Membuka
Akses terhadap Inovasi bagi Wirausaha
Joseph
Henricus Gunawan ; Pengamat
Sosial Ekonomi,
Alumnus University of Southern Queensland (USQ), Australia
Sumber :
SINAR HARAPAN, 28 Juni 2012
Berbagai pertemuan puncak para pemimpin dunia belakangan ini
banyak membahas bagaimana mengatasi lambannya pemulihan ekonomi AS maupun
krisis utang dan perbankan di zona euro yang melanda Yunani, Spanyol, Italia
sehingga berpotensi mengarah pada krisis ekonomi global.
Dikhawatirkan rembesannya menjalar ke Indonesia, meskipun
dampak ke sektor riil terbatas. Bahkan, Menteri Keuangan Jerman Wolfgang
Schaeuble mengatakan, krisis utang zona euro baru akan mereda dalam kurun waktu
12-24 bulan ke depan.
Tren pengangguran di kawasan Eropa melaju melampaui ekspektasi seiring dengan krisis utang yang berlangsung di kawasan tersebut di mana sejak 2010 demam pengangguran menjangkiti sebagian besar negara Eropa.
Badan Statistik Uni Eropa (Eurostat) merilis data terbaru
bahwa ekonomi Eropa anjlok drastis dengan tingkat pengangguran membengkak
mencapai rekor tertinggi 10,8 persen, dan merupakan level tertinggi sejak
lahirnya mata uang tunggal Uni Eropa pada 1999.
Bank Sentral Eropa mengucurkan US$ 300 miliar paket dana talangan penyelamatan untuk Irlandia, Portugal, Yunani, dan Spanyol untuk membendung krisis keuangan utang negara selama tiga tahun terakhir, bahkan tingkat pengangguran tetap naik selama delapan bulan berturut-turut.
Spanyol memegang peringkat tertinggi pengangguran di zona euro sebesar 23,6 persen dan 50,5 persen untuk usia <25 tahun, Yunani 21,7 persen, Portugal 15 persen, Irlandia 14,7 persen, Jerman 5,7 persen, Austria 4,2 persen.
Bandingkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) per
Februari 2011, tingkat pengangguran terbuka Indonesia masih mencapai 8,12 juta
orang dan per Agustus 2011 sebesar 7,7 juta orang, walaupun data terbaru per
Februari 2012 melaporkan tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 7,61 juta
orang.
Memperkuat Wirausaha
Memperkuat Wirausaha
Untuk mengantisipasi dan menghadapi ketidakpastian ekonomi global, kewirausahaan yang berinovasi perlu lebih digalakkan dan diberdayakan secara integral berkaitan dengan kebutuhan rakyat.
Dengan langkah itu berarti harus ada keterpaduan langkah
untuk melindungi serta memberikan ruang, kesempatan, dan membuka akses dalam
bidang ekonomi (modal), pendidikan untuk tumbuh, berkembang, bermobilitas
vertikal, dan berproduktivitas yang tinggi menjadi kuat, dan berdaya saing.
Itu semua demi mencegah agar masyarakat tidak terjebak dalam
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) berkepanjangan, yang
berujung pada peningkatan kesejahteraan.
Sejauh ini, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,3 persen, sedangkan Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan 6,1-6,2 persen.
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Januari-Maret
2012 mencapai 6,3 persen. Sektor transportasi dan komunikasi dengan laju
pertumbuhan tertinggi mencapai 10,3 persen kemudian pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan (3,9 persen), pertambangan dan penggalian (2,9 persen).
Namun, tampaknya target dan optimisme pemerintah bahwa
ekonomi Indonesia pada 2012 diyakini tumbuh mencapai 6,5 persen bakal sulit
terealisasi karena harga pangan dunia yang cenderung naik dan ketidakpastian
kondisi ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi berkualitas berarti harus memperkuat ekonomi domestik dan sektor primer yang berkaitan langsung dengan rakyat serta berdampak pada kesejahteraan rakyat.
Hal itu demi meminimalkan kemiskinan dan pengangguran.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia seyogianya tak lagi bertumpu pada eksploitasi
yang berbasis pada sektor sumber daya alam (SDA). Oleh karena itu, kemajuan
ekonomi harus lebih bertumpu pada investasi tinggi untuk peningkatan bidang
research and development (R&D) atau inovasi untuk mendongkrak nilai tambah.
Ke depan, mewujudkan inovasi yang membuat akses pemasaran dan distribusi ke pasar yang potensial, penguasaan dan adopsi teknologi baru untuk inovasi, inovasi produk secara keseluruhan dengan gagasan bersifat kreasi baru yang memperbarui, memperkenalkan, mengembangkan strategi, menghasilkan, menampilkan, dan menciptakan ide kreatif suatu produk baru serta mendesain program untuk produk baru, semuanya merupakan kunci daya saing wirausaha.
“Incremental Innovation”
Tony Davila, Marc J Epstein, dan Robert Shelton memperkenalkan teknik incremental innovation, yakni teknik pengendalian kualitas yang nantinya menjadikan wirausaha sejati mampu meningkatkan kualitas, menganalisis keuangan, meneliti pasar untuk mengetahui kebutuhan calon pelanggan, dan menguasai manajemen rantai suplai, dengan tujuan akhir nilai tambah.
Tepatlah seperti yang diungkapkan Peter Ferdinand Drucker (1909-2005), sang ahli strategi dan penemu ilmu manajemen bahwa tanpa memahami misi, tujuan, dan strategi ke depan. Visi dan fokus dibutuhkan pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya untuk menetapkan prioritas.
Dalam hal inovasi, teknologi, dan persaingan global, Michael Eugene Porter, profesor administrasi bisnis di Harvard Business School punya pandangan yang menarik bahwa teknologi dengan inovasi sangat krusial bagi persaingan tidak diputuskan oleh kadar keilmiahannya ataupun penampilannya dalam produk fisik.
Nantinya, setiap jenis teknologi yang diimplementasikan
wirausaha bisa berdampak signifikan pada persaingan. Menurut ahli bidang
strategi bersaing dan daya saing internasional ini, teknologi penting bagi
persaingan apabila berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan bersaing (competitive advantage) wirausaha atau
terhadap struktur industri.
Porter menambahkan setiap kegiatan nilai yang
diimplementasikan wirausaha merupakan suatu perwujudan teknologi, dan perubahan
teknologi bisa memengaruhi persaingan lewat dampaknya terhadap setiap kegiatan.
Porter berkeyakinan setiap kegiatan nilai mempergunakan teknologi jenis
tertentu serta inovasi untuk mengombinasikan input yang telah dibeli dan SDM
guna memproduksi keluaran tertentu.
Tanpa inovasi dalam upaya mewujudkan ide kreatif menjadi realitas, pengeluaran dana yang dipakai akan sia-sia dan hanya akan terbuang tanpa manfaat.
Oleh karena itu, wirausaha perlu diberi akses yang murah
untuk memakai berbagai hasil inovasi lembaga-lembaga penelitian yang dibiayai
anggaran negara, agar produk yang dihasilkan berkualitas, punya nilai
tambah, dan ke depan niscaya mereka akan lebih agresif memacu daya saing.
Kalau itu dapat diwujudkan, pastilah pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan lebih berkualitas, berkelanjutan dan dinikmati rakyat secara
langsung. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar