Dulu
Sembunyi Sekarang Muncul
M
Clara Wresti dan Imam Prihadiyoko ; Wartawan KOMPAS
Sumber :
KOMPAS, 25 Juni 2012
Sosok Nachrowi Ramli (61) tidak banyak
dikenal masyarakat. Kariernya di TNI AD Bidang Sandi Negara membuat Nachrowi
jarang bersentuhan dengan masyarakat. Untuk itu, ketika Nachrowi dipasangkan
dengan Fauzi Bowo untuk maju menjadi kepala daerah DKI Jakarta, banyak warga
masyarakat yang tidak mengenal beliau.
Ayah empat putri ini sebenarnya tipe orang
yang sangat ramah dan akrab. Setiap kali bicara, dari bibirnya selalu muncul
senyuman. Dia pun menyebut dirinya sebagai Abang kepada lawan bicara. Nachrowi
sangat akrab juga dengan teman-temannya. Dia bahkan termasuk orang yang gemar
menghadiri reuni dengan teman-teman SMP dan SMA.
Namun, begitu bicara masalah sandi, mulutnya
langsung terkunci. Tidak ada yang bisa digali darinya mengenai sandi. ”Sejak
pertama kali terjun ke Sandi Negara hingga kini, istri saya saja tidak pernah
masuk ke kamar sandi,” kata Ramli di rumah salah seorang anaknya di bilangan
Condet, Jakarta Timur.
Kepala Lembaga Sandi Negara periode 2002-2008
ini memang lebih banyak berkiprah di balik layar. Ketika dia menjadi atase di
Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Mesir, dia pun disamarkan sebagai atase
administrasi. Padahal, waktu itu Nachrowi sudah menjadi perwira Sandi Negara.
Namun, selama enam tahun tinggal di Mesir, Nachrowi akrab dengan para mahasiswa
Indonesia di sana. Rumahnya selalu terbuka lebar bagi semua mahasiswa yang
rindu masakan Indonesia.
”Mereka mencari sambal. Di rumah saya selalu
ada sambal soalnya itu makanan favorit saya. Makanya, setiap kali saya ke
Jeddah, saya pasti belanja cabai, petai, biar bisa masak masakan Indonesia,”
tutur Nachrowi.
Nachrowi, putra Betawi asli, sejak kecil
tinggal di Gang Masjid, Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Ayahnya, H Ramli bin
Miun, adalah seorang Laskar Rakyat yang kemudian bekerja di Percetakan Negara.
Namun, setelah itu H Ramli keluar dari Percetakan Negara dan membuka usaha
percetakan sendiri. Sejak itu, Nachrowi sering diminta membantu ayahnya menjual
buku kuitansi dan bon hasil percetakan ke kawasan Senen dan Jatinegara. Selain
itu, Nachrowi juga sering diminta untuk mengambil beras jatah ayahnya sebagai
mantan Laskar Rakyat.
Saat Nachrowi duduk di kelas II SMP, ayahnya
wafat, dan sebagai sulung dari lima bersaudara, Nachrowi harus ikut membantu
mencari nafkah keluarga. Dia pun belajar menjadi penyalur kebutuhan pokok,
seperti telur dan minyak goreng. Tidak heran, hingga saat ini Nachrowi bisa
membedakan telur yang bagus dan jelek hanya dengan memegangnya.
”Kalau telur dingin, itu pasti busuk,” ungkap
dia sedikit membuka rahasia.
Keberhasilan Nachrowi membuka warung
kebutuhan pokok itu ternyata tidak membuatnya tertarik untuk meneruskan. Dia
lebih tertarik untuk menjadi tentara karena melihat para veteran Laskar Rakyat.
”Setiap kali saya antre ambil beras, saya bertemu mereka. Saya melihat mereka
sangat bangga dengan brevet dan lencana yang mereka dapatkan,” kenang Nachrowi.
