Kamis, 20 November 2014

Pretty Girls Contest

                                               ‘Pretty Girls Contest’

Adiwarman A Karim  ;   Peneliti di Center for Indonesian Political Studies
(CIPS) Yogyakarta
REPUBLIKA, 17 November 2014

                                                                                                                       


John Maynard Keynes, ekonom terbesar abad ini, dalam bukunya, The General Theory of Employment, Interest and Money, tepatnya dalam bab 12 menjelaskan fenomena menarik.  Bila diadakan suatu kontes kecantikan untuk memilih enam gadis tercantik dari 100 gadis dan mereka yang pilihannya sama dengan pilihan terbanyak akan mendapatkan hadiah.

Strategi yang paling primitif adalah memilih enam gadis tercantik menurut seleranya sendiri.  Bila seleranya sama dengan selera kebanyakan orang, ia mungkin menjadi salah satu pemenang hadiah. Strategi yang lebih jitu adalah memilih dengan memahami selera kebanyakan orang. Dengan cara itu, kemungkinan ia mendapatkan hadiah akan lebih besar. Memahami selera kebanyakan orang berarti memahami kriteria cantik yang selama ini menjadi pandangan umum.  Namun, bila terjadi pergeseran selera kebanyakan orang, perubahan kriteria cantik menurut pandangan umum, bisa jadi ia tidak akan mendapatkan hadiahnya.

Keynes melanjutkan, strategi yang lebih jitu lagi adalah memilih dengan mengantisipasi ekspektasi selera kebanyakan orang. Pada level ketiga ini, hanya yang dapat mengantisipasi ekspektasi kebanyakan orang yang akan mendapat hadiah. Keynes bahkan yakin ada orang yang memilih dengan strategi pada level keempat, kelima, dan seterusnya.

Ide dasar inilah yang mendorong Thomas Sargent, profesor ekonomi Universitas New York, pemenang Nobel Ekonomi pada 2011 untuk mengembangkan teori rational expectation.  Dalam risetnya berjudul "Interest Rates and Expected Inflation: A Selective Summary of Recent Research" dijelaskan pentingnya ekspektasi masyarakat dalam membentuk inflasi. Walaupun harga BBM belum naik, karena masyarakat sudah mengantisipasi kenaikan BBM pada November ini, sejumlah harga barang telah naik.

Adair Turner, mantan ketua OJK Inggris, dalam bukunya, Economics After the Crisis, menggarisbawahi pendapat Keynes bahwa pada hakikatnya, ilmu ekonomi adalah ilmu tentang moral (moral science).  Ekspektasi sekumpulan orang yang bermoral tentu akan menghasilkan dampak ekonomi yang berbeda dengan ekspektasi sekumpulan lain orang yang tidak bermoral. Turner menjelaskan bagaimana dampak ekspektasi masyarakat terhadap meletusnya krisis Asia pada 1997 dan krisis keuangan dunia pada 2007-2009.

Bila ada sekumpulan orang dengan kekuatan ekonomi yang besar, namun tidak bermoral, bahkan membentuk ekspektasi masyarakat untuk mengikuti mereka, tentu akan merugikan perekonomian. Lima bank raksasa dihukum denda karena memanipulasi pasar valas, sebagian bank lain dihukum denda karena memanipulasi tingkat suku bunga Libor. Baru saja pada Rabu lalu, regulator AS, Inggris, dan Swiss mendenda HSBC, Royal Bank of Scotland, Citigroup, JP Morgan Chase, dan UBS karena skandal valas.

Kenaikan harga BBM sebesar Rp 3.000 memang diperkirakan akan mendorong inflasi sampai sembilan persen dan bila dikombinasikan dengan akan naiknya tingkat suku bunga bank sentral AS, tekanan inflasi akan semakin besar karena harga domestik barang impor dan barang dengan bahan baku impor akan naik. Selanjutnya, barang-barang lain akan menyesuaikan harga juga ikut naik. Tekanan terhadap rupiah dan BI Rate juga semakin besar. Diperkirakan, dampak negatif kenaikan BBM ini masih akan terasa tiga-empat bulan setelah kenaikan.

Kondisi objektif ini dalam kenyataannya nanti akan lebih baik atau buruk dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat dan struktur pasar keuangan serta struktur pasar barang dan jasa. Bila ada sekumpulan orang berkekuatan ekonomi besar, baik di pasar keuangan maupun pasar barang dan jasa, dengan moral buruk membentuk ekspektasi masyarakat, dampak negatif kenaikan harga BBM dapat berkelanjutan enam-sembilan bulan setelah kenaikan.  

Sebaliknya, bila ekspektasi dibentuk oleh sekumpulan orang yang bermoral, dampak negatif akan terasa lebih ringan. Alan Blinder dan Jeremy Rudd, masing-masing profesor ekonomi Universitas Princeton dan ekonom bank sentral AS, dalam riset mereka, "Oil Shocks Redux", menjelaskan bahwa setiap kenaikan harga BBM mempunyai kondisi objektifnya masing-masing sehingga dampaknya pun akan berbeda-beda. Kenaikan harga BBM bersubsidi akibat kenaikan harga BBM dunia tentu berbeda dengan kenaikan harga BBM bersubsidi pada saat harga BBM dunia malah mengalami penurunan.

John Cochrane, profesor ekonomi Universitas Chicago, dalam risetnya, "Inflation and Debt", menggarisbawahi bahwa penanganan inflasi pada akhirnya adalah penanganan defisit fiskal, neraca pembayaran, utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta cakrawala pandang untuk pertumbuhan jangka panjang. Kepentingan sesaat yang tidak bermoral hanya akan membawa pada kesulitan berikutnya.

Kemiskinan dan krisis ekonomi yang panjang pada zaman Bani Mamluk merupakan contoh bagaimana ulah segelintir orang yang tidak bermoral yang mengambil kesempatan dalam kesempitan telah mengakibatkan inflasi dan krisis pangan yang berkepanjangan di Mesir. Adam Sabra, profesor sejarah Universitas California, menjelaskan dalam bukunya, Poverty and Charity in Medieval Islam, Mamluk Egypt, 1250-1517.

Kondisi objektifnya memang terjadi kekeringan di sepanjang Sungai Nil sehingga produksi pangan menurun dan harganya meningkat. Kondisi objektif kedua menjangkitnya berbagai penyakit (al amrat al hadda) yang muncul mengiringi musim paceklik. Hal ini diperburuk oleh dua hal. Pertama, pemerintah mengatasi lemahnya daya beli masyarakat dengan mencetak uang baru, fulus. Dari pencetakan uang ini, pemerintah mendapat keuntungan untuk membiayai krisis. Kedua, pemerintah pada awalnya mencegah inflasi dengan menetapkan harga yang tentu saja gagal, kemudian pemerintah menyerahkan saja kepada pasar untuk menentukan harga. Para spekulan menimbun barang mereka untuk mendapatkan harga yang tinggi.

Untungnya, ada dua hal juga yang meringankan krisis. Pertama, pemerintah menyadari kekeliruannya, pencetakan uang baru dihentikan, dan pangan mulai didatangkan dari luar negeri.  Kedua, pemerintah mendekati pemimpin sufi untuk menanamkan kesabaran sekaligus menggalakkan semangat bersedekah. Buku-buku Imam Ghazali menjadi bacaan populer.  Tarekat Qalandariyya dan Haydariyya dengan paham selalu bersyukur dalam kesulitan, berkembang pesat.

Memperbaiki perekonomian yang telanjur rusak akibat segelintir orang yang tidak bermoral jauh lebih sulit daripada mencegahnya sejak awal. Pemenang ‘Pretty Girls Contest’ bukanlah yang memilih sesuai seleranya sendiri, melainkan = yang mampu mengantisipasi ekspektasi selera kebanyakan orang. Memengaruhi dan membentuk ekspektasi selera kebanyakan orang dengan ekspektasi yang bermoral akan berdampak besar bagi kemajuan perekonomian.

Kemenangan ekonomi syariah bukanlah ketika setiap orang memilih formalitas ekonomi syariah, melainkan ketika kita mampu memengaruhi dan membentuk ekspektasi selera kebanyakan orang dengan ekspektasi yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan walaupun hal itu harus dilakukan dengan susah payah. 

Umar bin Khattab RA pernah menasihati para sahabatnya, "Bila kita letih dalam berbuat kebaikan, ingatlah kebaikan itu akan tetap ada ketika keletihan itu telah hilang. Namun, bila kita bersenang-senang dalam berbuat maksiat, ingatlah dosa itu tetap ada ketika kesenangan itu telah hilang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar