Tanggung
Jawab BBM Murah
Dinna Wisnu ; Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi,
Universitas Paramadina @dinnawisnu
|
KORAN
SINDO, 07 Januari 2015
Harga minyak
dunia dalam beberapa bulan terakhir mulai turun hingga ke titik yang paling
rendah. Banyak faktor yang mendorong pelemahan harga tersebut.
Namun seperti
yang pernah saya tulis dalam kolom ini beberapa waktu yang lalu, penyebab
utamanya adalah revolusi teknologi yang dapat membuat cadangan minyak dan gas
dalam bentuk sedimen batu di dalam perut bumi dapat dieksplorasi. Teknologi
baru ini dikuasai negara-negara non-OPEC, khususnya Amerika.
Di sisi lain
situasi politik internasional seperti krisis politik di Rusia dan Timur
Tengah mendorong negara-negara penghasil minyak terbesar dunia semakin
menggenjot produksinya untuk menjaga pendapatan negaranya agar tidak defisit.
Hal ini meningkatkan suplai minyak bumi sehingga harga minyak dunia terus turun.
Turunnya harga minyak tentu menjadi berkah buat kita semua.
Pemerintah
telah menurunkan harga bensin premium dan pertamax menjadi Rp7.600 dan
Rp8.800. Pemerintah memiliki rencana bahwa penyesuaian harga bakar minyak
akan dilakukan sebulan sekali karena saat ini harga tersebut akan didorong
masuk ke dalam mekanisme pasar, termasuk harga bensin premium.
Ketua Satgas
Antimafia Migas Faisal Basri mengusulkan bahwa premium yang memiliki oktan
lebih rendah dari pertamax diserahkan ke pasar agar timbul kompetisi dan
tidak menimbulkan monopoli yang selama ini dinikmati segelintir orang. Banyak
pihak yang mengatakan bahwa harga premium yang ditetapkan itu masih kelewat
mahal dan sebetulnya masih dapat diturunkan bahkan lebih rendah dari sebelum
dinaikkan.
Pemerintah
dianggap tidak memiliki visi kerakyatan karena mengambil untung dari harga
premium yang dijual dan karena berbagai alasan lain. Terlepas dari perdebatan
tersebut serta bagaimana hitungan ekonomi dan rencana jangka panjang
pemerintah, saya pikir kita perlu memasukkan faktor ancaman terhadap
lingkungan bila ingin mendiskusikan lebih dalam lagi tentang seberapa penting
bahan bakar murah untuk rakyat.
Dengan kata
lain, tinggi rendahnya harga yang kita jual kepada masyarakat tidak hanya
mempertimbangkan untung-rugi dari sisi ekonomi pasar, tetapi juga untung-rugi
dari kelestarian lingkungan. Kita perlu berpartisipasi menjaga cadangan alam
minyak bumi agar tidak membahayakan kesempatan untuk generasi kita di masa
depan.
Keadilan akan
sumber daya alam tidak hanya perihal pembagian yang adil di antara
kelompok-kelompok atau bangsa-bangsa di generasi saat ini, tetapi juga perlu
dipikirkan untuk generasi masa datang. Norwegia adalah negara yang mencoba
menjalankan secara konsisten komitmen tersebut.
Harga minyak
dunia dalam beberapa bulan terakhir mulai turun hingga ke titik yang paling
rendah. Banyak faktor yang mendorong pelemahan harga tersebut.
Namun seperti
yang pernah saya tulis dalam kolom ini beberapa waktu yang lalu, penyebab
utamanya adalah revolusi teknologi yang dapat membuat cadangan minyak dan gas
dalam bentuk sedimen batu di dalam perut bumi dapat dieksplorasi. Teknologi
baru ini dikuasai negara-negara non-OPEC, khususnya Amerika.
Di sisi lain
situasi politik internasional seperti krisis politik di Rusia dan Timur
Tengah mendorong negara-negara penghasil minyak terbesar dunia semakin
menggenjot produksinya untuk menjaga pendapatan negaranya agar tidak defisit.
Hal ini meningkatkan suplai minyak bumi sehingga harga minyak dunia terus turun.
Turunnya harga minyak tentu menjadi berkah buat kita semua.
Pemerintah
telah menurunkan harga bensin premium dan pertamax menjadi Rp7.600 dan
Rp8.800. Pemerintah memiliki rencana bahwa penyesuaian harga bakar minyak
akan dilakukan sebulan sekali karena saat ini harga tersebut akan didorong
masuk ke dalam mekanisme pasar, termasuk harga bensin premium.
Ketua Satgas
Antimafia Migas Faisal Basri mengusulkan bahwa premium yang memiliki oktan
lebih rendah dari pertamax diserahkan ke pasar agar timbul kompetisi dan
tidak menimbulkan monopoli yang selama ini dinikmati segelintir orang. Banyak
pihak yang mengatakan bahwa harga premium yang ditetapkan itu masih kelewat
mahal dan sebetulnya masih dapat diturunkan bahkan lebih rendah dari sebelum
dinaikkan.
Pemerintah
dianggap tidak memiliki visi kerakyatan karena mengambil untung dari harga
premium yang dijual dan karena berbagai alasan lain. Terlepas dari perdebatan
tersebut serta bagaimana hitungan ekonomi dan rencana jangka panjang
pemerintah, saya pikir kita perlu memasukkan faktor ancaman terhadap
lingkungan bila ingin mendiskusikan lebih dalam lagi tentang seberapa penting
bahan bakar murah untuk rakyat.
Dengan kata
lain, tinggi rendahnya harga yang kita jual kepada masyarakat tidak hanya
mempertimbangkan untung-rugi dari sisi ekonomi pasar, tetapi juga untung-rugi
dari kelestarian lingkungan. Kita perlu berpartisipasi menjaga cadangan alam
minyak bumi agar tidak membahayakan kesempatan untuk generasi kita di masa
depan.
Keadilan akan
sumber daya alam tidak hanya perihal pembagian yang adil di antara
kelompok-kelompok atau bangsa-bangsa di generasi saat ini, tetapi juga perlu
dipikirkan untuk generasi masa datang. Norwegia adalah negara yang mencoba
menjalankan secara konsisten komitmen tersebut.
Sebagai pengekspor minyak 10 terbesar di
dunia, Norwegia justru memberikan pajak tinggi atas bahan bakar minyaknya.
Bahan bakar solar di sana per liter pada bulan Desember 2014 adalah 1,60 euro
atau sekitar Rp24.000, sementara premium 95 adalah 1,72 euro atau sekitar
Rp26.000. Tingginya hargabahanbakardisanakarena Pemerintah Norwegia
menerapkan pajak yang tinggi.
Sepertinya
bahan bakar dalam pandangan Pemerintah Norwegia memang benar-benar masuk
dalam kategori barang mewah. Apakah rakyat Norwegia menerima pilihan
kebijakan tersebut? Jawabannya adalah tentu saja tidak. Mereka sangat
menentang kebijakan tersebut. Sebuah survei menyatakan bahwa 7 dari 10
penduduk Norwegia sangat tidak suka dan menentang pajak yang tinggi atas
bahan bakar minyak (Financial Times).
Apabila tokoh
politik yang berkuasa di Norwegia ingin mendapatkan simpati dengan
menggratiskan bensin, mungkin hal itu bisa dilakukan karena produksinya yang
dua kali lipat dari Indonesia, tetapi dengan jumlah penduduk yang 1/50 lebih
kecil. Kebijakan itu memiliki arti bahwa politik yang berjalan di Norwegia
adalah politik yang memang berlandaskan akal dan perhitungan.
Keuntungan
dari perdagangan minyak tersebut diinvestasikan kembali ke dalam pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan penduduknya. Norwegia tampaknya sudah menyadari
dan mempersiapkan strategi untuk menghindari kutukan sumber daya alam yang
banyak dialami negara-negara berkembang.
Mereka
memaksa penduduknya untuk mengandalkan kemampuan sumber daya manusianya demi
mendorong pertumbuhan ekonomi ketimbang mengandalkan ekspor minyak bumi. Ini
catatan penting buat kita di Indonesia karena dorongan untuk sumber daya
manusia kita justru terkorbankan demi perhatian pada sanggup tidaknya kita
membeli bensin.
Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah dengan meningkatkan pajak tersebut Norwegia dapat
dikatakan telah melindungi lingkungan? Jawabannya ya dan tidak. Ya karena di
dalam negeri mereka membatasi konsumsi dan menyebabkan pencemaran
lingkungannya menjadi rendah, tetapi juga tidak karena pencemaran itu
diekspor seiring dengan meningkatnya penjualan minyak ke negara-negara lain
seperti China, Amerika atau India. Polusi terjadi di belahan dunia lain.
Oleh sebab
itu, konsep pelestarian lingkungan dan semangat untuk menjaga sumber daya
alam untuk generasi mendatang juga harus memastikan aspek kesetaraan
(ekuitas). Upaya dunia untuk mendorong pembangunan berkelanjutan harus
menekankan dimensi keadilan sosial dari pembangunan berkelanjutan tersebut.
Perlu ada
keadilan alokasi atas akses sumber daya, khususnya antara generasi saat ini
dengan generasi di masa datang. Eksploitasi sumber daya perlu dibatasi agar
anak cucu kita bisa tetap mengakses sumber daya tersebut di masanya.
Pembangunan berkelanjutan adalah kesetaraan yang terdistribusi, sebuah sharing-capacity antara generasi
sekarang dan yang nanti (intergerational).
Namun
sharing-capacity itu juga perlu diberlakukan dalam masyarakat generasi yang
sekarang. Dunia saat ini masih memiliki kesenjangan yang lebar antara negara
maju dengan negara berkembang, antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat
perdesaan. Kesenjangan ini juga perlu dijembatani agar mereka juga dapat
menikmati sumber daya yang terbatas ini.
Dari kejadian
turunnya harga minyak bumi, hendaknya muncul refleksi lebih kuat tentang
tanggung jawab kita semua terhadap bumi. Kita memang membutuhkan energi yang
murah agar dapat mendorong pembangunan. Tapi definisi murah itu juga harus
diperhitungkan lebih jauh ke depan dan tidak hanya untuk kepentingan sesaat.
Perlu penelitian yang lebih dalam apakah energi yang murah itu digunakan
untuk hal yang sifatnya produktif atau hanya konsumtif.
Sampai saat
ini pro-kontra tentang naik dan turunnya harga BBM lebih banyak didominasi
kepentingan politik sesaat. Para tokoh politik perlu merumuskan sebuah
konsensus politik tentang kebijakan energi untuk masa depan Indonesia 30 atau
50 tahun ke depan dan jangan terjebak dalam kepentingan jangka pendek.
Kita perlu mendorong
agar pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada kemampuan sumber daya manusia
ketimbang sumber daya mineral. Karena di masa depan, tekanan perdagangan
dunia dengan alasan kelestarian lingkungan juga akan semakin kuat. Tekanan
itu sendiri tidak lepas dari kepentingan negara- negara untuk memasarkan
teknologi ramah lingkungan mereka ke negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Apabila tidak siap mengantisipasi, kita tidak akan selalu menjadi
bangsa tertinggal. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar