari biaya pendanaan mereka. Ada beberapa cara memberikan keringanan ini, tapi semuanya membutuhkan dukungan aktif Jerman.

Di sinilah letak rintangannya. Pejabat-pejabat pemerintah Jerman telah berusaha keras menyusun serangkaian usulan yang akan disampaikan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa akhir Juni ini. Tapi tanda-tanda semua menunjukkan bahwa mereka cuma akan menawarkan usulan yang minimum yang bisa disepakati berbagai pihak--sekali lagi berarti cuma keringanan sementara.

Tapi kita berada pada titik infleksi. Krisis yang menimpa Yunani bisa jadi mencapai klimaksnya musim gugur ini, walaupun pemilihan umum menghasilkan pemerintah yang bersedia mematuhi kesepakatan pemerintah yang sekarang ini dengan negara-negara kreditornya. Tapi, ketika tiba saatnya, ekonomi Jerman juga bakal melemah, sehingga Kanselir Angela Merkel akan mengalami kesulitan yang lebih besar daripada sekarang, untuk membujuk publik Jerman menerima agar bersedia memikul tanggung jawab yang lebih besar.

Kecuali terjadinya kecelakaan, seperti bangkrutnya Lehman Brothers, Jerman mungkin akan melakukan sesuatu yang cukup untuk mempertahankan euro, tapi Uni Eropa akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda dengan masyarakat terbuka yang pernah dengan gairah dibayangkan rakyatnya.

Perbedaan antara negara debitor dan negara kreditor bakal langgeng dengan Jerman, yang mendominasi, dan negara-negara pinggiran yang tertekan. Ini pasti membangkitkan kecurigaan mengenai peran Jerman di Eropa--tapi tidak pantas membandingkan Jerman masa ini dengan Jerman masa lalu. Situasi yang terjadi saat ini bukan karena rencana yang disengaja, tapi justru tidak adanya suatu rencana yang demikian. Ia merupakan tragedi salahnya kebijakan. Jerman merupakan demokrasi yang berjalan dengan baik dengan sebagian besar rakyatnya mendukung suatu masyarakat yang terbuka. Ketika rakyat menyadari konsekuensinya--kita berharap tidak terlambat--mereka ingin mengoreksi cacat rancang bangun euro itu.

Jelas apa yang diperlukan: suatu otoritas fiskal Eropa yang mampu dan bersedia mengurangi beban negara-negara pinggiran, serta suatu uni perbankan. Keringanan utang bisa mengambil berbagai bentuk selain dari Eurobond, dan disyaratkan pada keputusan negara-negara debitor pada kesatuan fiskal. Menarik semua atau sebagian keringanan bila tidak dipatuhinya kesepakatan merupakan proteksi yang kuat terhadap moral hazard. Terserah kepada Jerman untuk memenuhi tanggung jawab kepemimpinan yang dilimpahkan ke atas pundaknya karena keberhasilannya sendiri. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar