‘Pretty
Girls Contest’
Adiwarman A Karim ; Peneliti di Center for Indonesian Political
Studies
(CIPS) Yogyakarta
|
REPUBLIKA,
17 November 2014
John
Maynard Keynes, ekonom terbesar abad ini, dalam bukunya, The General Theory of Employment, Interest and Money, tepatnya
dalam bab 12 menjelaskan fenomena menarik.
Bila diadakan suatu kontes kecantikan untuk memilih enam gadis
tercantik dari 100 gadis dan mereka yang pilihannya sama dengan pilihan
terbanyak akan mendapatkan hadiah.
Strategi
yang paling primitif adalah memilih enam gadis tercantik menurut seleranya
sendiri. Bila seleranya sama dengan
selera kebanyakan orang, ia mungkin menjadi salah satu pemenang hadiah.
Strategi yang lebih jitu adalah memilih dengan memahami selera kebanyakan
orang. Dengan cara itu, kemungkinan ia mendapatkan hadiah akan lebih besar.
Memahami selera kebanyakan orang berarti memahami kriteria cantik yang selama
ini menjadi pandangan umum. Namun,
bila terjadi pergeseran selera kebanyakan orang, perubahan kriteria cantik
menurut pandangan umum, bisa jadi ia tidak akan mendapatkan hadiahnya.
Keynes
melanjutkan, strategi yang lebih jitu lagi adalah memilih dengan mengantisipasi
ekspektasi selera kebanyakan orang. Pada level ketiga ini, hanya yang dapat
mengantisipasi ekspektasi kebanyakan orang yang akan mendapat hadiah. Keynes
bahkan yakin ada orang yang memilih dengan strategi pada level keempat,
kelima, dan seterusnya.
Ide
dasar inilah yang mendorong Thomas Sargent, profesor ekonomi Universitas New
York, pemenang Nobel Ekonomi pada 2011 untuk mengembangkan teori rational expectation. Dalam risetnya berjudul "Interest Rates and Expected
Inflation: A Selective Summary of Recent Research" dijelaskan
pentingnya ekspektasi masyarakat dalam membentuk inflasi. Walaupun harga BBM
belum naik, karena masyarakat sudah mengantisipasi kenaikan BBM pada November
ini, sejumlah harga barang telah naik.
Adair
Turner, mantan ketua OJK Inggris, dalam bukunya, Economics After the Crisis, menggarisbawahi pendapat Keynes bahwa
pada hakikatnya, ilmu ekonomi adalah ilmu tentang moral (moral science). Ekspektasi
sekumpulan orang yang bermoral tentu akan menghasilkan dampak ekonomi yang
berbeda dengan ekspektasi sekumpulan lain orang yang tidak bermoral. Turner
menjelaskan bagaimana dampak ekspektasi masyarakat terhadap meletusnya krisis
Asia pada 1997 dan krisis keuangan dunia pada 2007-2009.
Bila ada
sekumpulan orang dengan kekuatan ekonomi yang besar, namun tidak bermoral,
bahkan membentuk ekspektasi masyarakat untuk mengikuti mereka, tentu akan
merugikan perekonomian. Lima bank raksasa dihukum denda karena memanipulasi
pasar valas, sebagian bank lain dihukum denda karena memanipulasi tingkat
suku bunga Libor. Baru saja pada Rabu lalu, regulator AS, Inggris, dan Swiss
mendenda HSBC, Royal Bank of Scotland, Citigroup, JP Morgan Chase, dan UBS
karena skandal valas.
Kenaikan
harga BBM sebesar Rp 3.000 memang diperkirakan akan mendorong inflasi sampai
sembilan persen dan bila dikombinasikan dengan akan naiknya tingkat suku
bunga bank sentral AS, tekanan inflasi akan semakin besar karena harga
domestik barang impor dan barang dengan bahan baku impor akan naik.
Selanjutnya, barang-barang lain akan menyesuaikan harga juga ikut naik.
Tekanan terhadap rupiah dan BI Rate juga semakin besar. Diperkirakan, dampak
negatif kenaikan BBM ini masih akan terasa tiga-empat bulan setelah kenaikan.
Kondisi
objektif ini dalam kenyataannya nanti akan lebih baik atau buruk dipengaruhi
oleh ekspektasi masyarakat dan struktur pasar keuangan serta struktur pasar
barang dan jasa. Bila ada sekumpulan orang berkekuatan ekonomi besar, baik di
pasar keuangan maupun pasar barang dan jasa, dengan moral buruk membentuk
ekspektasi masyarakat, dampak negatif kenaikan harga BBM dapat berkelanjutan
enam-sembilan bulan setelah kenaikan.
Sebaliknya,
bila ekspektasi dibentuk oleh sekumpulan orang yang bermoral, dampak negatif
akan terasa lebih ringan. Alan Blinder dan Jeremy Rudd, masing-masing
profesor ekonomi Universitas Princeton dan ekonom bank sentral AS, dalam
riset mereka, "Oil Shocks
Redux", menjelaskan bahwa setiap kenaikan harga BBM mempunyai
kondisi objektifnya masing-masing sehingga dampaknya pun akan berbeda-beda.
Kenaikan harga BBM bersubsidi akibat kenaikan harga BBM dunia tentu berbeda
dengan kenaikan harga BBM bersubsidi pada saat harga BBM dunia malah
mengalami penurunan.
John
Cochrane, profesor ekonomi Universitas Chicago, dalam risetnya, "Inflation and Debt", menggarisbawahi
bahwa penanganan inflasi pada akhirnya adalah penanganan defisit fiskal,
neraca pembayaran, utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta cakrawala
pandang untuk pertumbuhan jangka panjang. Kepentingan sesaat yang tidak
bermoral hanya akan membawa pada kesulitan berikutnya.
Kemiskinan
dan krisis ekonomi yang panjang pada zaman Bani Mamluk merupakan contoh
bagaimana ulah segelintir orang yang tidak bermoral yang mengambil kesempatan
dalam kesempitan telah mengakibatkan inflasi dan krisis pangan yang
berkepanjangan di Mesir. Adam Sabra, profesor sejarah Universitas California,
menjelaskan dalam bukunya, Poverty and
Charity in Medieval Islam, Mamluk Egypt, 1250-1517.
Kondisi
objektifnya memang terjadi kekeringan di sepanjang Sungai Nil sehingga
produksi pangan menurun dan harganya meningkat. Kondisi objektif kedua
menjangkitnya berbagai penyakit (al
amrat al hadda) yang muncul mengiringi musim paceklik. Hal ini diperburuk
oleh dua hal. Pertama, pemerintah mengatasi lemahnya daya beli masyarakat dengan
mencetak uang baru, fulus. Dari pencetakan uang ini, pemerintah mendapat
keuntungan untuk membiayai krisis. Kedua, pemerintah pada awalnya mencegah
inflasi dengan menetapkan harga yang tentu saja gagal, kemudian pemerintah
menyerahkan saja kepada pasar untuk menentukan harga. Para spekulan menimbun
barang mereka untuk mendapatkan harga yang tinggi.
Untungnya,
ada dua hal juga yang meringankan krisis. Pertama, pemerintah menyadari
kekeliruannya, pencetakan uang baru dihentikan, dan pangan mulai didatangkan
dari luar negeri. Kedua, pemerintah
mendekati pemimpin sufi untuk menanamkan kesabaran sekaligus menggalakkan
semangat bersedekah. Buku-buku Imam Ghazali menjadi bacaan populer. Tarekat
Qalandariyya dan Haydariyya
dengan paham selalu bersyukur dalam kesulitan, berkembang pesat.
Memperbaiki
perekonomian yang telanjur rusak akibat segelintir orang yang tidak bermoral
jauh lebih sulit daripada mencegahnya sejak awal. Pemenang
‘Pretty Girls Contest’ bukanlah
yang memilih sesuai seleranya sendiri, melainkan = yang mampu mengantisipasi
ekspektasi selera kebanyakan orang. Memengaruhi dan membentuk ekspektasi
selera kebanyakan orang dengan ekspektasi yang bermoral akan berdampak besar
bagi kemajuan perekonomian.
Kemenangan ekonomi syariah
bukanlah ketika setiap orang memilih formalitas ekonomi syariah, melainkan
ketika kita mampu memengaruhi dan membentuk ekspektasi selera kebanyakan
orang dengan ekspektasi yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan walaupun hal
itu harus dilakukan dengan susah payah.
Umar bin Khattab RA pernah menasihati para sahabatnya, "Bila kita letih dalam berbuat
kebaikan, ingatlah kebaikan itu akan tetap ada ketika keletihan itu telah
hilang. Namun, bila kita bersenang-senang dalam berbuat maksiat, ingatlah
dosa itu tetap ada ketika kesenangan itu telah hilang." ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar