Sabtu, 10 Januari 2015

Denny Sakrie Mengisahkan Musik

Denny Sakrie Mengisahkan Musik

Aris Setiawan  ;   Etnomusikolog
KORAN TEMPO,  07 Januari 2015

                                                                                                                       


Begitu banyak musik dipentaskan dan direkam, namun sangat sedikit yang dituliskan. Dan Denny Sakrie adalah satu di antara sedikit orang yang menziarahkan hidupnya di wilayah itu. Ia menjadi pengamat musik populer dengan kemampuan menulis yang andal. Tulisannya adalah "bank data" sejarah perkembangan musik Indonesia. Kita pun bisa mengetahui sejauh mana musik Tanah Air telah memberi kontribusi penting bagi kehidupan lewat catatan-catatan yang telah dibuatnya.

Dunia musik kita berkembang dan berubah begitu cepat. Kita sering kali melupakan peristiwa penting dalam musik, semata karena tiadanya jejak yang dapat dibaca dan direnungkan. Akibatnya, dokumentasi dan analisis tentang perjalanan karya musik Tanah Air tidak terarsip dengan baik. Denny Sakrie memandang musik tak sebatas fenomena suara dan bunyi. Lebih dari itu, ada kisah yang tersembunyi, seperti latar belakang, konsep, ide, dan proses penciptaan yang menyertainya. Dengan menuliskannya, berarti ada usaha untuk memahami apa-apa yang tak terjelaskan oleh bunyi dari karya musik.

Denny Sakrie mengawali karier sebagai penulis musik sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Pertama kali artikelnya dimuat di media Pedoman Rakyat yang terbit di Makassar (1979). Hal itu kemudian mengantarnya menjadi penulis musik ulung di Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Kompas, dan Rollingstone Indonesia. Ia pun kerap muncul di layar kaca untuk mengulas dan mengomentari perkembangan industri musik Indonesia terakhir.

Artikel yang ditulisnya cukup mencerahkan. Ia pandai dalam mengisahkan dunia musik dari berbagai sudut, terutama sejarah. Sebagai kolektor kaset, buku, dan majalah musik lawas, ia membuktikan diri sebagai penulis yang sadar data. Lihatlah bagaimana kuatnya referensi itu digunakan saat ia mengulas musik lewat blognya, https://dennysakrie63.wordpress.com/. Membacanya, seolah kita menemukan sesuatu yang selama ini telah hilang atau terlupakan. Namun Denny juga memiliki daya analisis kuat: mampu mengambil kesimpulan yang mencerahkan, serta melontarkan kritik pedas bagi musikus dan kelompok (band) musik Tanah Air.

Apalah artinya jika musik tak memiliki kritikus? Musik akan berkembang tanpa kontrol, dan kreativitas seniman akan mandek. Sayangnya, selama ini musik justru menjadi salah satu dunia seni pertunjukan yang miskin kritikus. Dengan demikian, Denny Sakrie adalah orang langka, kehadirannya sangat dibutuhkan. Kepergiannya semakin menambah kemandulan dunia kritik musik Tanah Air.

Pada usia 51 tahun, Denny pergi meninggalkan timbunan tulisan tentang musik. Itu adalah satu-satunya warisan yang paling berharga. Denny Sakrie memberi inspirasi kreatif tentang dunia kekaryaan, terutama wacana-keilmuan musik di Indonesia. Kita patut khawatir: siapa penggantinya setelah ia pergi?

Maklum, bekerja sebagai pengamat-kritikus musik berarti bersiap untuk hidup tak berkecukupan harta. Komentarnya diburu dan menjadi rujukan banyak media, membesarkan nama artis dan kelompok musik, sementara ia masih setia berkubang di kesederhanaan hidup. Namun Denny Sakrie, dengan segala kesederhanaan itu, telah mampu memberi sumbangan besar demi kemajuan dunia musik Indonesia. Kita patut berucap terima kasih atas segala jasa-jasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar