Jumat, 13 Januari 2012

Mobil SMK dan Diplomasi Perdagangan


Mobil SMK dan Diplomasi Perdagangan
Tirta N Mursitama,  HEAD, INSTITUTE FOR BUSINESS AND DIPLOMATIC STUDIES,
BINA NUSANTARA UNIVERSITY
Sumber : SINDO, 13 Januari 2012



Saat lembaran baru tahun 2012 dimulai, kita disuguhi dua peristiwa domestik menarik.Pertama,Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mewacanakan bahwa pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus memiliki skor TOEFL 600.

Kedua,Wali Kota Solo Joko Widodo menjadikan mobil Esemka hasil karya siswa SMK di Solo sebagai mobil dinasnya. Kedua hal itu memang berdiri sendiri.Namun bila dilihat dari sisi diplomasi perdagangan Indonesia,antara keduanya memiliki keterkaitan penting, menarik,dan muncul pada saat yang tepat.

Ujung Tombak

Kemendag sebagai kementerian yang paling bertanggung jawab atas prestasi perdagangan Indonesia, baik domestik maupun internasional, harus memiliki sumber daya manusia yang andal.Terlebih lagi bila harus menghadapi para partner dagang dari luar negeri, para PNS tersebut harus menguasai substance (substansi permasalahan) dan tools (media) yang digunakan dalam berdiplomasi.

Substansi yang diperdebatkan atau dinegosiasikan biasanya menyangkut isu-isu yang strategis tidak hanya terbatas pada persoalan perdagangan. Namun, perdebatan tidak jarang menyangkut permasalahanekonomidalamartilebihluas hingga terkait dengan aspek politik dan hukum internasional. Pada umumnya, substansi yang diperdebatkan tertulis dalam bahasa Inggris dan tidak jarang dijabarkan dengan menggunakan gaya bahasa dan peristilahan yang membutuhkan keahlian bahasa asing tingkat tinggi. Penguasaan substansi yang baik pun tidak sepenuhnya mencukupi.

Pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman melakukan rangkaian diplomasi turut menentukan keberhasilan diplomasi itu sendiri. Artinya,keberhasilan itu tidak hanya ditentukan di meja perundingan formal,tetapi sering kali dipengaruhi seberapa besar para negosiator mampu melakukan pendekatan-pendekatan kreatif dalam percakapan informal, pertemuan lobbying, hingga kegiatan pendukung seperti saat melakukan olahraga maupun hobi bersama.

Kemendag memang tidak berdiri sendiri karena Kementerian Luar Negeri (Kemlu) selalu menjadi koordinator dalam setiap diplomasi Indonesia di luar negeri.Mereka biasanya akan memberikan pertimbangan aspek politik-strategis menyangkut isu yang dibicarakan. Sepanjang menyangkut substansi,Kemlu akan menyerahkan kepada kementerian teknis, termasuk Kemendag dalam hal ini.

Keterkaitan

Pada sisi yang lain, substansi diplomasi perdagangan Indonesia dipengaruhi pula oleh kemampuan industri dan perdagangan domestik. Kondisi kemampuan industri dan perdagangan domestik yang baik akan menentukan kepentingan nasional seperti apa dan seberapa besar kepentingan tersebut akan diperjuangkan.

Kemunculan mobil Esemka menjadi fenomena menarik bila dikaitkan dengan romantisme proyek mobil nasional (mobnas) industri automotif Indonesia masa Orde Baru.Bila dilihat dari sejarah panjang industri automotif Indonesia, mobnas merupakan mimpi para teknokrat Orde Baru.Menurut mereka, kemunculan mobnas dalam arti mobil yang dibuat oleh anak negeri dan memiliki kandungan lokal yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan industrialisasi Orde Baru.

Sayangnya,mimpi itu buyar karena inkonsistensi kebijakan pemerintah dalam industri automotif dan keruhnya campur tangan politik para birokrat, teknokrat hingga politisi sepanjang Orde Baru berkuasa. Dalam konteks inilah sangat menarik mendudukkan mobil Esemka sebagai sebuah mimpi mobnas yang sepertinya menjadi nyata. Namun, soal teknis itu bisa menjadi nomor dua. Hal terpenting adalah keberhasilan memproduksi mobnas ini dapat menjadikan pola pengembangan industri automotif Indonesia berubah arah.

Pada masa Orde Baru,hal itu berawal dari fase perdagangan dengan mengimpor dalam bentuk semi-and completely knockeddown (S/CKD), perakitan, jadwal penanggalan, hingga pemberian pola insentif,tetapi berakhir kembali menjadi fase perdagangan dengan diizinkannya impor completely builtup (CBU) sebagai bukti gagalnya mimpi industrialisasi automotif (Mursitama,1999). Munculnya fenomena mobil Esemka mungkin tidak sebanding dengan mimpi mobnas Orde Baru.

Demikian juga bila diletakkan dalam peta persaingan automotif nasional yang dikuasai asing. Namun, kemunculan ini dapat dilihat sebagai geliat cikal bakal industri automotif nasional yang digawangi anak negeri. Lebih strategis lagi, mobil Esemka muncul di tengah terpaan badai liberalisasi industri dan perdagangan bebas. Dengan mengetahui kemampuan anak negeri dalam melahirkan karya inovatif mobil Esemka,para negosiator Kemendag yang nanti dipersyaratkan memiliki skor TOEFL 600 itu dapat menjadikannya amunisi diplomasi perdagangan ke depan.

Diharapkan mereka mampu lebih melindungi industri dalam negeri, memberikan insentif pengembangan, dan bahkan mencarikan aliansi strategis. Bukan didikte oleh asing. Di sinilah keterkaitan kemampuan domestik dan pemahaman bahasa asing menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan. Semoga kedua hal ini mengawali mimpi dan harapan diplomasi perdagangan Indonesia yang lebih kuat dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar