Selasa, 18 November 2014

Kenaikan Harga BBM dan Revolusi Mental

Kenaikan Harga BBM dan Revolusi Mental

Budhi Wibowo  ;   Pemerhati masalah Hubungan Industrial, Tinggal di Semarang
SINAR HARAPAN, 17 November 2014

                                                                                                                       


Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menimbulkan berbagai pro-kontra yang tajam di masyarakat. Pihak yang mendukung mengemukakan berbagai alasan perlunya kenaikan harga BBM, di antaranya bisa menyehatkan APBN dan subsidi BBM bisa dialihkan untuk membangun berbagai infrastruktur yang sangat diperlukan negeri ini.

Pihak yang menentang mengatakan kenaikan harga BBM akan menyengsarakan rakyat karena akan menyebabkan kenaikan harga barang. Berbagai pro-kontra tersebut hanya melihat dampak ekonomi kenaikan harga BBM. Padahal, kenaikan harga BBM tidak hanya menimbulkan dampak ekonomi saja, tetapi bisa menimbulkan dampak lainnya, yaitu perubahan mental bangsa Indonesia.

Mental Boros, Mental Konsumtif, dan Mental Pengemis

Di India banyak pengemudi kendaraan yang mematikan mesin kendaraannya sewaktu berhenti di lampu merah. Mereka baru menghidupkan mesinnya kembali ketika lampu sudah menyala hijau. Terlepas dari efektif tidaknya penghematan BBM yang dilakukan pengemudi di India dengan cara mematikan mesin, upaya tersebut merupakan langkah nyata yang mereka lakukan untuk sebisa mungkin menghemat pemakaian BBM. Saat ini, harga BBM di India sekitar Rp 12.000 per liternya.

Hal yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan di India. Di Indonesia sangat sering kita menjumpai pengemudi tetap menghidupkan mesin kendaraannya sewaktu berhenti untuk menunggu. Walaupun menunggu dalam waktu cukup lama, banyak pengemudi di Indonesia tetap menyalakan mesin kendaraannya agar bisa menghidupkan AC. Para pengemudi di Indonesia ingin tetap merasa nyaman dengan menghidupkan AC, mereka tidak mau turun dari mobil menunggu di tempat yang teduh. Kita juga sering menjumpai orang yang menjalankan kendaraannya tanpa tujuan jelas, berputar-putar tanpa arah,  sekadar untuk menghabiskan waktu. Mereka seolah tidak menyadari, menghidupkan mesin selama menunggu atau mengendarai kendaraan tanpa tujuan jelas, sama saja dengan membakar uang rakyat.

Perilaku orang Indonesia yang boros BBM tersebut disebabkan harga BBM yang relatif terlalu murah bagi sebagian orang Indonesia. Adanya kenaikan harga BBM secara signifikan tentu akan mengubah mental boros BBM tersebut, karena masyarakat akan berusaha sebisa mungkin menghemat pemakaian BBM.

Saat ini, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang konsumtif. Konon kabarnya, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang paling konsumtif nomor dua di seluruh dunia, setelah Singapura. Survei yang dilakukan Frost Sullivan menyatakan, orang Indonesia rata-rata berganti ponsel setiap tahun. Kebiasaan masyarakat Indonesia berperilaku konsumtif bukan hanya pada peralatan elektroni,k seperti ponsel, laptop, televisi, melainkan juga terhadap produk lain seperti produk otomotif dan fashion. Banyak masyarakat Indonesia merasa bangga memakai produk merek tertentu yang harganya mahal, walaupun mereka sebenarnya tidak terlalu membutuhkan produk tersebut. Mereka bergaya hidup konsumtif; terbiasa membelanjakan sebagian besar uangnya bukan untuk sesuatu yang mereka butuhkan, melainkan hanya berdasarkan emosi, gengsi, atau sekadar “ikut-ikutan” saja.

Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia tersebut terjadi karena tumbuh pesatnya masyarakat golongan menengah di Indonesia, yang mempunyai uang yang relatif cukup untuk mendukung perilaku konsumtif tersebut. Adanya kenaikan harga BBM sangat mungkin akan bisa mengurangi perilaku konsumtif masyarakat Indonesia.

Secara tidak sadar, adanya subsidi BBM yang sudah berlangsung lama tersebut telah memanjakan masyarakat dan menjadikan sebagian masyarakat bermental pengemis. Mereka akan berusaha menekan pemerintah agar terus memberikan subsidi, meskipun sebagian dari mereka sebenarnya bukan masyarakat miskin. Mereka mempunyai mobil, motor, televisi, atau ponsel mahal, namun tetap saja “mengemis” kepada pemerintah agar terus memberikan subsidi BBM.

Kenaikan harga BBM bisa menghilangkan mental pengemis tersebut. Masyarakat akan diajarkan hidup mandiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain, termasuk dari pemerintah. Memang kenaikan harga BBM sedikit banyak akan mengurangi “kenyamanan hidup” masyarakat Indonesia. Namun, dengan demikian masyarakat Indonesia akan terbiasa hidup sesuai realita, hidup sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Revolusi Mental

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan selain bermanfaat secara ekonomi, kenaikan harga BBM juga memberikan manfaat memperbaiki berbagai mental buruk bangsa Indonesia. Tentunya hal tersebut sangat sesuai dengan konsep revolusi mental yang menjadi program utama Presiden Jokowi, yaitu perubahan total mental rakyat Indonesia, sehingga rakyat Indonesia mempunyai mental lebih baik.

Oleh karena itu, sebaiknya Presiden Jokowi tidak ragu lagi untuk menaikkan harga BBM. Meskipun demikian, Presiden Jokowi perlu berhati-hati. Kenaikan harga secara langsung dalam jumlah besar, sangat mungkin akan menimbulkan gejolak di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar