Ekonomi
2015, Harapan dan Kewaspadaan
Firmanzah ; Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia
|
KORAN
SINDO, 05 Januari 2015
Baru beberapa
hari kita meninggalkan tahun 2014 dan memasuki 2015. Melihat apa yang
terjadi, baik di dalam negeri maupun perekonomian global, tidaklah
mengherankan apabila 2015 adalah tahun harapan, namun penuh kewaspadaan.
Gejolak
perekonomian global masih akan terjadi, bahkan dikhawatirkan semakin intens.
Sementara itu, harapan baik bersifat optimisme bahwa segala hal yang akan
terjadi tidak seburuk yang kita khawatirkan. Sedikit melakukan refleksi akhir
2014, secara garis besar perekonomian nasional tetap terjaga di tengah tahun
politik dan gejolak pasar keuangan dunia.
Pemilihan
Umum 2014 baik untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) maupun
memilih presiden periode 2014-2019 berjalan aman dan tertib. Praktis tidak
ada persoalan krusial atas penyelenggaraan sampai perhitungan suara yang
berdampak melemahkan fundamental ekonomi nasional. Transisi kepemimpinan
berjalan baik dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu model berdemokrasi
tidak hanya bagi negara muslim, melainkan juga bagi negara dengan penduduk
besar dan beragam.
Dalam hal
ini, kita semua, utamanya para pelaku ekonomi, perlu berterima kasih kepada
semua pihak atas terjaganya keamanan dan ketertiban selama tahun pemilu
sehingga aktivitas perekonomian dapat terus dilakukan dan agenda-agenda
pembangunan nasional dapat dijalankan. Di saat kita sedang menikmati proses
transisi kepemimpinan yang berjalan baik, tiba-tiba kita disadarkan kinerja
ekonomi nasional tidak hanya ditentukan oleh variabel dalam negeri.
Nilai tukar
rupiah beberapa pekan lalu mendekati Rp13.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi
7,75%. Rapat koordinasi antara pemerintah, BI, LPS dan OJK kembali diaktifkan
untuk memitigasi perkembangan perekonomian global.
Meski rupiah
setelah tertundanya pengumuman kenaikan suku bunga di AS secara relatif
kembali stabil, bayang-bayang dampak pengumuman akan hal ini tahun depan
menciptakan kekhawatiran banyak kalangan. Dalam rumusan APBN-P 2015,
pemerintah mengajukan perubahan sejumlah indikator makroekonomi dengan tetap
mempertahankan target pertumbuhan ekonomi 5,8%.
Mengingat
realisasi pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan BI Rate dan hal ini
sangat dipengaruhi oleh suku bunga acuan di AS, kita berharap kenaikan suku
bunga acuan The Fed tidak terlalu
signifikan. Sehingga penyesuaian BI Rate juga dalam kisaran moderat sebagai
langkah mengurangi risiko capital outflow kembali ke AS.
Moderatnya
kenaikan BI Rate diharapkan tidak akan memberatkan perekonomian nasional
akibat melambatnya penyaluran kredit konsumsi, investasi, dan modal kerja.
Selain juga kekhawatiran meningkatnya kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) ketika BI Rate disesuaikan. Selain itu
juga risiko meningkatnya angka inflasi juga akan menjadi pertimbangan utama
BI dalam menyesuaikan BI Rate.
Karenanya,
dalam rancangan APBN-P 2015 yang akan diajukan pemerintah ke DPR, inflasi
dipatok 5%, naik dari APBN 2015 sebesar 4,4%. Dua tekanan baik dari
dalammaupundari luar diperkirakan menentukan besaran BI Rate sepanjang tahun
2015. Dampak akan hal inim embuat target realisasi pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,8% akan sulit diwujudkan, meskipun kita semua berharap realisasinya
masih di atas 5% seperti perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi 2014.
Tidak semua
faktor global berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Penurunan tajam
harga minyak mentah dunia merupakan windfall bagi perekonomian nasional.
Menurunnya harga minyak mentah dunia ditambah dengan dana penghematan subsidi
BBM dan peningkatan pajak akan menambah alokasi sebesar Rp230 triliun ke
belanja infrastruktur dan peningkatan ketahanan pangan.
Tidak kurang
terdapat tambahan Rp120 triliun untuk tambahan belanja infrastruktur yang
akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pertanian juga akan mendapatkan tambahan anggaran untuk
meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Melalui tambahan anggaran kita
berharap akan disertai dengan perbaikan penyerapan anggaran belanja
pemerintah.
Dengan
begitu, pelemahan konsumsi domestik akan dapat terkompensasi oleh peningkatan
belanja pemerintah (government
expenditure) yang selama ini berkontribusi dalam kisaran 9% terhadap
pembentukan produk domestik bruto (PDB). Pada saat yang sama konsumsi
domestik berkontribusi sangat besar dan berada dalam kisaran 56% terhadap
pembentukan PDB.
Faktor lain
yang dapat didorong oleh pemerintah selama 2015 adalah investasi, utamanya
peningkatan capital expenditure (capex)
BUMN sebagai salah satu motor penting dalam pembangunan nasional. Sinyal
mengurangi dividen BUMN dan mendorong ekspansi BUMN untuk infrastruktur dan
perluasan kapasitas produksi membangun optimisme akan perekonomian 2015.
Selain BUMN,
mendorong kemitraan proyek-proyek infrastruktur dengan swasta nasional juga
perlu terus ditingkatkan, terutama ke pembangunan infrastruktur yang memiliki
nilai ekonomis dan menawarkan imbal hasil menarik.
Jika
demikian, anggaran negara dapat fokus pada pembangunan infrastruktur dasar
yang kurang menarik dibangun oleh swasta nasional. BKPM juga perlu lebih
bekerja keras melalui penyederhanaan prosedur perizinan investasi maupun
diplomasi untuk menarik investor asing. Momentum terus tumbuhnya ekonomi
nasional dengan stabilitas politik dan keamanan yang terjaga menjadi modal
penting menarik investasi asing.
Selain itu,
besaran pasar domestik dan ruang peningkatan nilai tambah atas sumber daya
alam kita juga masih terbuka lebar. Faktor-faktor ini dapat menjadi
keunggulan bersaing (competitive
advantage) kita untuk bersaing menarik investasi asing sepanjang tahun
2015.? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar