Kekuatan
Hidup dalam Kebenaran
Jeffrey D Sachs, GURU BESAR
EKONOMI DAN DIREKTUR EARTH INSTITUTE PADA COLUMBIA UNIVERSITY, PENASIHAT KHUSUS
SEKRETARIS JENDERAL PBB MENGENAI MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS
Sumber : KORAN TEMPO, 26 Desember 2011
Hal
yang paling langka di dunia saat ini bukanlah minyak, air bersih, atau pangan,
melainkan kepemimpinan moral. Dengan komitmen pada kebenaran--ilmiah, etika,
dan pribadi--suatu masyarakat bisa mengatasi penyebab banyak krisis kelaparan,
penyakit, dan ketidakstabilan yang kita hadapi saat ini. Tapi kekuasaan
membenci kebenaran, dan melawannya dengan tidak henti-hentinya. Maka, marilah
kita berhenti sejenak untuk menyatakan terima kasih kita kepada Vaclav Havel,
yang meninggal bulan ini, karena memungkinkan suatu generasi memperoleh
kesempatan hidup dalam kebenaran.
Havel
adalah pemimpin utama dari gerakan revolusioner yang berpuncak pada
dibebaskannya Eropa Timur dan berakhirnya Uni Soviet 20 tahun yang lalu.
Serangkaian drama, esai, dan surat yang ditulis Havel melukiskan perjuangan
moral hidup dengan jujur di bawah kediktatoran di Eropa Timur. Ia
mempertaruhkan segalanya untuk apa yang disebutnya hidup dalam kebenaran--jujur
kepada diri sendiri dan jujur dengan heroik kepada kekuatan otoriter yang
menindas rakyat dan mengekang kebebasan ratusan juta manusia pada saat itu.
Havel
membayar mahal untuk pilihan yang diambilnya, meringkuk selama beberapa tahun
dalam penjara dan hidup lebih lama lagi di bawah pengawasan dan gangguan
penguasa yang menyensor tulisan-tulisannya. Namun cahaya kebenaran yang
dibawakannya menyebar. Havel memberi harapan, keberanian, bahkan ketidaktakutan
kepada suatu generasi bangsanya. Ketika jaring kebohongan ini runtuh pada
November 1989, ratusan ribu rakyat Cek dan Slovakia membanjir di jalan-jalan
raya merayakan kebebasan--dan mengangkat dramawan yang dikucilkan dan
dipenjarakan itu sebagai presiden terpilih Cekoslovakia yang baru.
Saya
sendiri menyaksikan kekuatan hidup dalam kebenaran ini tahun itu, ketika para
pemimpin Gerakan Solidaritas Polandia meminta saya membantu Polandia melewati
masa transisi ke demokrasi dan ekonomi pasar--bagian dari apa yang dinamakan
rakyat Polandia “kembalinya (mereka) ke Eropa”. Saya berjumpa dan mendapatkan
ilham yang mendalam dari banyak orang di kawasan ini yang, seperti Havel, hidup
dalam kebenaran:
Adam Michnik, Jacek Kuron, Bronislaw Geremek, Gregorsz
Lindenberg, Jan Smolar, Irena Grosfeld, dan, sudah tentu, Lech Walesa. Para
pria dan wanita yang berani ini, dan mereka seperti Tadeusz Mazowiecki dan
Leszek Balcerowicz, yang memimpin Polandia selama langkah-langkah pertama
negeri itu menapaki kebebasan, berhasil melalui masa-masa kritis itu berkat
kombinasi keberanian, kecerdasan, dan integritas diri mereka.
Kekuatan
menyatakan kebenaran pada tahun itu membukakan kemungkinan yang luar biasa,
karena ia terbukti berhasil meruntuhkan salah satu hegemoni paling ketat dalam
sejarah: dominasi Soviet atas Eropa Timur. Michnik, seperti Havel, mencerminkan
kebenaran penuh keberanian ini. Saya bertanya kepadanya pada Juli 1989, ketika
rezim komunis Polandia sudah mulai mengurai, kapankah kebebasan akan tiba di
Praha. Jawabnya: “Sebelum akhir tahun.”
“Bagaimana
Anda tahu?” tanya saya. “Saya baru saja bertemu dengan Havel di daerah pegunungan
pekan lalu,” katanya. “Jangan khawatir. Kebebasan segera tiba.” Ramalannya
ternyata benar, sudah tentu, sebulan lebih cepat.
Seperti
kebebasan dan korupsi itu yang cepat menular, begitu juga kebenaran dan
keberanian moral menular dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Havel dan Michnik
bisa berhasil sebagian karena mukjizat Mikhail Gorbachev, pemimpin Soviet yang
berangkat dari suatu sistem yang meracun, namun yang menghargai kebenaran di
atas kekerasan.
Dan Gorbachev bisa memenangi pertarungan sebagian karena
kuatnya kejujuran pada diri warga sebangsanya, Andrei Sakharov, ahli fisika
nuklir yang gagah berani yang juga mempertaruhkan segalanya di jantung emporium
Soviet--dan yang membayar mahal untuk itu dengan dikucilkannya dirinya dari
pergaulan masyarakat.
Para
pemberani moral ini menerima inspirasi dari tokoh-tokoh besar lainnya, termasuk
Mahatma Gandhi, yang memberi judul The Story of My Experiments with Truth
(Kisah Pengalamanku dengan Kebenaran) pada otobiografinya. Mereka semua
meyakini bahwa kebenaran, baik ilmiah maupun moral, bisa pada akhirnya
mengatasi setiap rintangan kebohongan dan kekuasaan. Banyak yang tewas demi
keyakinannya. Kita semua hari ini menuai manfaat dari keyakinan mereka pada
kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan
Havel mengingatkan kita akan mukjizat yang bisa dibawakan kredo kebenaran itu.
Ia juga mengingatkan kita akan fakta yang lebih suram, yaitu bahwa
dimenangkannya kebenaran itu tidak selalu pasti. Setiap generasi mesti
menyesuaikan fondasi moralnya dengan kondisi politik, budaya, masyarakat, dan
teknologi yang terus berubah.
Wafatnya
Havel tiba pada saat berlangsungnya demonstrasi besar-besaran di Rusia yang
memprotes kecurangan pemilihan, kekerasan di Mesir, kebangkitan di pedesaan
Cina melawan pejabat-pejabat setempat yang korup; dan polisi dengan perisai
pelindung diri membongkar dengan kekerasan tenda-tenda pemrotes keserakahan
korporat di kota-kota di Amerika. Kekuasaan dan kebenaran masih terlibat dalam
pertarungan di seantero dunia.
Banyak
di antara pertarungan yang terjadi hari ini--di mana-mana--melibatkan kebenaran
melawan keserakahan. Bahkan jika tantangan yang kita hadapi hari ini berbeda
dengan tantangan yang dihadapi Havel, pentingnya hidup dalam kebenaran tidak
berubah.
Realitas
hari ini adalah realitas suatu dunia di mana kekayaan berarti kekuasaan, dan
kekuasaan disalahgunakan untuk menambah kekayaan pribadi yang mengorbankan
rakyat miskin dan lingkungan. Sementara itu, mereka yang berkuasa merusak
lingkungan, melancarkan perang dengan dalih yang palsu, mengobarkan keresahan
masyarakat, dan mengabaikan penderitaan rakyat miskin, tampaknya tidak
menyadari bahwa mereka dan anak-cucu mereka bakal juga membayar mahal.
Para
pemimpin moral sekarang harus membangun di atas fondasi yang telah diletakkan
Havel. Banyak orang, sudah tentu, sekarang putus asa akan kemungkinan tibanya
perubahan yang konstruktif. Namun pertarungan yang kita hadapi--melawan
kekuatan lobi korporat, aksi humas yang tidak putus-putusnya, dan kebohongan
pemerintah yang tidak henti-hentinya--merupakan bayang-bayang dari apa yang
dihadapi Havel, Michnik, Sakharov, dan lainnya ketika melawan rezim-rezim
dukungan Soviet yang brutal di masa lalu.
Berbeda dengan raksasa-raksasa perlawanan
ini, kita sekarang diberdayakan oleh instrumen-instrumen media sosial untuk
menyebarkan berita, mengatasi keterpencilan, dan memobilisasi jutaan pendukung
perubahan dan pembaharuan. Banyak di antara kita menikmati proteksi minimum
berbicara dan berserikat, walaupun ini harus dicapai dengan susah payah, tidak
sempurna, dan rapuh. Namun yang paling penting dan paling besar manfaatnya
adalah bahwa kita diberkati dengan ilham yang dibawakan Havel dalam apa yang
disebutnya hidup dalam kebenaran. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar