Birokrat
Hiduplah Sederhana
Abraham Fanggidae ; Widyaiswara
Utama Kementerian Sosial
|
KORAN
JAKARTA, 13 November 2014
Indonesia kaya sumber daya alam, namun puluhan juta rakyat masih
miskin. Pemerintah, wakil rakyat, dan elite harus membantu mengentaskan orang
miskin. Pejabat pemerintah pusat dan daerah hendaknya tampil sederhana.
Jangan bergaya hidup enak dan mewah. Ketua KPK, Abraham Samad, pernah
mengatakan pejabat korupsi karena bergaya hidup mewah. Banyak orang ingin
hidup enak tanpa kerja keras.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), ketika dilantik, mengajak rakyat
dan pejabat bekerja keras, kerja, kerja, dan kerja. Bekerja harus menggunakan
logika, kreatif, dan keras. Orang yang mau hidup enak, mewah dengan korupsi
hanya mau gampangan. Seharusnya orang bijak bijaksana menggunakan
penghasilan. Jangan sampai “besar pasak dari tiang”. Hiduplah secara
sederhana.
Kesederhanaan hendaknya menjadi komitmen penuh elite birokrat,
politik, serta para tokoh formal maupun nonformal. Sederhana dalam pola hidup
keseharian saat ini harus dimulai dari petinggi negara, para pejabat di
berbagai eselon.
Rakyat pun tahu pejabat yang rendah hati, melayani, berjuang
membawa aspirasi rakyat dengan baik. Contoh sederhana diperlihatkan Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla (JK). Keduanya dekat dengan rakyat.
Masyarakat lebih puas lagi jika semua pejabat pemerintah, wakil
rakyat, memperhatikan serta mewujudkan aspirasi kelas bawah. Rakyat harus
memperoleh pelayanan prima dalam berbagai urusan di lembaga pemerintah pusat
maupun daerah.
Kesederhanaan penampilan dalam berpakaian sudah ditunjukkan
Jokowi-JK. Sederhana dalam berpakaian tidak salah sebab yang utama
menjalankan tugas dengan baik demi kesejahteraan seluruh rakyat. Keduanya
juga berkomitmen penuh untuk kerja, kerja, dan kerja.
Kesederhanaan ditunjukkan Jokowi-JK dalam acara pelantikan
presiden dan wapres. Presiden Joko Widodo mengenakan baju lengan panjang
warna putih dan setelan jas dari tekstil Indonesia. Kemeja dan setelan jas
hasil penjahit “pinggiran” di Jakarta. Sepatu yang dikenakan pun produksi
dalam negeri. Harganya tidak sampai 500 ribu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengenakan setelan jas lama yang
telah dikenakan berulang kali, jas buatan tahun 2004. JK pun menggunakan
sepatu murah dari Cibaduyut, Bandung. Sederhana dalam berpakaian pun terlihat
ketika Presiden Jokowi dan Wapres JK memperkenalkan para calon menteri kepada
publik. Para calon menteri mengenakan kemeja putih. Kantor Sekretariat Negara
yang membeli dan mengirim kemeja ke rumah calon menteri.
Kesederhanaan penampilan dalam berpakaian berlanjut dalam acara
pelantikan para Menteri Negara di Istana Negara. Presiden, Wapres, Ibu
Negara, menteri, beserta keluarga dan undangan lainnya mengenakan batik.
Hanya Panglima TNI dan Kapolri mengenakan seragam dinas sesuai aturan.
Konsisten
Hidup sederhana harus dilaksanakan secara konsisten dalam
berperilaku keseharian, satu kata dengan perbuatan. Jika para menteri tidak
konsisten, seperti orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat, mereka mengajarkan
tetapi tidak melakukan. Mereka mengikat beban-beban berat lalu meletakkannya
di atas bahu orang. Mereka sendiri tidak mau menyentuh.
Ke depan, pelantikan pejabat di mana pun tidak perlu menggunakan
setelan jas seperti yang selama ini diharuskan pada hampir semua kementerian
dan lembaga negara. Mereka cukup berkemeja batik.
Konsistensi dalam hidup sederhana menjadi penting karena
pejabat, wakil rakyat, dan elite orang terhormat. Hingga kini masih banyak
pejabat berperilaku seperti calo angkot. Ketika memberi pengarahan atau waktu
kampanye senantiasa mengumbar kata-kata amat bagus sebagai ungkapan
perhatian, nasihat, janji kepada rakyat. Namun, dalam praktiknya perilaku
mereka tidak sesuai bahkan bertolak belakang dengan arahan, nasihat, dan
janji.
Publik menilai kekisruhan DPR memperlihatkan anggota Dewan yang
sudah kehilangan akal sehat. Mereka bikin kisruh dalam parlemen untuk
mengejar kekuasaan tanpa memikirkan jutaan rakyat miskin yang memerlukan
kebijaksanaan wakil rakyat. KMP dan KIH berebutan jabatan, seperti calo
rebutan penumpang angkot.
Wakil rakyat di Senayan tidak mungkin memikirkan aspirasi dan
kepentingan rakyat. Apa bedanya wakil rakyat dan orang Farisi? Hidup
sederhana sebagai perilaku baik dan bijaksana harus berguna bagi banyak
orang. Presiden, Wapres, pejabat pemerintah, wakil rakyat, elite agar
berkomitmen penuh dan konsisten dalam tugas bukan untuk kepentingan keluarga,
kelompok parpol, atau fraksi, tetapi demi kepentingan rakyat.
Pada titik ini semoga kesederhanaan tidak menjauh dari para
elite dan pejabat pemerintah. Pada saat utang luar negeri mencapai 3.000-an
triliun dan puluhan juta rakyat hidup miskin, maka hidup sederhana harus
menjadi pola umum seluruh pemangku bangsa dan negara. Mereka harus fokus
bekerja untuk membangun dan menyejahterahkan rakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar