Zona
Nyaman Minus Karya
Satryo
Soemantri Brodjonegoro ; Wakil Ketua
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
|
KOMPAS,
21 Februari 2014
Pemberitaan mengenai kisruhnya
impor beras akhir-akhir ini menunjukkan betapa tinggi ketergantungan negara
kita terhadap barang impor.
Hampir semua kebutuhan pokok
masyarakat saat ini harus diimpor dengan alasan persediaan dalam negeri tidak
mencukupi. Pemerintah selalu berusaha mencukupi kebutuhan pokok rakyatnya
dengan selalu menyediakan cadangan bahan pokok dan hampir selalu impor.
Dengan impor, harga akan
dikendalikan oleh pengekspor. Apabila proses tender dilakukan dengan cermat,
kita akan memperoleh harga yang terbaik untuk kualitas yang diinginkan.
Ditinjau dari segi harga bahan pokok dan ketersediaan cadangan, kegiatan
impor dapat dipahami, khususnya dalam keadaan darurat.
Ketergantungan impor
Apakah selamanya kita akan impor?
Sampai kapan kita impor? Bagi negara-negara yang miskin sumber daya alam
seperti Jepang dan Korea, mereka akan selalu mengimpor bahan baku dari negara
yang kaya sumber daya alam kemudian digunakan untuk menjalankan roda
kehidupan masyarakatnya.
Mereka harus bekerja keras agar
mampu menghasilkan sesuatu yang dapat diekspor sehingga memperoleh devisa
untuk membayar barang impornya. Mereka sangat produktif dan mampu
menghasilkan nilai tambah dari apa yang mereka impor. Mereka juga akan sangat
bergantung pada impor bahan baku dan sebenarnya dalam kehidupan di dunia ini
semua negara akan saling bergantung satu sama lain, interdependensi.
Negara kita yang dikaruniai
kekayaan sumber daya alam yang luar biasa seharusnya mampu mandiri dan
berdaulat dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Kita tidak perlu
mengimpor bahan pokok karena memilikinya meski ada yang mengatakan bahwa
persediaan kita tidak mencukupi untuk rakyat yang jumlahnya sangat banyak.
Seharusnya kita mampu mencukupi
kebutuhan rakyat tanpa harus impor asalkan ada perubahan paradigma
pembangunan dari ketergantungan menjadi pemberdayaan. Jika rakyat
diberdayakan untuk mampu mengolah sumber daya alam di sekitarnya sehingga
mempunyai nilai tambah yang tinggi, rakyat akan mampu menghidupi dirinya.
Rakyat akan mandiri. Dengan demikian, tidak perlu ada impor bahan pokok.
Pemberdayaan dan nilai tambah
Pemberdayaan rakyat seharusnya
menjadi tanggung jawab pemerintah. Pola pemerintahan modern saat ini adalah
pemberdayaan rakyat bukan lagi pengaturan rakyat seperti pada masa lalu.
Pemerintah seyogianya mendorong rakyat berkarya agar berdaya dan tidak justru
meninabobokan sehingga tidak pernah berdaya. Ibarat orangtua yang selalu
memanjakan anaknya, maka anaknya menjadi tidak mandiri dan tidak sintas dalam
hidupnya. Rakyat kita selama ini sudah dimanjakan dengan kekayaan alam yang
luar biasa dan sebenarnya sudah berada dalam zona nyaman. Mereka sangat yakin
akan selalu hidup nyaman.
Namun, kita harus ingat bahwa
kekayaan alam tersebut tidak tak terbatas, bahkan diperebutkan oleh banyak
negara yang miskin sumber alam. Selain itu, penduduk bertambah terus
jumlahnya yang memerlukan dukungan sumber alam.
Jika kita belajar dari negara-
negara maju yang notabene miskin sumber daya alam, kata kuncinya adalah
kemampuan kita berkarya secara produktif untuk meningkatkan nilai tambah. Apa
yang kita miliki saat ini hendaknya dapat ditingkatkan nilai tambahnya
sehingga Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi dalam persaingan global.
Untuk mencapai kemampuan bersaing
diperlukan sumber daya manusia yang mampu berkarya, berbuat sesuatu yang riil
yang berdampak, produktif menghasilkan hal yang bermanfaat bagi kemaslahatan
rakyat, serta mempunyai keterampilan dan keahlian yang memadai untuk berkarya
nyata.
Negara maju seperti Amerika
Serikat masih menganggap dirinya kurang kompetitif karena lemahnya industri
manufaktur. Oleh karena itu, pemerintahan Barack Obama mendorong pertumbuhan
industri manufaktur karena industri tersebut memberikan nilai tambah yang
tinggi.
Di samping itu, untuk mendukung
industri manufaktur tersebut, pemerintah Barack Obama mendorong penguatan
STEM (science technology engineering mathematics) di sekolah menengah agar
generasi muda Amerika Serikat mampu bersaing secara global. Industri
manufaktur juga menjadi primadona ekspor bagi Jerman, bahkan mampu mengatasi
krisis ekonomi 2008 yang lalu. Pemerintah Jerman memberikan prioritas
terhadap industri manufaktur untuk menguasai pasar ekspor dunia, didukung
oleh pendidikan sains dan keteknikan yang andal.
Seperti halnya banyak negara maju,
Indonesia seharusnya mempunyai industri manufaktur yang tangguh sehingga
disegani kalangan internasional. Di samping itu, j Indonesia akan menjadi
mandiri dan berdaulat dalam berbagai aspek, seperti pangan, energi, dan lingkungan.
Untuk mempunyai industri
manufaktur yang kuat, diperlukan kebijakan afirmatif dari pemerintah dalam
hal investasi dan diperlukan sumber daya manusia yang andal dalam bidang
sains dan keteknikan. Animo generasi muda mempelajari sains dan keteknikan
sangat rendah, bahkan murid-murid di sekolah cenderung menghindari mata
pelajaran sains karena dianggap sukar dan mereka tidak melihat manfaatnya
secara langsung.
Banyak di antara mereka yang lebih
memilih bidang yang cepat mendatangkan uang dengan cara yang mudah dan
menyenangkan. Zona nyaman minus karya ini ternyata masih melekat secara
kultural dalam diri masyarakat pada umumnya, dan hal ini harus dapat diubah
jika Indonesia akan maju mandiri. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar