Menjamin
Kepentingan Negeri
Akh Muzakki ; Guru Besar serta dekan
FISIP dan FEBI UIN Sunan Ampel Surabaya
|
JAWA
POS, 03 Januari 2018
ADA tiga event besar yang dihelat pada 2018
di negeri ini. Dilaksanakan pada paro kedua 2018 dengan selang waktu dua
bulan antara masing-masingnya. Ketiganya adalah pilkada, Asian Games, dan
Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia (IMF-World Bank Annual Meeting). Pilkada akan
diselenggarakan di ujung Juni, Asian Games di paro kedua Agustus, dan Sidang
Tahunan IMF-Bank Dunia pada pertengahan Oktober.
Tiga event di atas memang tidak memiliki
kesamaan orientasi. Pesertanya juga beda. Pilkada diikuti oleh internal warga
provinsi atau kabupaten/kota, sedangkan Asian Games dan Sidang Tahunan
IMF-Bank Dunia diikuti oleh tokoh-tokoh elite dunia, masing-masing di bidang
olahraga dan keuangan-bisnis.
Hanya, dari sisi akumulasi orang dan
kapital, ketiganya sama-sama melibatkan individu dan modal finansial dalam
jumlah yang sangat besar. Pilkada akan melibatkan seluruh warga daerah yang
telah memenuhi persyaratan dari sisi administrasi kependudukan. Asian Games
melibatkan atlet dan ofisial dari 45 negara di Asia yang bisa mencapai 15
ribu orang. Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia akan diikuti oleh hampir 20 ribu
peserta elite dari 189 negara.
Besarnya akumulasi orang dan kapital yang
berputar pada tiga event besar yang berbeda di atas meniscayakan keteguhan
kepentingan nasional. Hadirnya pemilik suara politik dari warga bangsa ini ke
TPS harus dikonversi menjadi modal politik yang besar untuk proses percepatan
kemajuan bangsa secara demokratis. Pula, hadirnya tokoh-tokoh level dunia di
bidang olahraga dan ekonomi-bisnis ke negeri ini harus mampu dimanfatkan
untuk memperbesar peluang Indonesia memasuki panggung dunia secara lebih
luas.
Semua kepentingan di atas dibangun dan
disemangati oleh satu prinsip: kepercayaan (trust). Dalam proses deliberasi
sosial-politik, baik untuk kepentingan kontestasi demokrasi maupun sinergi
ekonomi-bisnis, asas kepercayaan ini mutlak diperlukan. Bahkan, dalam derajat
tertentu, asas kepercayaan yang dimaksud menentukan hidup matinya serta
sukses tidaknya sebuah kegiatan, apalagi yang masuk kategori besar seperti
pilkada, Asian Games, dan Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia di atas.
Potret besar sosiologis masyarakat
Indonesia juga memberikan kontribusi yang cukup penting, tidak hanya bagi
kepentingan investasi, tapi juga destinasi pergerakan kapital ke negeri ini.
Kekenyalan karakter bangsa yang membuat masyarakatnya terbuka dan terampil
berinteraksi dengan selainnya menjadi modal sosial penting bagi lumernya
pergaulan Indonesia dengan masyarakat dunia secara lebih luas.
Pada titik inilah sebetulnya semua komponen
bangsa ini tampak wajib menjamin suksesnya pilkada, Asian Games, dan Sidang
Tahunan IMF-Bank Dunia di atas. Ada tiga tugas besar yang harus ditunaikan
oleh seluruh komponen bangsa ini. Dan tiga tugas besar tersebut harus menjadi
nota resolusi tahun 2018.
Pertama, memperkuat stabilitas keamanan
negara dan ketertiban masyarakat. Siapa pun tidak menolak tesis kaitan yang
erat antara stabilitas keamanan-cum-ketertiban dan ekonomi. Keduanya saling
berpengaruh, baik dalam konteks meniadakan maupun mewujudkan. Tiadanya
jaminan keamanan-cum-ketertiban akan meniadakan stabilitas ekonomi. Pun
sebaliknya, tiadanya jaminan ketahanan ekonomi akan mengancam stabilitas
keamanan negara dan ketertiban masyarakat.
Oleh karena itu, berbagai bentuk
intoleransi hingga terorisme harus menjadi perhatian besar agar tidak
mengganggu citra negeri ini di mata dunia. Apa pun motif di balik tindak
intoleransi hingga terorisme, praktik-praktik yang masuk ke dalam kategori
tersebut sangat rawan untuk memengaruhi secara langsung citra Indonesia.
Stabilitas keamanan negara yang terganggu dan ketertiban masyarakat yang
tercabik-cabik menjadi ancaman bagi penguatan citra positif negeri ini ke
masyarakat global.
Kedua, memperkuat pembangunan infrastruktur
sosial. Bentuknya adalah dengan memperbesar inisiatif-inisiatif strategis
bagi tumbuhnya kesadaran dan praktik bersama masyarakat di ruang publik untuk
lahirnya peradaban dan keadaban publik (public civility). Kuatnya
infrastruktur sosial yang menjadi instrumen bagi lahirnya peradaban dan
keadaban publik tersebut akan berkontribusi langsung terhadap kekuatan sebuah
negara bangsa. Itu karena kekuatan suatu negara dan atau sebuah bangsa sangat
ditentukan oleh kuatnya inisiatif-inisiatif strategis bagi tumbuhnya
kesadaran dan praktik bersama masyarakat di ruang publik di internal
kehidupan mereka sendiri.
Penguatan infrastruktur sosial di atas
layak dilakukan untuk menyempurnakan pembangunan infastruktur fisik-material
yang dilakukan secara cukup besar, khususnya dalam tiga tahun terakhir oleh
pemerintahan Jokowi-JK. Besarnya pembangunan infastruktur fisik-material
tidak akan banyak berarti jika infrastruktur sosial melemah.
Dalam kaitan penguatan infrastruktur sosial
inilah, lalu seluruh komponen bangsa ini memiliki kewajiban besar untuk
membangun secara sinergis dan berkelanjutan apa yang dalam tradisi ilmu
sosial dinamakan dengan istilah suprastruktur. Isinya adalah penguatan
mentalitas bangsa yang menjadi roh dan semangat bersama dalam meraih dan
mewujudkan cita-cita luhur bersama. Dengan begitu, akan muncul kesatuan dan
keseiramaan antara infrastruktur fisik-material dan infrastruktur sosial yang
dibutuhkan bagi kemajuan peradaban material dan nonmaterial bangsa di negeri
ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar