Rabu, 21 Desember 2011

Dilanda Krisis, Rakyat Amerika Merangkul Warisan Leluhur


Dilanda Krisis, Rakyat Amerika
Merangkul Warisan Leluhur
Herman Hakim Galut, WARTAWAN, TINGGAL DI WASHINGTON, DC, AMERIKA SERIKAT
Sumber : SINAR HARAPAN, 21 Desember 2011


Meski kurang mendapat liputan luas dari media massa mainstream Amerika, gerakan Occupy Wall Street (OWS) yang telah menyebar luas ke berbagai kota di Amerika dan dunia berhasil memengaruhi jutaan rakyat Amerika untuk menjauhkan diri dari bank-bank komersial dan institusi keuangan lainnya di Wall Street, New York City.

Rakyat yang kecewa berat dengan kinerja bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan yang merupakan jantung kapitalisme itu ramai-ramai memindahkan deposito mereka ke credit union dan bank-bank warga. Selain itu, mereka juga membentuk koperasi, mendirikan perusahaan milik karyawan, dan lembaga-lembaga alternatif yang modelnya lain dari kapitalisme tradisional.

Penarikan deposito secara besar-besaran dipicu aksi Molly Katchpole, nasabah sebuah bank besar Amerika, yang menentang kebijakan banknya menarik fee US$ 5 dari kartu debit nasabah apabila menggunakan kartu debit untuk belanja sebulan.

Dari awal Oktober hingga “Bank Transfer Day” pada 5 November 2011, nilai transfer mencapai US$ 4,5 miliar. Rush penarikan dalam jumlah besar ini merupakan isyarat baru bahwa sejumlah besar orang Amerika sudah muak dengan Wall Street. Mereka siap mengubah sistem apabila ada peluang untuk itu.

Menurut mereka, pengelolaan koperasi dan bentuk perusahaan karyawan lainnya lebih sederhana dan semangat kekeluargaannya lebih tinggi. Bahkan, beberapa dari mereka mengaku, credit union lebih demokratis dibanding bank-bank konvensional. Misi institusinya pun lebih jelas, kata yang lain.

Pemerintah daerah dan pemerintah negara bagian juga ikut mengubah sifat dasar kapitalisme, yang menurut banyak pihak, sudah stagnan dan rakus.

Proses ini, kata Gar Alperovitz, penulis buku America Beyond Capitalism, dan profesor ilmu ekonomi-politik University of Maryland, “berlangsung tanpa disadari sepenuhnya oleh siapa pun. Kita (Amerika) bergerak menuju sistem hibrida, suatu sistem yang berbeda dengan kapitalisme dan sosialisme tradisional.”

Profesor Gar merinci, sekitar 130 juta rakyat Amerika ikut dalam keanggotaan usaha koperasi dan koperasi simpan-pinjam. Tiga belas juta lebih rakyat Amerika menjadi pemilik 11 juta perusahaan karyawan. Jumlah ini 6 juta lebih besar daripada jumlah serikat buruh perusahaan swasta.

"New Deal" dan "Grange Movement"

Gar, dalam percakapan telepon dengan penulis pekan lalu membenarkan bahwa gerakan perubahan oleh nasabah bank besar Amerika dan pemda, serta pemerintah negara bagian di Midwest pada awal ke-21 ini sedikitnya meniru solusi atas krisis ekonomi yang menimpa Amerika pada awal 1930-an.

Pada waktu itu, Amerika mengalami krisis yang dikategorikan sebagai Great Depression, dan Kongres Amerika mengesahkan program Presiden Franklin D Roosevelt yang bertajuk “New Deal” untuk mengatasi krisis besar dari 1933 hingga 1936 itu. Programnya dikenal dengan julukan 3R, yakni Relief, Recovery, dan Reform.

“Anda melihat orang Amerika kembali kepada semangat bertetangga dengan menjadi anggota bank warga atau ikut dalam credit union, itu nilai warisan leluhur,” katanya.
Apabila gerakan itu terus meningkat dalam jumlah, ukuran, dan kecanggihan organisasi, besar kemungkinan perubahan-perubahan ini akan mengarah ke suatu model ideologi ekonomi yang lain dari kapitalisme tradisional, yang berbasis korporasi dan sosialisme tradisional yang kita kenal sekarang ini.

Pengucuran dana talangan kepada perusahaan mobil besar di Amerika merupakan isyarat ekonomi Amerika sudah mengarah ke ekonomi sosialistik, meski tidak sepenuhnya demikian karena pemilik perusahaan mobil tadi mengembalikan talangan tadi.

Ungkapan “tidak sepenuhnya demikian” terungkap dalam sebuah jajak pendapat tahun 2009 yang mengatakan, pilihan responden yang berusia 30 tahun terbagi atas kapitalis atau sosialis.

Solusi yang diinspirasi dari pengalaman masa lalu bukan hanya meniru “New Deal”-nya Presiden Rosevelt. Gar sepakat bahwa aksi protes secara bermartabat jutaan rakyat Amerika terhadap Wall Street itu menelusur hingga ke solusi nenek moyang mereka, yang disebut Grange Movement pada 1867.

Gerakan itu merupakan gerakan agraris yang didirikan Oliver H Kelly. Gerakan ini pada mulanya bertujuan memajukan pendidikan dan kehidupan sosial. Namun, di beberapa desa, gerakan ini menjelma menjadi gerakan politik untuk menentang keputusan ekonomi yang berlawanan dengan kepentingan petani.

Mereka berhasil membangun toko sandang-pangan dan pertenunan. Anggota gerakan ini pun yang disebut Grangers, berhasil memengaruhi parlemen di negara-negara bagian Midwest untuk merancang undang-undang yang mewakili kepentingan petani.

Apa yang terjadi ke depan? Menurut Gar, stagnansi ekonomi dalam kurun waktu yang lama ini bisa memunculkan suatu debat bahwa masa depan ideologi ekonomi Amerika akan mengambil arah seperti berikut ini: menuju ideologi ekonomi didominasi eksekutif korporasi kapitalis atau pejabat pemerintah sosialis.

Mungkin itu merupakan solusi bagi krisis Amerika yang selama ini menggambarkan dirinya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar