Menanti
Diplomasi Poros Maritim Presiden Jokowi
Aris Heru Utomo ; Staf
KBRI Beijing
|
DETIKNEWS,
08 November 2014
Sabtu ini (8 November 2014) untuk pertama kalinya Presiden Joko
Widodo (Jokowi) sebagai kepala negara RI melakukan lawatan ke luar negeri
dalam rangka menghadiri KTT APEC di Beijing. Menggunakan pesawat
kepresidenan, Presiden Jokowi dijadwalkan tiba di Beijing pada pukul 5 sore
waktu setempat.
Sejumlah kegiatan telah menanti Presiden Jokowi, mulai dari
pertemuan APEC itu sendiri hingga pertemuan bilateral dengan sejumlah
pemimpin negara seperti Tiongkok, Jepang, AS dan Rusia. Selain itu Presiden
Jokowi juga dijadwalkan untuk mengunjungi pelabuhan dan pembangkit listrik di
Tianjin serta memberikan sambutan di acara APEC CEO Summit dan Forum Bisnis
Indonesia-Tiongkok.
Dari sejumlah isu yang dibahas dalam rangkaian pertemuan APEC
tersebut di atas, salah satu hal yang ditunggu adalah penyampaian visi dan
misi Presiden Jokowi mengenai pembentukan poros maritim global yang dikaitkan
dengan kerjasama maritim di kawasan yang lebih terintegrasi, berkelanjutan
dan saling menguntungkan.
Presiden Jokowi dapat menjelaskan kepada anggota ekonomi APEC
mengenai tujuan pembentukan poros maritim global sebagai upaya untuk
menjadikan wilayah perairan Indonesia sebagai wilayah perairan yang paling
aman di dunia bagi semua aktivitas laut yang dilakukan oleh masyarakat dan para
pelaku usaha. Indonesia juga dapat menyampaikan langkah yang akan ditempuh
seperti mengembangkan industri perkapalan dalam negeri dan memanfaatkan
sumber daya alam di laut dan kawasan pesisir dengan mengedepankan prinsip
yang beriringan antara produktivitas dan kelestarian alam.
Selain berbicara di dalam forum APEC, selama di Beijing Presiden
Jokowi berkesempatan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin
negara seperti AS, Rusia, Jepang, Mexico dan tentu saja dengan pemimpin
negara tuan rumah Tiongkok. Beberapa di antara negara tersebut adalah negara
yang memiliki hubungan kemitraan strategis seperti Tiongkok yang merupakan
mitra strategis komprehensif bagi Indonesia sejak tahun 2013.
Agenda dua buah pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi
dengan Presiden Xi Jinping dan PM Li Keqiang sudah terjadwal pasti hari
Minggu pagi. Dalam pertemuan ini Presiden Jokowi dapat mengingatkan kembali
mengenai adanya kesamaan visi dan misi kemaritiman Indonesia dan Tiongkok.
Jika Indonesia akan mengembangkan konsep poros maritim dunia, maka Tiongkok
memiliki konsep Jalur Sutera Maritim abad ke-21.
Presiden Jokowi dapat menyambut baik konsep Jalur Sutera Maritim
abad ke-21 yang dilontarkan pertama kali saat Presiden RRT Xi Jinping
berkunjung ke Jakarta tanggal 2-3 Oktober 2013. Konsep yang menekankan
mengenai perlunya kerjasama maritim untuk meningkatkan sikap saling percaya
dan memperkuat kerjasama ekonomi, sosial dan budaya antara Tiongkok dan
negara-negara di Asia Tenggara sangat sejalan dengan konsep poros maritim
global.
Presiden Jokowi juga dapat mengapresasi pembentukan Dana
Kerjasama Maritim Tiongkok-ASEAN dengan alokasi dana sebesar US$ 484 juta
yang akan digunakan untuk membiayai beberapa proyek peningkatan konektivitas
maritim dan kapabilitas negara-negara di Asia Tenggara dalam mengelola sumber
daya dan keamanan.
Lebih lanjut Presiden Jokowi juga dapat menyampaikan posisi
Indonesia di Asian Investment Infrastructure Bank (AAIB) untuk membiayai
proyek-proyek infrastruktur usulan Tiongkok yang sudah diluncurkan pada
tanggal 24 Oktober 2014 dan ditandatangani 21 negara. Indonesia meski sejak
awal diundang oleh Tiongkok dan mengikuti semua pertemuan konsultasi namun
belum mengambil keputusan karena adanya transisi kepemerintahan.
Berdasarkan hubungan kemitraan strategis komprehensif
Indonesia-Tiongkok dan adanya kesamaan visi dan misi kerjasama maritim, upaya
peningkatan hubungan bilateral kedua negara kiranya dapat dikembangkan
melalui implementasi proyek kerjasama maritim, baik yang terkait dengan
masalah keamanan maupun ekonomi.
Dalam hal kerjasama keamanan maritim di kawasan, Indonesia dapat
menggandeng negara-negara ekonomi APEC, khususnya negara-negara di sekitar
kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, untuk aktif melakukan diplomasi
preventif dengan mengelola potensi konflik menjadi peluang dan salah satu
negara yang dapat diharapkan adalah Tiongkok. Sebagai suatu negara yang
tengah mengembangkan kekuatan ekonomi dan militer berbasis maritim, Tiongkok
dapat menjadi pilihan terbaik untuk menjadi mitra dalam memperkuat kerjasama
maritim baik dalam hal pendanaan maupun teknologi.
Sedangkan menyangkut kerjasama ekonomi, diplomasi maritim
dilakukan untuk merealisasikan maritime inter-connectivity yang membutuhkan
biaya yang sangat besar. Pelaksanaannya tidak harus dari awal karena bisa
memberdayakan berbagai perjanjian kerjasama dan nota kesepahaman di bidang
kemaritiman yang sudah ada selama ini, misalnya kesepahaman kerjasama maritim
dan pengembangan pusat kelautan dan Iklim, pembentukan komite kerjasama
maritim dan kerjasama perikanan.
Berdasarkan perjanjian yang sudah ada, Presiden Jokowi dapat
meyakinkan Tiongkok misalnya, untuk segera merealisasikan komitmennya untuk
membantu membangun sektor maritim seperti membangun ‘deep sea ports’ di
Jakarta (New Tanjung Priok) seperti yang sudah dirintis Menteri BUMN Dahlan
Iskan dan Pelindo. Termasuk realisasi proyek-proyek yang terdapat dalam
Five-Year Development Program for Trade and Economic Cooperation yang
disepakati pada saat kunjungan Presiden RRT ke Jakarta pada bulan Oktober
2013 dan berada dibawah koordinasi Kementerian Perekonomian.
Pada akhirnya, Presiden Jokowi dapat meyakinkan bahwa dengan
stabilitas politik dan ekonomi yang dimiliki Indonesia dewasa ini dan pertumbuhan
ekonomi yang relatif, potensi dan peluang untuk melakukan pembangunan
infrastruktur dan konektivitas di sektor maritim sangat menjanjikan dan
menguntungkan bagi siapa pun.
Dan jika sebagian besar kerjasama maritim yang disepakati dapat
segera diimplementasikan dalam bentuk-bentuk proyek-proyek pembangunan
seperti infrastruktur konektivitas maritim yang bermanfaat bagi kelancaran
lalu lintas laut dan peningkatan produktivitas barang dan jasa di berbagai
daerah di Indonesia, maka langkah diplomasi poros maritim Presiden Jokowi di
KTT APEC di Beijing dapat dikatakan berhasil dan menjadi bagian dari
diplomasi pro rakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar