Jumat, 07 November 2014

Sisi Ilmiah dalam Kurikulum 2013

Sisi Ilmiah dalam Kurikulum 2013

Kurniawan Adi Santoso  ;  Guru SDN Sidorejo, Krian, Sidoarjo;
Peserta Diklat Kurikulum 2013
KORAN JAKARTA, 05 November 2014
                                                
                                                                                                                       


Critical thinking dan analytical skills semakin hilang dari pembelajaran. Sebab guru cenderung menerapkan expository learning method dengan ceramah yang tidak membuka ruang bagi para siswa untuk berdiskusi, investigasi, dan mengembangkan pikiran. Kreativitas, daya berpikir kritis, dan analisis jauh dari siswa. Padahal itu semua harus dimiliki siswa.

Tak ayal, Kurikulum 2013 mengharuskan menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah yang memahamkan kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Di sini menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan suatu kebenaran.

Dengan pendekatan saintifik, siswa dibimbing untuk bekerja secara kelompok, mulai dari tahap mengumpulkan informasi sampai mengomunikasikan hasil kerja kelompok. Hal ini akan melatih peserta didik mampu berpikir logis, runut, dan sistematis. Mereka menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT).

Selain itu, sesungguhnya pendekatan saintifik bisa membangkitkan aktivitas penelitian atau riset di kalangan peserta didik. Riset sebagai penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara sistemis, kritis, dan ilmiah. Ini penting untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, mendapat fakta baru atau menafsirkan lebih baik. Riset mulai mengidentifikasi masalah, evaluasi, dan solusi. Langkah demikian akan membiasakan murid mengamati lingkungan, menyelami persoalan masyarakat, dan merumuskan solusi.

Sistem demikian juga membangun kepedulian murid untuk menemukan dan mencari solusi masalah di tengah masyarakat. Pribadi demikian kini makin jarang ditemui. Aktivitas keseharian masyarakat cenderung mengedepankan ego pribadi. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Setiap orang berlomba mengejar materi demi kebutuhan sendiri, tanpa memikirkan lingkungan.

Berbekal kepekaan sosial, siswa menjadi pribadi peduli orang lain dan lingkungan. Dengan riset, siswa menjadi terbiasa mengamati, memperhatikan sekitarnya. Riset atau penelitian yang tampaknya berpusat pada aspek kognitif ternyata sangat kuat melibatkan afeksi dan psikomotorik.

Kriteria Ilmiah

Pendekatan saintifik dikembangkan dengan kriteria ilmiah meliputi beberapa dasar, di antaranya substansi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng. Kemudian, penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif keduanya dijauhkan dari prasangka, subjektif, dan tigak logis.

Peserta didik perlu didorong berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah. Mereka juga diajak berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan lain sebuah materi pembelajaran. Langkah selanjutnya menerapkan dan mengembangkan pola berpikir rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.

Guru harus bisa merancang pembelajaran mulai dari strategi, model, media, sampai evaluasi. Pembelajaran saintifik menuntut perubahan setting dan bentuk pembelajaran konvensional. Guru harus menggunakan beberapa model yang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan ilmiah seperti project based learning, discovery learning, dan problem based learning.

Guru mengggunakan strategi dengan membuat peta konsep, mengajukan pertanyaan, menyusun jurnal, berbasis TI, menggunakan analogi, eksperimen inkuiri, metode proyek, latihan-latihan membuat keputusan, serta pemecahan masalah. Manfaatkan sarana sekitar sekolah seperti sawah, kebun, pasar, puskesmas, rumah sakit, museum, dan kantor polisi sebagai ruang belajar siswa.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengamati teks, gambar, diagram, tabel, lingkungan, televisi, dan rekaman. Caranya dengan membaca, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya. Ini semu untuk menstimulus peserta didik agar ada respons. Dengan demikian peserta didik termotivasi menanggapi situasi nyata kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan dapat diajukan secara klasik atau kelompok. Dalam kegiatan kelompok, peserta dapat saling tukar pikiran dan berbagi hasil pengamatan. Mereka bebas mengungkapkan pendapat, bertanggung jawab terhadap beban tugas, menjalin hubungan social, dan menghargai pendapat orang lain.

Tanya-jawab menjadi sarana membangun konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori siswa. Siswa belajar mengetahui kemampuan, modalitas, dan strategi efektif. Dengan demikian mereka mencapai tingkat berpikir tinggi, kritis, logis, dan sistematis.

Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Selain itu, peserta didik juga mengumpulkan informasi tentang fakta, prinsip atau prosedur yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Hasil yang diharapkan peserta didik dapat mempraktikkan keterampilan sesuai dengan yang dituntut oleh tujuan pembelajaran.

Setelah kegiatan mencoba, peserta didik mengasosiasi. Dalam kegiatan mengasosiasi peserta didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Peserta didik menalarkan atau kembali data atau informasi yang diperoleh dari kegiatan mengamati, menanyakan, dan mencoba. Kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir kritis peserta didik.

Kegiatan terakhir adalah mengomunikasikan apa yang diperoleh dalam kegiatan sebelumnya. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya. Melalui kegiatan mengkomunikasi dapat diketahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar