Optimisme
Ekonomi dan Beberapa Catatan
Anton A. Setyawan, KEPALA PUSAT
STUDI PENELITIAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN DAN BISNIS (PPMB) FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Sumber : SINDO, 21 Januari 2012
Menjelang 2012 ekonomi Indonesia
dihantui ancaman berupa dampak krisis ekonomi di Eropa. Krisis di zona Euro
saat ini bahkan berujung pada perpecahan negara-negara Uni Eropa.
Dalam perkembangan kini negara-negara Uni Eropa menandatangani sebuah kesepakatan baru,yang menjamin pelaksanaan disiplin fiskal untuk menjamin masing-masing negara dalam pengelolaan APBN dan utang luar negeri.
Meski demikian,kesepakatan ini meninggalkan Inggris yang menolak bergabung karena khawatir kesepakatan itu bisa merusak industri keuangan negara tersebut.Kesepakatan ini ditanggapi dingin oleh pasar dan hampir semua lembaga pemeringkat investasi sepakat menurunkan ranking investasi surat berharga di zona Euro yang berarti risiko investasi di Eropa meningkat.
Pada akhir 2011 Indonesia mulai merasakan dampak krisis ekonomi Eropa. Dampak pertama adalah melemahnya nilai tukar rupiah sebagai akibat menurunnya ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi global. Meski demikian, dampak lain yang positif adalah aliran modal masuk ke Indonesia semakin besar.
Lembaga pemeringkat investasi Fitch akhir Desember 2011 memasukkan Indonesia dalam kategori investment grade dan diikuti oleh Moody’s baru-baru ini.Padahal sudah 14 tahun Indonesia tidak termasuk dalam kelompok itu. Krisis ekonomi Eropa ditambah dengan membaiknya peringkat investasi Indonesia membuat prospek ekonomi Indonesia pada 2012 ini cerah.
Bank Dunia membuat perkiraan optimistis bagi Indonesia dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi 6,7% pada 2012. Kendati demikian, ada beberapa faktor yang patut diperhatikan terkait kondisi ekonomi pada 2012.Faktor-faktor tersebut bisa menjadi peluang bagi perekonomian nasional,tetapi juga bisa menjadi ancaman jika tidak ditangani dengan baik.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah selama ini hanya manis dalam perencanaan, tetapi dalam pelaksanaan tidak berjalan dengan baik. Istilah lama dalam perencanaan ekonomi “the devil lies in the details” sangat relevan untuk menggambarkan kebijakan ekonomi pemerintah saat ini. Masalah pembangunan ekonomi saat ini ada tiga isu utama yaitu perbaikan infrastruktur, diversifikasi energi, dan pelaksanaan regulasi ekonomi.
Perbaikan infrastruktur merupakan masalah utama yang terkait iklim investasi dan daya saing ekonomi Indonesia.Kebijakan pemerintah untuk melakukan percepatan perbaikan kualitas infrastruktur dengan beberapa strategi ternyata tidak berjalan baik. Kita bisa melihat bagaimana pemerintah pusat dan daerah berusaha menawarkan beberapa proyek infrastruktur pada swasta dengan hasil mengecewakan.
Ketersediaan energi untuk kepentingan industri hanya tersedia di Pulau Jawa.Diversifikasi energi belum merupakan pilihan bagi pemerintah karena mereka takut mengubah mekanisme subsidi BBM. Potensi energi alternatif tidak dikembangkan dengan optimal karena pemerintah khawatir dengan dampak politik pencabutan subsidi BBM.
Ketahanan pangan yang menjadi masalah strategis Indonesia pada 25 tahun mendatang hanya menjadi lahan pencarian keuntungan para mafia komoditas pangan. Kita bisa melihat saat terjadi kekurangan pasokan komoditas pangan, misalnya gula atau beras, pemerintah cepat memutuskan kebijakan impor bahan pangan dengan konsesi yang hanya menguntungkan para mafia.
Konsumsi Domestik
Prospek ekonomi Indonesia pada 2012 sangat cerah karena konsumsi domestik Indonesia sangat besar.Sebesar 70% pertumbuhan PDB nasional saat ini disumbang dari sektor konsumsi. Publikasi Bank Dunia akhir 2011 menyebutkan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kelas menengah sebesar 56,5% sejak 2003.
Jumlah ini berarti sekitar 134 juta orang dengan belanja konsumsi harian USD2 (Rp18.000) sampai USD20 (Rp180.000) per hari. Jenis barang yang mereka belanjakan adalah barang automotif dan teknologi informasi. Konsumsi domestik dalam jangka pendek berdampak positif bagi perekonomian suatu negara.
Meski demikian, para pengambil kebijakan di negeri ini harus ingat bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh investasi. Artinya dalam jangka panjang masyarakat kelas menengah yang konsumtif tidak menguntungkan.
Karena itu, pemerintah sudah saatnya melakukan langkah-langkah yang lebih nyata untuk membangun industri dalam negeri agar mampu memenuhi permintaan domestik masyarakat kelas menengah Indonesia. Jika itu yang terjadi,Indonesia bisa menjadi negara adikuasa ekonomi dunia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar