Jumat, 02 Januari 2015

Apa yang Terjadi dengan Air Asia 8501?

Apa yang Terjadi dengan Air Asia 8501?

Chappy Hakim  ;  Analis Pertahanan dan Penerbangan
MEDIA INDONESIA, 30 Desember 2014
                                                
                                                                                                                       


PESAWAT milik maskapai penerbangan Indonesia Air Asia flight 8501 (QZ8501/ AWQ8501) jenis Airbus A320216 lenyap dari pantauan radar saat melakukan penerbangan ke Singapura dari Surabaya (28/12). Pesawat take off dari Bandara Juanda pukul 05.35 WIB dan dijadwalkan tiba di Changi International Airport pukul 08.30 waktu setempat.

Dugaan sementara, cuaca buruk merupakan faktor dominan yang berkontribusi kepada penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Dikabarkan, dalam penerbangan tersebut terdapat 155 penumpang dan 7 awak pesawat.

Kejadian ini sangat mengagetkan, dan seperti biasa, pertanyaan pertama yang selalu muncul ialah apa yang menjadi penyebabnya. Untuk kita diketahui, seorang investigator senior berkebangsaan Amerika pernah berkata bahwa bila terjadi kecelakaan pesawat terbang, yang pesawatnya total lost (rusak parah), apalagi hilang dan tidak ada penumpang dan awak pesawatnya yang selamat, kita tidak akan pernah tahu `apa sebenarnya yang telah terjadi'.

Apabila beruntung, reruntuhannya dapat ditemukan dan kemudian black box-nya dapat dibaca, besar harapan faktor penyebab kecelakaan akan dapat diketahui. Itu pun, untuk bisa sampai pada sebuah kesimpulan yang merupakan hasil dari proses penyelidikan, akan memakan waktu cukup lama. Biasanya, hasil penyelidikan atau kesimpulan yang di peroleh dari penyelidikan tersebut selalu saja diberi kalimat standar, yaitu the most probable caused atau penyebab yang paling mungkin.

Dari posisi terakhir pesawat yang terpantau oleh radar, dilaporkan oleh BMKG bahwa tepat di kawasan tersebut terdapat awan cumolonimbus (CB) yang sangat berbahaya bagi penerbangan. Dengan keadaan seperti itu banyak orang yang sudah jump to conclusion, menyimpulkan segera bahwa penyebab terjadinya kecelakaan, atau penyebab hilangnya Air Asia penerbangan 8501 ialah karena cuaca yang buruk. Satu pendapat yang sepintas cukup masuk akal, tetapi sekali lagi kita belum memiliki bukti atau data yang cukup untuk sampai kepada kesimpulan tersebut. Dari data sementara yang diperoleh dari beberapa sumber, disebutkan bahwa tepat pada saat hilangnya pesawat dari pantauan radar, ada komunikasi pilot dengan pihak air traffic control (ATC) yang meminta izin untuk mengubah arah penerbangan dan sekaligus naik ke ketinggian 38 ribu kaki. Berdasarkan data terakhir sebelum lenyap dari radar, pesawat tetap berada di ketinggian semula yaitu di 32 ribu kaki. Belakangan diketahui bahwa pihak ATC tidak mengizinkan pesawat untuk naik ke 38 ribu kaki karena ada pesawat lain di atasnya.

Permintaan keliru?

Mencemati permintaan perubahan heading (arah terbang pesawat) itu, dengan mudah diambil kesimpulan bahwa diperkirakan sang pilot hendak menghindari cuaca buruk. Lalu bagaimana dengan permintaan untuk naik ke ketinggian 38 ribu kaki? Pada masalah ini, banyak yang menyimpulkan bahwa keputusan untuk naik ke ketinggian pada saat berhadapan dengan cuaca buruk atau awan CB merupakan satu keputusan yang sangat keliru. Sangat keliru, dalam arti teknik dari terbang untuk menghindari awan yang berbahaya seperti CB pantangannya ialah menghindar dengan mencoba melewati di atasnya. Karena dengan melintas di atas awan CB justru membawa posisi pesawat ke dalam area yang sangat berbahaya. Kesimpulan ini, sepintas masuk akal, jadi dapat saja kemudian sampai kepada kesimpulan bahwa kesalahan yang terjadi dapat dikategorikan sebagai kesalahan yang dilakukan oleh pilot yang kurang berpengalaman dan juga yang kurang mendapatkan latihan yang cukup.

Akan tetapi, bila dicermati lebih jauh lagi, sebenarnya permintaan untuk naik ke 38 ribu kaki ternyata bukan jurus dari sang pilot untuk menghindar dari cuaca buruk (awan CB). Kenyataannya ternyata ketinggian 38 ribu kaki itu adalah ketinggian yang memang telah diminta oleh pilot (intended flight level) pada saat mengisi flight plan sebelum terbang, dan 38 ribu kaki adalah ketinggian yang dipertim bangkan masak-masak, sesuai dengan rute, jarak, dan muatan penumpang serta banyaknya bahan bakar yang dibawa. Ketinggian itu adalah ketinggian ekonomis bagi A-320 untuk terbang dalam rute tersebut sesuai dengan berat load yang dibawanya. Sekali lagi, kita semua belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sebelum membaca rekaman yang ada di kotak hitam. Itu semua barulah pemikiran dan perkiraan berdasarkan data terbatas yang sementara ini sudah diperoleh.

Pada dasarnya moda transportasi udara sangatlah aman, terlebih bila di bandingkan dengan yang lainnya. Pada setiap pelaksanaan penerbangan pilot harus mengisi terlebih dahulu sebuah perencanaan terbang dalam format standar bernama flight-plan. Dalam proses pengisiannya antara lain pilot dipastikan akan mempelajari kondisi keadaan cuaca di sepan jang lintasan perjalanan yang akan dilaluinya dan keadaan cuaca di tempat tujuan. Ini dilakukan antara lain dengan melihat foto satelit tentang cuaca dari jawatan meteorolo gi dan geofisika (BMKG di Indonesia). Dengan mengetahui kondisi dari keadaan cuaca itulah pilot menyempurnakan flight plan-nya.

Pada pelaksanaan terbangnya, dalam kasus memperhatikan keadaan cuaca, pilot akan dibantu oleh radar cuaca yang berada di kokpit pesawat. Radar cuaca akan memberikan informasi kepada pilot kondisi cuaca di depan lintasan pesawatnya sampai jarak lebih kurang 250 Nm. Dengan demikian, pesawat terbang yang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi itu memiliki waktu yang cukup untuk menghindari cuaca buruk yang mungkin menghadang di depan lintasan penerbangannya.

Pada layar radar, bila terdapat awan yang berpotensi menimbulkan turbulensi, radar akan memberikan informasi kepada pilot. Turbulensi terdiri dari tiga jenis, yaitu ringan, menengah, dan berat. Pada tingkat turbulensi yang ringan, di layar radar akan terlihat gambar dengan warna hijau. Pesawat yang melewati daerah itu akan mengalami guncangan-guncangan ringan seperti mobil yang tengah melewati jalan yang tidak rata. Untuk turbulensi menengah akan muncul dengan warna kuning. Guncangan-guncangan yang timbul cukup serius, layaknya mobil yang melewati jalanan berlubang. Adapun untuk turbulensi tingkat berat dan berbahaya, seperti yang lazim terdapat di awan CB, gambar akan berwarna merah. Hanya dalam keadaan darurat dan kondisi perang pilot diizinkan masuk melewatinya.

Kondisi seperti ini berpotensi membuat pesawat terbang mengalami aircraft structural failure, dan bisa berakibat fatal. Di dalam kondisi yang seperti inilah beberapa kejadian kecelakaan terjadi. Dengan peralatan yang sangat canggih, bagaimana mungkin pesawat terbang dapat terjebak masuk ke cuaca buruk atau awan yang berbahaya bernama CB? Nyatanya, hal itu terjadi pada Air France AF447 rute Rio de Janeiro-Paris pada 1 Januari 2009 yang jatuh di Samudra Atlantik, atau Adam Air nomor penerbangan 574 pada 1 Januari 2007 yang jatuh di Selat Makassar.

Kedua contoh tersebut bisa menggambarkan bagaimana dahsyatnya cuaca buruk bagi keselamatan penerbangan. Pelajaran berharga dari peristiwa Air Asia ini seolah memberitahukan walaupun semua upaya sudah dilakukan dengan baik dan prima, kecelakaan tetap saja bisa terjadi setiap saat. Padahal di 2014 ini Air Asia telah meraih World's Best Low Cost Airlines Awards.

Pada prinsipnya, dalam dunia penerbangan yang sangat high technology itu, tuntutannya ialah high regulated. Regulasi dan ketentuan dalam dunia penerbangan tidak mengenal kompromi. Disiplin yang tinggi dan pengawasan ketat harus bisa dibangun dengan baik. Semua akan siasia belaka bila terjadi pelanggaran, tidak diambil tindakan hukuman yang berefek jera.

David Soucie dalam bukunya Why Plane Crash menyampaikan pesan bahwa “In the air or on the ground, when dealing with aviation, it easy to go from hero to fool!. Sampai dengan berhasilnya tim SAR menemukan kotak hitam, maka tidak akan pernah diketahui dengan pasti apa sebenarnya yang telah terjadi pada penerbangan Air Asia ini. Teriring doa yang khusyuk dan tulus kepada awak pesawat dan seluruh penumpang Air Asia penerbangan 8501.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar