Perbedaan
Allah, Rabb, dan Ilah
Nasaruddin Umar ; Imam Besar Masjid Istiqlal
|
REPUBLIKA,
15 Februari
2018
Ayat
kedua surah al-Fatihah menegaskan: Alhamdulillah Rabb al- A'alamin (Segala
puji bagi Allah Tuhan segenap alam). Allah SWT tidak mengatakan Alhamdulli
Rabb al-'alamin (segala puji bagi Tuhan segenap alam).
Dalam
artikel terdahulu sudah dijelaskan secara umum tentang Allah sebagai nama
bagi Zat Yang Maha Agung (lafdh al-jalalah), tidak boleh ada sesuatu apa pun
berhak menggunakan nama itu selain diri-Nya. Kata ini mutlak hanya nama-Nya
Dia Yang Maha Tunggal (Ahadiyyah). Karena itu, kata Allah satu-satunya nama
Tuhan yang tidak memiliki bentuk jamak.
Berbeda
dengan kata Rabb yang mempunyai bentuk jamak (arbab) dan kata Ilah yang juga
memiliki bentuk jamak (alihah). Kata Allah yang tergabung dari huruf alif,
lam, lam, ha memiliki keunikan yang tidak terjadi pada nama-nama lain-Nya.
Jika dibuang huruf alif masih tetap terbaca "lillah" berarti
"untuk Allah". Jika dibuang satu huruf lam maka masih tetap terbaca
"lahu" berarti "untuk-Nya". Jika dibuang semua huruf lam
maka masih tetap dapat dibaca "Hu" kata ganti (dhamir) dari Allah
berarti "Dia".
Nama
ini sulit dilacak akar katanya dari mana. Ada yang mengatakan, dari bahasa
Hebrew (Ibrani), "El" kemudian membentuk kata "Eloh"
berarti Tuhan. Ada yang mengatakan dari bahasa Arab sendiri, seakar kata yang
membentuk kata Ilah, yakni aliha-ya'lahu berarti menyembah, mengabdi, kemudian
Ilah berarti Tuhan. Allah nama dari diri-Nya sebagai Ahadiyyah, sebagai
entitas utama dan pertama (al-ta'ayyun alawwal).
Sedangkan
kata Rab nama dari diri-Nya sebagai entitas kedua (al-ta'ayyun al-tsani).
Nama Rabb selevel dengan al-Asma al-Husna. Meskipun dikatakan entitas kedua,
tetapi masih tetap keberadaan-Nya (al-hadharat al-Ilahi), karena itu disebut
entitas permanen (al-a'yran al-tsabitah). Entitas ini tidak termasuk kategori
dalam dalam arti entitas-entitas selain Allah (kullu ma siwa Allah).
Entitas-entitas
berikutnya, yaitu entitas ketiga (al-ta'ayyun altsalits) dan seterusnya
itulah yang disebut alam. Meskipun alam bukan diri-Nya, tetapi merupakan
manifestasi lanjutan (tajalli) dari diri-Nya.
Kata
Rabb adalah nama Tuhan dalam level Wahidiyyah. Lafaz Rabb tidak termasuk
dalam al- Asma al-Husna, tetapi mungkin bisa disebut sebagai cover dari
totalitas nama-nama-Nya yang tergabung di dalam al-Asma' al-Husna. Kata Rabb
juga digunakan sebagai nama terhadap Tuhan lain selain Allah SWT. Rab juga mempunyai
bentuk jamak, yaitu arbab (Tuhan-tuhan). Berbeda dengan kata Allah tidak
memiliki bentuk mufrad, apa lagi jamak.
Penggunaan
kata Rabb banyak digunakan di dalam Alquran, khususnya ayat-ayat Makkiyah.
Ayat-ayat yang turun di Madinah lebih banyak menggunakan nama eksplisit Allah
SWT.
Ayat-ayat
pendek yang tergabung di dalam juz 'Amma pada umumnya menggunakan kata
"Rabb". Ayat yang paling pertama Allah turunkan ialah Iqra' biismi
Rabbik (bacalah dengan nama Tuhanmu), bukannya menggunakan Iqra' biism Allah
(Bacalah dengan nama Allah).
Hal
ini bisa dipahami karena kata Allah belum begitu familiar dalam masyarakat
Arab saat itu. Yang lebih popular ialah Rabb. Contoh kasus terjadi ketika
Perjanjian Hudaibiyah, sebagaimana diungkapkan dalam hadis Bukhari, yang
menceritakan pimpinan delegasi kaum kafir Quraisy, menolak kalimat pembuka
perjanjian: Bismillah al-Rahman al-Rahim, lalu mengusulkan gantinya: Bismik
Allahumma.
Kata
"Allahumma" biasa disinonimkan dengan "Ya Rabb". Nabi
pada akhirnya menerima usulan tersebut. Seolah-olah nabi tidak mempersoalkan
kata Allah dan Rabb. ●
|
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Sgp
BalasHapus