Kenangan akan kebanggaan itu yang mendorong
Nachrowi mendaftar ke Akabri tahun 1969. Dia pun lulus tahun 1973 dan satu
angkatan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah itu, berdasarkan
hasil psikotes, Nachrowi melanjutkan kursus dasar kecabangan teknik elektro di
Pusat Pendidikan Perhubungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat. Di sana, untuk
pertama kali ia belajar ilmu sandi. Nilainya untuk mata pelajaran itu sempurna,
yakni seratus.
Penugasan pertama Nachrowi adalah sebagai
perwira sandi di Badan Pelaksana Sandi (Balak Sandi) Mabes TNI AD di Jakarta.
Karena nilainya bagus ketika mengikuti kursus perwira sandi di Sekolah
Intelijen Strategis, ia ditunjuk mengikuti pendidikan di Akademi Sandi Negara
tahun 1978. Ia merupakan satu-satunya tentara di antara 20 siswa angkatan
keempat di akademi yang menerapkan sistem gugur per semester itu. Peserta
lainnya dari kejaksaan dan lulusan SMA. Waktu itu, ia belum genap seminggu
menjadi pengantin baru, menikahi gadis Alfina Evi Maria, yang dipacarinya
selama lima tahun.
Nachrowi menyelesaikan pendidikan dalam waktu
dua tahun dan lulus sebagai salah satu siswa terbaik sehingga berhak menyandang
gelar Ahli Sandi Tingkat III—gelar yang langka waktu itu dan tingkat
profesional ahli tertinggi di Republik Indonesia. Makin mantaplah ia berkarier
sebagai perwira sandi, sebuah dunia yang punya aturan main sendiri, yakni
berani tidak dikenal.
Kini, dengan mencalonkan diri sebagai wakil
gubernur, Nachrowi tidak boleh lagi bersembunyi di balik layar. Dia harus
tampil, berbagi tugas dengan Fauzi Bowo agar impiannya akan Jakarta bisa
terwujud.
”Saya ingin membawa Jakarta lebih maju, lebih
nyaman, dan lebih sejahtera dibandingkan dengan yang lalu. Untuk mewujudkannya,
Jakarta butuh pemimpin yang kuat yang bisa mengayomi semua suku, agama,
kelompok yang ada di Jakarta,” kata Nachrowi.
Pepatah Think Globally Act Locally, menurut
dia, sangat cocok bagi siapa saja yang ingin memajukan wilayahnya. Namun,
seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu dan tepat menentukan prioritas. ”Ada
banyak persoalan yang harus dibenahi di Jakarta. Kita semua mau bekerja
membenahinya. Namun, kita harus tahu, yang mana dulu yang harus dibenahi,”
ujarnya.
Untuk bisa menentukan prioritas pembenahan
itu, Nachrowi menyatakan akan menjalin komunikasi timbal balik yang baik dengan
Fauzi Bowo. Dia tidak mau peristiwa pecah kongsi antara Fauzi Bowo dan Prijanto
terulang pada dirinya.
”Komunikasi yang baik adalah kuncinya. Harus
ada pembagian tugas yang jelas. Namun, kalau tanggung jawab tidak boleh dibagi.
Itu milik gubernur,” kata Nachrowi.
Bagi Nachrowi, sosok Fauzi bukanlah sosok
yang asing. Mereka sudah sering bertemu dan berkomunikasi baik dalam fungsi
Gubernur DKI Jakarta dan Kepala Lembaga Sandi Negara maupun di forum-forum
masyarakat, seperti Badan Musyawarah Betawi, Forum Komunikasi Anak Betawi, Partai
Demokrat, dan di forum-forum lainnya. Menurut Ketua DPD Partai Demokrat DKI
Jakarta ini, hubungannya dengan Fauzi selama ini terjalin sangat baik.
Wawancara yang berlangsung sekitar satu jam
terasa begitu cepat. Dengan sambutan yang ramah, hangat tetapi tegas, wawancara
berjalan sangat lancar dan efektif. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar