Geopolitik
Menyikapi Travel Warning AS
Ribut Lupiyanto ; Deputi direktur C-PubliCA (Center for Public
Capacity Acceleration), Pegiat di Forum Kolumnis Muda Jogja
|
JAWA
POS, 07 Januari 2015
KEDUTAAN Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) telah memberikan
peringatan keamanan (travel warning)
bagi warganya di Surabaya. Pernyataan itu dilansir di situs resmi kedubes
Sabtu lalu (3/1). Alasan travel warning
tidak dijelaskan secara terperinci. AS hanya menyebutkan, ada potensi ancaman
terhadap hotel-hotel dan bank-bank AS di Surabaya. AS selanjutnya
merekomendasikan peningkatan kewaspadaan dan kehati-hatian saat mengunjungi
fasilitas yang berafiliasi dengan AS. Kedubes AS menyarankan semua warganya
yang berada di Surabaya maupun luar Surabaya untuk mendaftarkan nomor ponsel
ke 99388 sehingga bisa mendapatkan peringatan dini jika terjadi ancaman
keamanan.
Apresiasi layak diberikan kepada Wakil Presiden Jusuf
Kalla (JK) yang merespons dingin travel waning itu. JK merasa Indonesia aman.
Insiden yang terjadi hanyalah kecelakaan pesawat AirAsia. Pemerintah dan
pihak keamanan penting menyikapi travel
warning itu dengan tetap memprioritaskan harkat dan martabat bangsa.
Salah satu pendekatan penyikapan melalui optimalisasi geopolitik atau
geostrategi.
Geopolitik dan Geostrategi
Indonesia dalam kancah internasional memiliki daya tawar
geopolitik yang kuat. Hal itu tidak lepas dari potensi besar sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki. Atas dasar itu, pemimpin wajib
menampilkan diplomasi internasional yang memiliki posisi tawar kuat dan
menempatkan Indonesia sebagai salah satu penentu kebijakan internasional.
Pemimpin juga wajib melindungi rakyatnya dari efek ekspansi asing.
Friedrich Ratzel (1844–1904) sebagai salah satu tokoh
pencetus teori geopolitik memaparkan bahwa negara harus mengambil dan
menguasai satuan-satuan politik yang bernilai strategis serta ekonomis demi
membuktikan keunggulannya. Hanya negara unggul yang bisa bertahan hidup dan
menjamin kelangsungan hidupnya.
Bangsa Indonesia telah menegaskan manifestasi
geopolitiknya melalui wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara dimaknai sebagai
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasar
Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan geografi wilayah Nusantara yang menjiwai
kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan serta cita-cita nasionalnya (Kaelan,
2003). Pemimpin bertanggung jawab penuh atas terealisasikannya wawasan
Nusantara yang mengarah kepada kuatnya eksistensi bangsa dan kesejahteraan
rakyat.
Geopolitik Indonesia diaplikasikan dalam bentuk
geostrategi melalui konsep ketahanan nasional (Kaelan, 2010). Suradinata
(2005) mendefinisikan ketahanan nasional sebagai kondisi dinamis suatu bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan dalam mengejar tujuan
nasional Indonesia.
Rekomendasi Penyikapan
Indonesia mesti menunjukkan sikap terhormat atas travel warning AS itu. Kesan lemah dan
ketergantungan hendaklah dibuang jauh. Banyak alternatif langkah yang bisa
dilakukan dalam menyikapi dengan berbasis penguatan geopolitik dan aplikasi
geostrategi.
Pertama, komunikasi dan diplomasi mesti dilakukan segera
dengan pihak Kedutaan Besar AS. Polri penting proaktif mengonfirmasikan
alasan terperinci penyebab keluarnya travel warning. Informasi mereka
dibutuhkan demi antisipasi. Sekali lagi, hal itu tidak berarti mudah percaya
dengan intelijen asing. Jika merasa tidak ada alasan kuat, pemerintah dapat
mengambil keputusan yang sama dengan travel
warning WNI ke AS.
Kedua, pemerintah penting mengambil langkah komplementer
terkait dengan dampak ekonomi travel
warning. Sektor yang paling merasakan efek travel warning adalah pariwisata
dan bisnis. Sektor itu mesti mencari alternatif dengan melirik negara lain.
Forum dan event internasional penting dioptimalkan, misalnya dengan menarik
wisatawan serta mitra bisnis dari negara ASEAN, Eropa, Timur Tengah, Asia
Timur, dan lainnya. Hal tersebut merupakan bagian dari geostrategi
penyikapan.
Ketiga, untuk jangka panjang, peta jalan geopolitik dan
geostrategi Indonesia penting disusun segera. Hal itu dilakukan untuk
menghadapi derasnya arus globalisasi mendatang. Langkah konkret penting dijabarkan
terkait dengan pemberlakuan pasar bebas ASEAN (MEA) 2015, keterbukaan tenaga
kerja asing, globalisasi, dan lainnya. Semua itu sekaligus menjadi pembuktian
janji Jokowi-JK sejak kampanye. Jokowi-JK selama kampanye menyodorkan janji
dalam visi berdaulat dan mandiri. Jabaran misinya, antara lain, mewujudkan
keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, mewujudkan politik
luar negeri bebas aktif, dan mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
Keempat, pemerintah mesti menunjukkan sikap tegas dalam
diplomasi internasional. Ketegasan itu menyangkut kedaulatan negara,
perbatasan, dan penguasaan sumber daya alam. Selama pemerintahan SBY,
kebijakan luar negeri disandarkan pada prinsip one thousand friend zero
enemy. Tafsir prinsip tersebut terbukti tidak bisa menjaga kedaulatan
Indonesia (Juwana, 2014). Jokowi penting dengan percaya diri menampilkan
tafsir baru yang dapat disebut sebagai ”doktrin Jokowi”. Tafsir tersebut
adalah all nations are friends until
Indonesia's sovereignty is degraded and national interest is jeopardized
atau semua negara adalah sahabat sampai
kedaulatan Indonesia direndahkan dan kepentingan nasional dirugikan.
Semua negara mesti tahu prinsip Indonesia tentang politik luar negeri bebas
aktif dengan tafsir tersebut.
Travel warning merupakan hak setiap negara dan
hal itu menjadi fenomena yang biasa. Indonesia mesti menunjukkan sikap dengan
kepala tegak. Upaya geopolitik dan geostrategi tersebut diharapkan mampu
menjadi solusi untuk mengantisipasi efek travel
warning AS. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar