Anak
Kecil Mencuri
Agustine Dwiputri ; Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
Minggu
|
KOMPAS, 11 Januari 2015
Kami mempunyai cucu pertama
berusia hampir 3 tahun. Kedua orangtuanya sibuk bekerja sepanjang hari. Saya
berdua dengan suami mengurusnya di siang hari karena mereka selalu
menitipkannya di rumah kami.
Bahkan, setelah cucu masuk
sekolah, kami juga yang mengantarnya ke sekolah seminggu dua kali. Cucu kami
tumbuh sehat dan lucu. Hal yang ingin saya tanyakan adalah sehubungan dengan
suatu perbuatan cucu kami tersayang ini. Beberapa kali saya lihat dia membawa
pulang barang-barang temannya, seperti pita, boneka kecil, dan mainan lain
dari sekolahnya. Apakah berarti dia suka mencuri?
Kalau ditanya, dia menjawab dengan
pendek, ”Punya saya, Oma.” Saya belum berani melapor kepada ayah ibunya
karena mereka memang agak keras mendidiknya. Setiap malam, ketika akan
berpisah dengan kami, selalu cucu menangis. Saya khawatir, justru semakin
parah kalau cucu nanti dimarahi mereka. Bagaimana cara menghadapi anak kecil
seperti dia? Terima kasih atas jawaban Ibu.
Ibu T, di Yogyakarta
Perkembangan anak batita
Anak kecil
belum dapat membedakan antara apa yang mereka miliki dan apa yang menjadi
milik orang lain. Mereka terus memeluk mainan mereka sendiri dan tidak mau
berbagi dengan orang lain karena mereka belajar benda itu adalah ”milik
saya”. Mereka membutuhkan waktu untuk belajar memilah, mana ”punya saya” dan
”punya kamu”.
Setiap mainan
atau barang menarik yang dilihat seorang anak kecil mungkin ingin terus
dipegangnya. Anak kecil mungkin akan menemukan bola di rumah sepupunya, lalu
membawanya pulang. Anak batita yang bersekolah di taman kanak-kanak kadang
kala tiba di rumah dengan mainan kecil di saku bajunya. Mainan yang bagus,
sering diinginkan oleh anak kecil, dan mereka menempatkannya di saku mereka
kemudian melupakannya.
Perbuatan
semacam ini bukan termasuk mencuri. Anak-anak ini belum belajar apa yang
menjadi milik mereka. Mereka perlu diingatkan bahwa, ”Ini bonekanya Rima,
bonekamu ada di rumah.” Orang dewasa perlu menjelaskan bahwa, ”Mainan ini
punya sekolah. Kamu boleh bermain dengan ini hanya di sana.” Anak kecil
dengan tingkah seperti ini tidak boleh dihukum. Mereka perlu mendapatkan
penjelasan dan mainan harus dikembalikan kepada yang memilikinya.
Mengapa anak
kecil mencuri dan bagaimana menanganinya?
Dorothy G
Burr dalam bukunya yang diterbitkan pertama kali tahun 1966 berjudul Understanding Young Children
menyebutkan tiga hal sebagai penyebab dan cara mengatasinya.
Untuk memuaskan kebutuhan
Di sekolah
taman kanak-kanak pada waktu makan siang bersama, Mirza tiba-tiba mendekati
meja dan mengambil roti milik anak lain. Atau, ketika tak ada orang lain di
sekelilingnya, dia langsung menyobek dan membuka kotak coklat yang
ditempatkan di atas meja, lalu memakan beberapa potong sebelum ada anak lain
yang datang.
Ternyata
diperoleh informasi bahwa Mirza berangkat ke sekolah tanpa sarapan apa pun di
rumah karena ibunya biasanya masih tidur ketika Mirza tergesa-gesa berangkat
dengan pembantu untuk menjaga dirinya. Kalau masih ada waktu, pembantu hanya
menyuapkan sepotong kue kecil kepadanya.
Cerita
lainnya, Susi pulang dari rumah tetangga dengan membawa sepeda roda tiga
milik anak lain. Ibu memarahinya dan kemudian memanggil dia dengan julukan
”pencuri kecil”. Padahal, anak ini sangat merindukan sepeda dan ibu tidak
punya uang untuk membelikannya.
Dari
contoh-contoh di atas tampak jelas mengapa anak-anak itu mengambil barang
orang lain tanpa permisi. Mereka sangat menginginkan dan membutuhkan sesuatu.
Setelah Mirza diberi susu dan roti setiap pagi sebelum berangkat sekolah, ia
perlahan-lahan belajar untuk tidak mengambil makanan anak lain.
Untuk kompensasi
Kadang kala
beberapa anak kecil yang biasanya cukup jujur mulai mengambil uang kecil dari
dompet ibu atau kelereng dari saku temannya. Padahal, mereka sebenarnya sudah
memiliki uang dan kelereng yang diberikan orangtua. Mereka tidak mencuri
karena merasa kekurangan. Atau, seorang gadis kecil yang mengambil scarf
cantik milik ibunya dan diam-diam menyembunyikannya di laci mejanya.
Biasanya,
anak-anak yang mencuri ketika mereka tidak perlu melakukannya merupakan
seorang yang tidak bahagia. Mereka merasa tidak memperoleh kehangatan cinta
dari orangtua ataupun pengasuhnya. Mereka tidak punya teman bicara. Perasaan
mereka gundah dan entah bagaimana perbuatan mencuri mengompensasi atau
mengganti rasa galau ataupun kesepian mereka.
Dapat pula
terjadi seorang anak cemburu kepada adik bayi yang baru lahir atau merasa
dendam karena saudaranya lebih diperhatikan orangtua.
Jika Anda
sebagai orang dewasa tahu seorang anak kecil telah mencuri sesuatu, jangan
memberinya kesempatan untuk berdusta. Anak kecil akan cenderung berbohong
karena takut dihukum, baik secara lisan maupun secara fisik. Karena itu,
janganlah dia dihukum atau dikata-katai. Bantulah dia membawa kembali barang
tersebut ke pemiliknya dan jelaskan bahwa ia telah mengambilnya. Tidak perlu
mempermalukannya di depan umum, tetapi anak harus belajar memahami bahwa ia
tidak bisa menyimpan apa pun yang dimiliki orang lain. Kemudian cobalah untuk
mencari tahu apa yang membuatnya kesepian atau tidak bahagia dan bantulah
anak untuk memperbaiki situasi.
Unjuk diri
Kadang kala
anak-anak dalam suatu kelompok akan berani bersama-sama mencuri sesuatu,
mungkin dari toko, untuk menunjukkan bahwa mereka bukan seorang pengecut.
Seorang anak melakukannya untuk menjaga harga diri di antara kelompoknya. Dia
tidak boleh diperlakukan sebagai penjahat, tetapi dia harus mengembalikan
barang yang telah dicuri dan kelompoknya harus diberi tempat yang lebih baik
untuk bermain dan memperoleh pengawasan yang lebih ketat dari seorang dewasa.
Mencuri semacam ini menunjukkan bahwa seorang anak membutuhkan bantuan
psikologis.
Dari uraian
di atas, tampaknya penyebab yang agak mendekati kondisi sang cucu adalah
butir kedua, untuk kompensasi, dalam rangka mencari perhatian orangtua,
ditambah belum berkembangnya pemahaman anak mengenai kepemilikan. Ibu perlu
membicarakan baik-baik dengan orangtuanya, yang tak lain adalah putra-putri
ibu sendiri, mengenai kondisi cucu dan bagaimana mengatasinya secara bersama.
Orang dewasa
yang bijaksana akan menunjukkan bahwa mencuri tidak dapat ditoleransi, tetapi
tidak akan menyalahkan anak terlalu banyak.
Selamat mencoba. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar