Soal
Corong
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA POS , 09 Juni 2015
MUNGKIN ada yang
mengira saya akan minta Jawa Pos Group untuk menjadi corong saya dalam
menghadapi perkara gardu induk PLN di mana saya sudah ditetapkan menjadi tersangka.
Mohon doa restu, agar
saya tidak begitu.
Pertama, saya sudah
lama bukan lagi pimpinan Jawa Pos Group. Sejak saya sakit delapan tahun lalu.
Memang saya memiliki saham di situ, tapi dalam perusahaan modern pemegang
saham dan manajemen harus terpisah.
Kedua, Jawa Pos Group
biarlah menjadi corong bagi siapa saja. Jangan menjadi corong saya. Kami
belajar dari pengalaman masa lalu yang ternyata hal seperti itu kurang baik.
Mungkin tidak akan berjalan ideal, tapi kami menyadari bahwa kini masyarakat sudah
sangat cerdas dan sangat kritis. Masyarakat selalu menilai media itu seperti
apa.?Ketiga, toh sudah ada internet. Opini-opini pribadi,
kepentingan-kepentingan pribadi, aspirasi pribadi bisa disalurkan melalui
media on-line. Tanpa harus mengganggu media publik yang seharusnya menjadi
milik publik.
Sudah banyak tokoh
yang memilih dan melakukan cara ini. Terutama bagi para tokoh yang merasa
aspirasinya tidak tertampung di media publik.
***
Saya akan menjadi
beban bagi Jawa Pos Group kalau saya tidak berubah. Maka untuk “corong
pribadi" itu saya meluncurkan ini: gardudahlan.com.
Saya akan selalu
menyalurkan keterangan saya melalui gardudahlan itu. Saya tidak akan
memberikan wawancara pers. Termasuk tidak akan memberikan wawancara kepada
Jawa Pos Group. Saya tidak ingin banyak pihak salah paham karena keterangan
saya yang kurang pas. Tapi saya tidak akan melarang media untuk mengutip
keterangan saya di gardudahlan itu.
Saya tidak punya juru
bicara. Kelihatannya gardudahlan yang akan jadi juru bicara saya.
?Khusus untuk status
tersangka saya ini, saya belum menunjuk pengacara. Saya memang banyak dibantu
Bapak Peter Talaway SH, termasuk saat saya masih berada di Amerika Serikat
selama tiga bulan lalu. Pengacara Surabaya itu sudah lama membantu saya di
beberapa persoalan. Saya berterima kasih kepada beliau.
***
Saya tidak akan
menggunakan gardudahlan untuk menyerang, memaki, memfitnah dan memojokkan
siapa pun. Saya hanya akan menggunakannya untuk menjelaskan duduk persoalan.
Tentu subyektif, hanya dari sudut saya.
Mungkin, juga tidak
tiap hari saya meluncurkan penjelasan. Tapi saya usahakan agak sering. Dengan
cara memotong-motong penjelasan. Rumitnya persoalan biasanya hanya bisa
dijelaskan melalui cerita yang panjang. Tapi saya usahakan pendek-pendek. Hanya
mungkin perlu beberapa edisi.
***
Saya sebenarnya lebih
senang kalau gardudahlan itu bersifat interaktif. Tapi dari pengalaman saya
di twitter, banyak sekali serangan yang tidak mungkin bisa saya klarifikasi.
Mengapa? Karena
serangan itu dilakukan oleh mesin.
Dalam hal itu saya
bukan menghadapi manusia. Saya mencoba beberapa kali memberikan penjelasan,
tapi siasia. Baru belakangan saya tahu, dan saya tertawa-tawa, bahwa ternyata
saya itu memberikan penjelasan kepada mesin. Sia-sia.
Di dunia twitter itu
ternyata kita bisa menyerang seseorang dengan cara meminta mesin untuk
melakukannya. Tinggal order saja: serangan itu mau dilakukan berapa kali
sehari dan untuk berapa hari atau berapa bulan. Topiknya sama. Kalimatnya
sama. Isinya sama.
***
Jangan berharap saya
gegap-gempita di gardudahlan
ini. Biasa saja. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar