Listeria
Bukan Histeria
Abdullah Muzi Marpaung ; Pengajar
pada Jurusan Teknologi Pangan Swiss German University; Mahasiswa Program
Doktor Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor
|
KOMPAS,
28 Januari 2015
MIKROORGANISME
mematikan kembali menelan korban.
Kabar terakhir yang kita baca adalah tewasnya tiga warga Amerika
Serikat, sementara puluhan lainnya sakit akibat mengonsumsi apel karamel yang
tercemar bakteri Listeria monocytogenes.
Akibat dari kejadian ini, sebuah produsen apel Gala dan Granny Smith secara
sukarela menarik produknya dari peredaran.
Malaysia mengambil tindakan sementara untuk mencekal buah-buah apel
ini masuk ke negeri jiran tersebut.
Listeriosis, penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Listeria
monocytogenes, sesungguhnya tergolong penyakit yang jarang terjadi. Kejadian
pada awal 2015 ini—yang menyerang
puluhan orang di sebelas negara bagian pada waktu hampir
bersamaan—merupakan kejadian luar biasa. Kejadian luar biasa dari serangan
listeriosis paling parah terjadi pada 2011, yang mengakibatkan 147 orang
terserang, 33 orang di antaranya meninggal.
Listeria monocytogenes tergolong bakteri yang memiliki
risiko menyebabkan kematian yang paling tinggi. Sekitar sepertiga penderita
listeriosis umumnya akan berakhir dengan kematian. Sekalipun demikian,
bakteri ini relatif tidak berbahaya bagi orang normal.
Bakteri ini lebih suka menyerang populasi yang tergolong
lemah, seperti ibu hamil, bayi yang baru melahirkan, orang berusia lanjut,
dan orang dengan imunitas rendah. Selain itu, bakteri ini juga relatif mudah
dimatikan. Dengan proses pemasakan atau pemanasan yang cukup, bakteri ini
akan mati. Sebaliknya, bakteri ini justru tumbuh dengan baik pada suhu lemari
pendingin.
Itulah sebabnya ancaman terbesar untuk masuknya bakteri
ini ke tubuh manusia adalah melalui buah dan sayur segar atau yang mengalami
proses minimal, susu yang tidak dipasteurisasi, atau produk pangan lain yang
tidak mendapatkan proses pemanasan yang cukup.
Penting pula untuk dipahami bahwa Listeria monocytogenes
merupakan bakteri patogen atau bakteri yang menyebabkan penyakit dan tidak
menghasilkan toksin atau racun. Dengan demikian, jika suatu produk pangan
telah tercemar, kemudian mendapatkan perlakuan yang mematikan bakteri tersebut,
produk pangan yang telah tercemar itu tetap aman untuk dikonsumsi. Ini
berbeda dengan bakteri penghasil racun, seperti Clostridium botulinum, yang tetap membahayakan jika racunnya
sudah terbentuk.
Dengan pengetahuan ini, seyogianya kasus tercemarnya buah
apel Gala dan Granny Smith, yang mungkin beredar juga di Indonesia, dapat
disikapi dengan lebih tenang. Kewaspadaan tetap diperlukan, tetapi tak perlu
disertai dengan kepanikan atau kehebohan.
Beberapa tips berikut ini boleh jadi dapat diterapkan.
Buah dan sayuran segar sebaiknya dicuci dengan air mengalir sebelum dikupas,
dipotong atau diproses lebih lanjut. Kulit buah yang keras seperti semangka,
timun, melon disikat dengan sikat yang bersih, kemudian keringkan dengan kain
lap bersih. Untuk menghindari kontaminasi silang, jauhkan daging mentah dari
buah, sayur, dan makanan yang sudah dimasak.
Sebelum dan sesudah mengolah bahan mentah di dapur, baik
tangan maupun peralatan dicuci sampai bersih. Refrigerator atau lemari
pendingin merupakan tempat favorit bagi bakteri listeria. Oleh karena itu,
kinerja dan kebersihannya perlu dijaga dengan baik. Jika ada tumpahan jus,
cairan dari daging dan lain-lain di lemari pendingin, perlu segera
dibersihkan.
Disarankan
agar bagian dalam dari lemari pendingin dibersihkan dengan menggunakan air
panas, sabun cair, dan diakhiri dengan pembilasan. Bahan pangan segar atau
yang mengalami pengolahan minimal sebaiknya tidak disimpan dalam waktu lama
dan sedapat mungkin dikonsumsi dengan segera. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar