2012:
Tahun Kebangkitan Indonesia
Sasongko Tedjo, JURNALIS SUARA MERDEKA
Sumber
: SUARA
MERDEKA, 21
Desember 2011
”Dunia saja sudah mengakui keberhasilan
kita, mengapa kita masih saling tuding kesalahan, tidak percaya diri, dan tak
mendukung pemerintah”.
OPTIMISME
masih layak diterbarkan memasuki 2012. Walaupun menteri-menteri masih tidur dan
kabinet SBY belum banyak membuat gebrakan, ekonomi tetap jalan. Kendati
kegaduhan politik sudah memunculkan wacana capres yang terlalu dini dan korupsi
merajalela sampai ke mana-mana, pasar Indonesia, dengan 230 juta penduduknya,
tetaplah besar. Inilah modal utama kita: domestic market.
Di
tingkat global, perlambatan gerakan ekonomi sedang berjalan. Eropa masih
dipusingkan oleh kemerosotan euro yang nyaris tak tertolong. Negara-negara kaya
itu ternyata juga terlilit persoalan utang karena ketidakberimbangan
anggarannya. Akibatnya ekonominya pun jatuh dengan pertumbuhan yang sangat
minimal, untuk tidak mengatakan zero growth.
Karena
solusi tak kunjung didapat, Moody’s akan menurunkan peringkat semua negara
Eropa terkait dengan utang. Tak dapat dicegah, krisis Eropa merembet ke urusan
politik sehingga akan membuat makin runyam dan panjang. Sudah lama
negara-negara itu terkena sebuah penyakit baru, yakni ketidaksinkronan antara
kebijakan politik dan ekonomi. Maka episentrum krisis global saat ini bergeser
dari Amerika Serikat ke Eropa.
Di
Amerika Serikat, walaupun kondisinya tidak separah Eropa, imbas krisis keuangan
2008 juga belum sepenuhnya pulih. Kepercayaan investor harus dibangun lagi
sejak awal, sementara perekonomian domestiknya sudah lama menderita penyakit
defisit anggaran yang besar. Lagi-lagi utang yang menjadi beban perekonomian sehingga
kalau pun sudah positif pertumbuhannya sangat rendah.
Maka
harapan satu-satunya adalah Asia. Banyak analis ekonomi yang menyebutkan
sekaranglah saatnya kebangkitan Asia. Tahun 2012 bahkan disebutnya sebagai
Tahun Asia. Tetapi saya lebih spesifik dan tegas lagi dengan menyebutkan 2012
adalah Tahun Indonesia. Karena justru negara-negara di Asia, terutama Asia
Timur, masih tampil dengan performa yang bagus. China tetap memimpin dengan
angka pertumbuhan yang tidak pernah kurang dari 8 persen. Jepang memang sedikit
melamban karena beban finansial dan interaksinya yang kuat dengan pasar uang
internasional, namun yang lain rata-rata tidak bermasalah.
Indonesia
yang tahun ini diperkirakan bisa tumbuh 6 persen, tahun depan menurut asumsi
APBN 2012 pertumbuhan mencapai 6,7 persen. Katakanlah itu terlalu optimistis,
Bank Dunia pun merevisinya menjadi 6,2 persen. Tetaplah di atas 6 persen dan
itu adalah sebuah ‘’kemewahan’’ di tengah kondisi global yang secara rata-rata
masih meriang.
Ekonomi Riil
Di mana letak kekuatan ekonomi Asia, khususnya Indonesia? Bukan lagi di pasar saham dan pasar finansial, meskipun itu juga tetap penting dijaga kestabilannya. Perekonomian Indonesia sangat mengandalkan sektor riil yang juga mencapai kemajuan pesat terutama pada kuartal III tahun 2011.
Di mana letak kekuatan ekonomi Asia, khususnya Indonesia? Bukan lagi di pasar saham dan pasar finansial, meskipun itu juga tetap penting dijaga kestabilannya. Perekonomian Indonesia sangat mengandalkan sektor riil yang juga mencapai kemajuan pesat terutama pada kuartal III tahun 2011.
Pertumbuhan
produk domestik bruto (PDB) naik menjadi 6,5 persen (yoy/ year on year) selama
tiga kuartal berturut-turut. Begitu juga dengan aliran modal dari luar yang
berupa foreign direct investment (FDI) juga mengalir dengan lancar.
Jadi kendati penyerapan anggaran pemerintah seringkali lemah, sektor swasta bergerak lebih cepat. Ekspor pun melaju sehingga cadangan devisa kita sudah mencapai 111,3 miliar dolar AS pada akhir November 2011 padahal pada Januari 2010 baru 69,6 miliar dolar AS. Suatu angka yang boleh dikatakan amat sangat aman dan cadangan devisa merupakan indikator ekonomi yang sangat penting.
Jadi kendati penyerapan anggaran pemerintah seringkali lemah, sektor swasta bergerak lebih cepat. Ekspor pun melaju sehingga cadangan devisa kita sudah mencapai 111,3 miliar dolar AS pada akhir November 2011 padahal pada Januari 2010 baru 69,6 miliar dolar AS. Suatu angka yang boleh dikatakan amat sangat aman dan cadangan devisa merupakan indikator ekonomi yang sangat penting.
Kombinasi
kekuatan ekspor dan juga pasar domestik yang sangat kuat membuat Indonesia
menjadi gadis cantik yang menarik di Asia. Ketika uang sudah sulit dialirkan ke
wilayah lain karena tidak menjanjikan keuntungan, Indonesia menjadi pilihan
yang sangat diperhitungkan, selain negara-negara ASEAN dan Asia Timur lainnya.
Maka
inilah momentum yang sangat tepat untuk membenahi berbagai kendala investasi.
Misalnya soal infrastruktur, peraturan perpajakan, ketenagakerjaan, dan yang
paling klasik adalah pelayanan birokrasi dan perizinan. Justru itulah tugas tim
ekuin dalam kabinet sekarang yang harus segera diselesaikan. Jangan terpaku
pada upaya menstabilkan makroekonomi saja meskipun itu juga sangat penting.
Sektor riil harus digenjot habis-habisan.
Di
dalam negeri Presiden SBY sering menjadi bulan-bulanan politikus dan bahan
olok-olok di obrolan warung kopi. Tetapi itu lebih pada gaya kepemimpinan. Kenyataannya
dalam lima tahun terakhir ini kinerja ekonomi dan pengaruh kita di lingkup
global makin diakui. Indonesia adalah bagian dari G20 yang sekarang
mengendalikan perekonomian dunia.
Menjelang
akhir tahun ini pun sebuah kado diberikan dari lembaga pemeringkat
internasional Fitch Ratings yang sudah memasukkan Indonesia ke dalam investment
grade yang kali pertama sejak krismon tahun 1997. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar