Kamis, 14 Februari 2013

Menyimak Keputusan Mengejutkan Paus Benekditus XVI


Menyimak Keputusan Mengejutkan Paus Benekditus XVI
Paulinus Yan Olla  Rohaniwan, Lulusan Program Doktoral
Universitas Pontificio Istituto di Spiritualità Teresianum, Roma;
Bekerja dalam Dewan Kongregasi MSF di Roma, Italia
SINAR HARAPAN, 13 Februari 2013


Kota Roma pada petang hari tanggal 11 Februari 2013 seakan terhenti hanya pada satu isu: Paus mengundurkan diri! Konferensi pers dari juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, menunda santap siang kebanyakan orang yang memilih menyimak peristiwa bersejarah itu. Dalam waktu sekejap jaringan komunikasi dunia dibanjiri kisah pengunduran diri itu.

Pengunduran diri seorang Paus baru terjadi lagi setelah enam ratus tahun. Penggantian Paus normalnya dilakukan setelah meninggalnya Paus yang sedang berkuasa. Keputusan Benediktus XVI memutar jarum jam ingatan Gereja akan masa lampau sejarahnya. Paus terakhir yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII tahun 1415.
Kitab Hukum Kanon Gereja (KHK) yang mengatur soal jabatan Paus menegaskan bahwa “Apabila Paus mengundurkan diri dari jabatannya, maka untuk sahnya dituntut agar pengunduran diri itu terjadi dengan bebas dan dinyatakan semestinya, tetapi tidak dituntut bahwa harus diterima oleh siapa pun” (KHK, 1983, No 332, § 2).

Kendati dijamin hukum, keputusan pengunduran diri Paus tetap mengundang pertanyaan yang memerlukan penjelasan. Juru bicara Vatikan menegaskan bahwa keputusan lengser itu telah dilakukan melalui sebuah proses panjang. Ia menjadi keputusan pribadi dan karena itu luput dari segala perkiraan.

Paus Benediktus sendiri dalam pernyataan pengunduran diri yang disampaikan dalam bahasa Latin itu mengakui bahwa ia telah merenung dalam doa dan memutuskan untuk mundur “berdasarkan seruan hati nuraninya di hadapan Tuhan.”

Ia merasa telah tiba saatnya untuk mundur dari pelayanannya sebagai uskup Roma dan pengganti Santo Petrus. Keputusan mendasar untuk mundur menurutnya adalah karena usianya yang telah lanjut “ingravescentem aetatem” dan “demi kebaikan Gereja”.

Keputusan Paus mengundurkan diri dipuji banyak pihak sebagai sebuah keputusan yang berani. Jawaban Paus Benediktus XVI dalam wawancara yang dibukukan dalam Licht der Welt (Terang dunia), 2010, memperlihatkan sikap dasarnya tentang jabatan seorang Paus.

Ketika ditanya pendapatnya tentang kemungkinan mundurnya seorang Paus ia secara gamblang mengatakan: “Jika seorang Paus sampai pada sebuah kesadaran diri yang jelas bahwa ia tidak dapat lagi secara fisik, mental dan rohani menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya maka ia mempunyai hak dan dalam batas tertentu juga kewajiban untuk mengundurkan diri” sebagai Paus.

Tanggal 28 Februari pukul 20.00 akan berakhir tugas Benediktus XVI sebagai Paus. Sejak saat itu akan terjadi “sede vacante” yakni kekosongan jabatan Paus. Para kardinal yang berada di bawah usia 80 tahun akan dipanggil untuk menghadiri sidang Konklaf, yakni sidang pemilihan Paus baru yang akan bertempat di Kapela Sistina. Sidang itu diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2013.

Para kardinal yang memenuhi syarat untuk menghadiri sidang Konklaf kini hanya berjumlah 117 orang. Sebenarnya ada 118 orang, tapi pada 20 Februari mendatang ada satu kardinal yang usianya akan melampaui 80 tahun.

Menurut tata cara pemilihan Paus seperti terungkap dalam dokumen “Universi Dominici Gregis”, Paus harus dipilih secara rahasia dan tertulis. Tidak lagi diterima pemilihan dengan cara aklamasi. Seorang kardinal terpilih sebagai Paus jika ia mendapat jumlah suara dua per tiga dari para kardinal yang hadir di Konklaf.

Tentang bagaimana pemilihan dilakukan diatur sebagai berikut: Pada hari pertama di sore hari akan diadakan satu kali pemilihan. Jika Paus belum terpilih pada pemilihan hari pertama maka pada hari berikutnya akan diadakan pemilihan sebanyak dua kali di pagi hari dan dua kali di sore hari. Hal itu dilakukan sampai Paus baru terpilih.

Sulit Diramalkan

Sejak awal dimulainya sidang Konklaf sampai terpilihnya Paus, para kardinal tidak diizinkan bertemu siapa pun dari pihak luar. Komunikasi dengan dunia untuk sementara terputus. Para kardinal dilarang menjumpai atau dijumpai pihak luar. Tanggung jawab mereka diwujudkan dalam bentuk pengekangan diri untuk tidak mengadakan komunikasi dalam bentuk apa pun dengan dunia luar.

Kendati kini beredar banyak nama yang disebut-sebut layak menjadi Paus, umumnya sulit meramalkan siapa yang akhirnya akan terpilih menjadi Paus baru. Peristiwa pemilihan Paus merupakan sebuah peristiwa iman. Pemilihan diadakan dalam suasana doa dan tanpa kampanye. Menurut perkiraan, Paus yang baru sudah akan terpilih pada Maret 2013.

Bagaimana hidup Benediktus XVI setelah tanggal 28 Februari? Ketika terjadi kekosongan pada 28 Februari, pukul 20.00 Paus Benediktus XVI akan menjalani waktunya beberapa saat di Castel Gandolfo (biasanya menjadi tempat peristirahatan untuk para Paus di musim panas) sambil menunggu tersedianya tempat di pertapaan Mater Ecclesiae di Vatikan.

Pertapaan yang didirikan sejak tahun 847 mempunyai misi khusus yakni berdoa bagi karya Paus. Ia terletak di dalam lingkungan tembok Vatikan dan kini sedang direnovasi. Paus Benediktus XVI, menurut juru bicara Vatikan, tidak akan diasingkan dalam biara itu. Ia akan diberi kesempatan menggunakan waktunya secara bebas untuk menjalankan minatnya dalam dunia menulis dan belajar secara pribadi.

Masa jabatan Benediktus yang kurang dari delapan tahun diakhiri secara mengejutkan. Ia bagaikan “petir yang menyambar di langit yang cerah” sebagaimana diungkapkan Kardinal Sodano ketika mewakili para kardinal menanggapi pidato pengunduran diri Paus.

Namun, seperti diungkap seorang politikus Italia, sikap siap lengser Paus menjadi sebuah teladan kerendahan hati dan pelajaran etis bagi para politikus. Tindakan Paus menurut politikus itu menggambarkan semangat pelayanan untuk meletakkan kepentingan umum di atas segala usaha tak halal mempertahankan kekuasaan.
Mengundurkan diri bagi Paus Benediktus XVI memang mengejutkan. Tetapi, ia menjadi sebuah pancaran integritas moral dan juga sebuah keberanian iman.

Masa depan Gereja diserahkan ke dalam tangan Tuhan dan Paus Benediktus XVI menempatkan dirinya hanya sebagai “pekerja hina di ladang Tuhan” seperti diungkapkan tanggal 19 April 2005 di awal penampilan publiknya di balkon Basilika Santo Petrus. Selamat menjalani masa pensiun, Santo Padre!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar